Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
PENELITI dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) bidang kepolisian, Bambang Rukminto, menanggapi isu 'Kakak Asuh' di balik melejitnya karier serta usaha meringankan hukuman Ferdy Sambo dalam kasus pembunuhan Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat (Brigadir J).
"Itu memang problem lama di kepolisian. Intinya karena tidak ada merit system," sebut Bambang saat dihubungi di Jakarta, Kamis (22/9).
Bambang mengatakan bahwa manajemen serta aturan terkait promosi dan pembinaan sumber daya manusia (SDM) memang sudah ada, akan tetapi tidak berjalan dengan baik.
"Pengembangan SDM hanya berdasar kedekatan, bisa karena relasi kedaerahan, reliji, politik, dan kapital alias setoran. Akibatnya, penempatan seseorang pada jabatan-jabatan strategis diisi bukan oleh orang yang kompeten, kapabel, dan tentunya jauh dari integritas,"
Dengan adanya dugaan Kakak Asuh inilah, kata Bambang, anggota Polri seperti FS memiliki tahapan karier yang begitu cepat. Ia juga menyinggung bahwa dengan pengangkatan Sambo menjadi Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan (Kadiv Propam) tentu ada sebuah rekomendasi dari seseorang.
Baca juga: Ini Kata Polri Soal Brigjen Hendra Gunakan Private Jet
"Jadi Kakak Asuh dalam konteks karier FS ini tentunya adalah orang yang memberikan rekomendasi FS dan mengangkatnya sebagai Kadiv Propam," ujarnya.
Sedangkan untuk isu Kakak Asuh yang mencoba membantu Sambo dalam meringankan hukuman atas kasus pembunuhan berencana Brigadir J, bagi Bambang, hal tersebut pasti dilakukan oleh orang yang memiliki kedekatan dengan Sambo.
"Soal ada upaya untuk membantu meringankan FS dari ancaman hukuman berat itu pasti akan dilakukan oleh orang-orang yang merasa dekat atau pernah dibantu FS," katanya.
Bambang pun menjelaskan, dengan mencuatnya isu Kakak Asuh ini seharusnya pihak kepolisian bisa bertindak secara profesional dan tegas menangani perkara ini.
"Problemnya lagi-lagi, apakah Kapolri mau profesional dan bertindak tegas atau masih maju mundur untuk memutus lingkaran problematika kepolisian turun temurun itu. Kalau masih maju mundur artinya tidak memanfaatkan ini sebagai momentum bersih-bersih dan penataan kelembagaan kepolisian yang lebih baik," pungkasnya. (OL-16)
HARI-HARI ini, nyaris setiap pagi, ribuan pasang mata terpaku pada layar televisi.
Fadil menjelaskan maksud kedatangannya untuk memberikan support kepada Sambo. Hal ini terkait dua ajudan Sambo yang terlibat adu tembak
Johnson Panjaitan menyatakan pihaknya ingin membuat laporan resmi terlebih dahulu agar kasus yang menimpa keluarga Brigadir J tidak berpolemik dan menjadi kontroversi.
“Sudah diserahkan ke pihak penyidik semuanya (barang milik Brigadir J yang ada di rumah Pak Sambo). Yang saya ketahui seperti itu,” ujar Arman
“Pak Sambo sudah diperiksa kok dua kali oleh tim yang dibentuk Pak Kapolri,” ungkap Arman saat dihubungi wartawan pada Senin, 18 Juli 2022.
“Mengenai pemeriksaan terhadap Pak Ferdy Sambo, apabila Komnas HAM ingin melakukan pemeriksaan pasti Pak Sambo akan hadir untuk memberikan keterangan,"
Penaikkan status ke tahap penyidikan menujukan tim khusus (timsus) bekerja sangat cepat. Namun, tetap menerapkan kaidah-kaidah pembuktian secara ilmiah.
Tim khusus gabungan pengusutan kasus tewasnya Brigadir Nopryansah Yosua Hutabarat juga menyita rekaman CCTV dalam perjalanan dari Magelang ke Jakarta.
Dedi mengatakan ada dua hp Brigadir Yosua yang tengah diperiksa labfor. Dia menyebut tim labfor masih bekerja.
PENGAMAT Kepolisian Bambang Rukminto menilai kesalahan Polri dalam kasus tewasnta Brigadir J ialah tak membuka hasil autopsinya ke publik.
"Kalau dari Perhimpunan Kedokteran Forensik Indonesia yang saya sudah dapatkan informasi ada tujuh orang,"
Kapolsek Metro Menteng Ajun Komisaris Besar Netty Rosdiana Siagian mengatakan, Bundaran HI bukan untuk tempat melakukan aksi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved