Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
BADAN Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) terus berupaya mencegah penyebaran paham radikal. Salah satunya dapat dilakukan dengan penguatan prinsip moderasi beragama.
Konsep penguatan moderasi beragama membutuhkan dukungan berbagai pihak salah satunya dengan dukungan Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah. "Kerja sama yang baik dengan PP Muhammadiyah sangat penting dalam rangka penguatan moderasi beragama," kata Kepala BNPT, Komjen Boy Rafli Amar dalam keterangan tertulis, Sabtu (2/4)
BNPT, kata Boy, sangat terbuka dengan masukan dari tokoh-tokoh Muhammadiyah dalam mencegah paham radikal. "Tokoh-tokoh agama Muhammadiyah bisa memberikan masukan kepada kami," tuturnya.
Adapun Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan moderasi beragama adalah model yang sangat cocok dalam menangkal narasi radikal terorisme. Terlebih, Indonesia memiliki iklim yang moderat.
"Dari segi sejarah dimana agama-agama masuk ke Indonesia juga ada bermacam-macam agama dan tidak ada perang. Pendidikan moderasi itu hasilnya long-term. BNPT tidak berjalan sendirian dalam menguatkan moderasi beragama," kata Haedar.
Selain itu, ia menyebut anak muda yang menjadi target propaganda radikal terorisme harus dilindungi. Pemikiran radikal yang ingin mengganti haluan negera dengan sistem agama adalah kekeliruan yang fatal.
"Indonesia negara Pancasila itu sejalan dengan Islam. Hasil Ijtihad dari pemuka agama dan para ulama. Maka tidak perlu lagi mencari bentuk negara lain," tandasnya. (OL-8)
Penguatan dan pengembangan moderasi beragama memiliki tujuan yang sangat penting.
Moderasi beragama bertujuan menyamakan cara pandang masyarakat terkait perbedaan agama.
Kegiatan itu dilaksanakan dalam rangka menanamkan nilai-nilai kebangsaan pada generasi muda
Tujuan FGD ialah memperkuat pemahaman dan praktik moderat dalam beragama.
Tema diskusi ialah "Penguatan Moderasi Beragama sebagai Komitmen Menjaga Kerukunan, Toleransi dan Nilai Luhur Kebangsaan".
Fadil mampu meredam tensi antarkelompok yang sempat memanas karena adanya paksaan kepentingan atas nama ideologi dan agama tertentu.
FPHW secara tegas menolak berkembangnya organisasi masyarakat yang teridentifikasi dan menganut paham intoleransi, radikalisme dan terorisme.
Pancasila dan khilafah tidak bisa hidup berdampingan di Indonesia. Salah satunya harus dikorbankan.
SOSOK Prof Yudian Wahyudi menjadi salah satu lulusan pesantren yang berhasil di dunia akademik. Dari Pesantren Termas di Pacitan, Jawa Timur.
KARENA Indonesia negara multikultural, munculnya potensi radikalisme menjelang pilkada serentak 9 Desember 2020 masih sangat tinggi.
Paham radikalisme tumbuh subur di masyarakat karena tidak sedikit orang yang baru belajar agama tidak mampu menafsirkan ilmu itu dengan baik.
Kelompok teroris tersebut bahkan telah melakukan penggambaran untuk serangan tersebut.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved