Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
BARU-baru ini kata lie detector menjadi trending. Ini karena alat itu digunakan timsus untuk membantu memeriksa Ferdy Sambo, Putri Cendrawatih, dan asisten rumah tangganya dalam kasus pembunuhan Brigadir J.
Lalu tahukah kamu apa itu lie detector dan fungsinya? Nah untuk menjawab pertanyaan itu, berikut penjelasan yang telah dirangkum dalam berbagai sumber.
Lie detector jika diterjamahkan dalam kamus bahasa Inggris-Indonesia artinya detektor kebohongan yang merupakan alat pendeteksi kebohongan pada manusia dengan menggunakan mesin poligraf. Dalam ranah hukum, penyidik sering menggunakan lie detector atau alat pendeteksi kebohongan guna mengungkap kebenaran yang sesungguhnya dalam beberapa kasus. Kadang, jika seseorang melamar profesi pekerjaan tertentu, lie detector juga diperlukan saat wawancara berlangsung.
Poligraf adalah perangkat yang mengumpulkan dan memungkinkan analisis respons fisiologis manusia melalui sensor yang secara fisik terhubung ke individu yang diperiksa oleh sistem ini. Alat ini awalnya ditemukan pada awal 1902. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, lie detector sudah memiliki banyak versi yang lebih modern dan lebih canggih.
Seperti yang Anda ketahui, alat pendeteksi kebohongan juga kerap digunakan dalam proses penyelidikan tindakan kriminal. Bahkan, penggunaan detektor kebohongan dalam interogasi dan investigasi polisi telah dilakukan sejak 1924.
Namun, hingga kini alat pendeteksi kebohongan masih kontroversial di kalangan psikolog dan tidak selalu dapat diterima secara hukum.
Seperti namanya lie detector atau pendeteksi kebohongan, ia berfungsi mendeteksi kebohongan seseorang lewat alat-alat vital seperti seperti detak jantung, pernapasan, dan kulit. Melalui sensor-sensor yang menempel di tubuh, penyelidik bisa menemukan ada tidaknya perubahan abnormal pada ketiga fungsi tubuh di atas.
Hasilnya kemudian langsung tertera pada kertas grafis. Pemeriksaan melalui alat pendeteksi kebohongan umumnya berlangsung selama kurang lebih 1,5 jam dengan tingkar akurasi 90 persen.
Alat pendeteksi kebohongan pada dasarnya mendeteksi kebohongan dari sistem gelombang. Ini mencatat dan merekam reaksi seseorang dalam bentuk gelombang magnetik ketika ia diberikan sejumlah pertanyaan secara berkelanjutan.
Bila seseorang berbohong, gelombang akan bergetar cepat. Sebaliknya jika seseorang jujur, gelombang tidak bergetar dengan cepat dan tidak terdeteksi oleh alat.
Seseorang yang akan diuji dengan alat pendeteksi kebohongan duduk di bangku. Di dalam ruangan interogasi hanya ada dua orang, yaitu penguji (forensic psychophysiologist) dan orang yang diuji. Beberapa sensor yang terhubung dengan kabel-kabel pada alat lantas dipasang ditubuh orang yang akan diuji. Sensor tersebut antara lain pneumograph untuk mendeteksi ritme nafas ditempelkan pada bagian dada dan perut; blood pressure cuff mendeteksi perubahan tekanan darah dan detak jantung ditempelkan pada bagian lengan atas; dan galvanic skin resistance (GSR) mendeteksi keringat terutama di daerah tangan ditempelkan pada jari-jari tangan.
Penguji kemudian memberikan beberapa pertanyaan kepada seseorang mengenai suatu topik, isu, atau kasus. Penguji akhirnya membaca grafik tersebut dan mengetahui ada reaksi yang tidak normal atau fluktuatif. Fluktuasi yang terbaca oleh alat poligraf akan menentukan seseorang berbohong atau jujur. (OL-14)
Polisi akan menggandeng ahli poligraf untuk mengusut kasus kematian anak Tamara Tyasmara, Dante,6, yang diduga ditenggelamkan tersangka Yudha Arfandi di kolam renang Duren Sawit.
Kepolisian Daerah Jawa Barat hari ini dijadwalkan melakukan tes poligraf atau tes kebohongan terhadap tersangka Pegi Setiawan alias Perong
"Sesuai jurnal yang dikeluarkan Asosiasi Poligraf Amerika, untuk teknik yang kita gunakan, yaitu Tahiat City, memiliki keakuratan diatas 93%,"
Kuat Ma'ruf, terindikasi berbohong ketika mengatakan tidak melihat Ferdy Sambo menembak Brigadir J saat menjalani uji kebohongan.
Timsus sedang menerapkannya untuk pemeriksaan tersangka Brigadir J dalam mengungkapkan fakta dan data.
"Setelah saya berkomunikasi dengan Puslabfor dan juga operator polygraph, hasil polygraph atau lie detector itu adalah pro justitia,"
Penggunaan lie detector itu penting dilakukan. Guna memastikan kebenaran keterangan tersangka. Pasalnya, keterangan itu bisa jadi bukti yang dapat dibawa ke persidangan.
Bagi orang yang biasa bohong, dia tidak akan terpengaruh dengan alat kebohongan apa pun, kata Lemkapi.
Menurut Andi, semua fakta yang diperoleh dari penyidikan yang dilakukan oleh penyidik Dittipidum Bareskrim Polri akan diungkapkan di persidangan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved