Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
KETUA Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf meminta agar generasi muda tidak terpengaruh oleh ajakan pihak tidak bertanggung jawab untuk melakukan perbuatan yang menimbulkan kerusakan.
"Jangan mau diajak rusak-rusakan, yang merusak itu, yang rusak-rusakan itu akan merusak hidup kalian nanti. Karena masa depan ini milik kalian, kita ini sebentar lagi lewat. Ini masa depan milik kalian, kalian yang harus putuskan macam apa yang akan kalian hidupi nanti,” ujar KH Yahya Cholil Staquf dalam diskusi Beranda Nusantara bertajuk "Moderasi Beragama dalam Harmoni Nusantara" yang diselenggarakan LPP RRI di Jakarta, Jumat.
Yahya mengajak generasi muda dan masyarakat untuk terus mempraktikkan warisan budaya Nusantara, yakni menjaga harmoni dan toleransi dalam kehidupan sehari-hari.
"Warisan ini sebetulnya hari-hari ini dan masa depan sangat dibutuhkan oleh dunia," imbuh dia.
Untuk itu, jika ingin melihat bangsa Indonesia menyumbangkan sesuatu yang sungguh berarti bagi seluruh peradaban umat manusia, semua pihak harus memperkenalkan, dan mengembangkan warisan harmoni dan toleransi asli Indonesia kepada dunia.
"Pertama-tama kita harus buktikan sendiri bahwa kita kuat untuk memelihara tradisi toleransi dan harmoni itu di antara kita semua," kata dia.
Pada diskusi itu, Sekretaris Umum Persekutuan Gereja Indonesia (PGI), Pdt Jacky Manuputty, mengatakan perkembangan digital atau kemajuan teknologi juga beriringan dengan beredarnya informasi kontra narasi agama. Menurutnya, kontra narasi agama berpotensi mengarah pada perpecahan di Indonesia.
"Saya langsung saja melihat fenomena sehari-hari yang bikin panas kuping, hati, mata, pertarungan antara beberapa kelompok. Sekarang memang era dimana semua orang bisa tiba-tiba menjadi ahli hanya dengan dua jari,” kata Jacky.
Ia mengatakan, saat ini Indonesia memasuki ruang digital, namun sayangnya beberapa di antaranya justru memanfaatkan ruang digital menjadi kontra narasi.
"Orang kehilangan kebajikan untuk bertanya dan berdialog, lebih kepada mengeluarkan statement yang keras, memang harus dicari rumusnya bersama," tambah Jacky.
Baca juga : Praja IPDN Diminta Jadi Perekat Sosial bagi Masyarakat Indonesia
Untuk mewujudkan itu semua harus ada moderasi agama yang diperkuat dari semua agama yang ada di Indonesia.
Sementara Uskup Keuskupan Agung Jakarta Ignatius Kardinal Suharyo Hardjoatmojo mengatakan moderasi agama dilakukan demi tercapainya perdamaian dunia dan hidup dalam kebersamaan.
"Judulnya persaudaraan manusia untuk perdamaian dunia dan hidup bersama," kata Suharyo.
Ia meyakini bahwa proses moderasi agama di Indonesia saat ini sedang berjalan dan terus berjalan.
Ia mengatakan, tantangan moderasi beragama sendiri adalah pada penghayatan iman agama secara benar melalui tokoh-tokoh dari sejumlah komunitas iman.
"Oleh karena itu, tokoh komunitas iman yang sungguh berwibawa dan mendampingi, mencerdaskan komunitas damainya masing-masing dengan penghayatan iman yang benar. Itulah tantangannya untuk moderasi beragama, bahkan itu sudah diberikan indikatornya," kata Suharyo.
Salah satu upaya agar moderasi agama terus berjalan, semua pihak harus berupaya menciptakan dunia harmonis yang dimulai dari hal yang terkecil, yakni dari diri sendiri dan keluarga.
Ketua Umum Dewan Rohaniwan/ Pengurus Pusat Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin) Xs Budi S Tanuwibowo mengatakan agama Khonghucu memiliki cita-cita utama, yakni menciptakan dunia yang harmonis.
"Itu dapat terwujud dimulai dari yang paling kecil, yaitu dari diri sendiri dan keluarga," kata Budi.
Budi menjelaskan, setiap pribadi harus saling menghormati antarsesama manusia agar tercipta kedamaian. Selain dimulai dari keluarga untuk mencapai keamanan dan kenyamanan dalam beragama, manusia di bumi harus menjunjung tinggi persaudaraan. (Ant/OL-7)
BUPATI Intan Jaya, Papua Tengah, Aner Maisini mengungkapkan Hari Raya Idul Adha merupakan momen untuk memperkuat solidaritas dan toleransi umat beragama.
"Setiap ada hari besar keagamaan, warga tanpa memandang keyakinan dan namanya berkumpul, saling pengucapan selamat," jelas Kepala Dusun Thekelan Agus Supriyo.
Dialog antaragama merupakan sarana yang sangat penting bagi mahasiswa untuk meningkatkan daya kritis, membangun hubungan antaragama yang baik dan bermakna.
Toleransi, katanya, adalah kata yang paling sering terdengar tapi terkadang bisa berbalik menjadi penyebab tindakan-tindakan intoleran.
Fondasi dari moderasi beragama yang kokoh tak hanya bertumpu pada edukasi atau pendekatan budaya semata, tetapi juga sangat berkaitan dengan kondisi ekonomi masyarakat.
Dengan memahami makna semboyan bangsa tersebut maka akan muncul cinta, toleransi, dan kelembutan perlu dimiliki oleh setiap orang yang beragama.
Putusan hakim, kata Juru Bicara ABB Rahmat Nasution Hamka harus mampu memenuhi rasa keadilan bagi masyarakat suku dayak.
Kegiatan itu bertujuan untuk menyatukan antar golongan masyarakat di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan informasi serta arus globalisasi dan budaya asing
Menurut Menpora, 77 tahun kemerdekaan Indonesia, maka harapan Indonesia ke depan terbentang luas, walaupun sekarang ini tantangannya tidak ringan.
GUBERNUR Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X berharap peringatan 77 tahun Indonesia merdeka dapat menjadi momentum membangkitkan kebinekaan Indonesia.
Saiful menilai, keberhasilan Jokowi merawat kebinekaan tak lepas dari sinergi yang dibangun dengan semua elemen bangsa.
Nilai-nilai berbangsa dan bernegara dalam konteks digital di Indonesia tak lepas dari Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved