Headline

Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.

Fokus

Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.

Epidemiolog Sarankan Tes Antigen Massal

Indriyani Astuti
24/10/2020 04:21
Epidemiolog Sarankan Tes Antigen Massal
Epidemolog Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Pandu Riono(metrotvnews.com)

EPIDEMOLOG dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Pandu Riono mendorong agar tes massal digencarkan di daerah yang akan menggelar Pilkada 2020.

Tujuannya ialah supaya penyelenggaraan pilkada, terutama saat hari pemungutan suara tidak menjadi klaster baru penularan virus korona. “Kita punya waktu 30 hari untuk meningkatkan testing (sebelum hari pemungutan suara),” ujar Pandu dalam diskusi bertajuk Meninjau Kesiapan Pilkada di Kala Pandemi yang diselenggarakan oleh Ikatan Alumni Universitas Indonesia (Iluni UI), kemarin.

Pandu mengatakan, saat ini sudah ada jenis tes untuk mendeteksi seseorang telah terpapar virus korona atau tidak, yakni melalui pemeriksaan antigen. Melalui pemeriksaan tersebut, virus akan terdeteksi sebagai antigen oleh sistem imunitas tubuh.

Tes cepat antigen untuk virus korona dilakukan dengan mengambil sampel lendir dari hidung atau tenggorokan melalui proses usap. Menurut Pandu, waktu pemeriksaan relatif lebih singkat jika dibandingkan dengan tes polymerase chain reaction (PCR). Tes PCR ialah jenis pemeriksaan untuk mendeteksi pola genetik (DNA dan RNA) dari suatu sel, kuman, atau virus, termasuk virus korona (SARS-CoV-2) dan
membutuhkan beberapa hari untuk hasil tes.

“Testing yang cepat dan tepat daripada rapid test, yaitu antigen untuk mengatasi kekurangan dari keterbatasan tes PCR. Dalam waktu satu hingga dua jam sudah keluar hasilnya sehingga bisa berkumpul masyarakat relatif lebih aman,” terang Pandu.

Menurutnya, pemerintah dan penyelenggara pemilu harus mencermati bahwa semakin banyak orang yang berkumpul saat pemungutan suara, semakin besar potensi penularan virus. Karena itu, tes antigen dibutuhkan. Tidak hanya menganjurkan menggunakan masker dan menjaga jarak saja.

Pandu meyakini pandemi diperkirakan akan berlangsung lama meskipun sudah ada vaksin yang saat ini dalam tahap pengembangan dan akan diproduksi massal. Ia menuturkan, meskipun ada vaksinasi, untuk mencapai kekebalan komunal (herd immunity) dibutuhkan minimal 70% penduduk Indonesia harus mendapatkan vaksin supaya masyarakat terproteksi.

“Dengan demikian, kita juga tenang karena pilkada pasti ada kerumunan ini yang jadi masalah utama. Vaksin bukan solusi jangka pendek, tetapi jangka panjang. Edukasi penting masyarakat harus diajak, kita belum banyak melihat upaya ke arah sana.’’

Berkualitas

Hal senada diutarakan anggota Komisi II DPR Mardani Ali Sera. Ia menyampaikan ada dua indikator pilkada dianggap sukses. Pertama, pilkada berkualitas. Kedua, aman dari klaster penularan virus korona.

Mardani menyampaikan pilkada dapat menjadi peluang klaster baru penularan seperti pemilihan umum sela yang terjadi di Negara Bagian Sabah, Malaysia, apabila tidak diantisipasi dan dibarengi payung hukum kuat serta kepatuhan dari seluruh pihak.

Ia memaparkan dua pekan terakhir, beberapa provinsi yang mengikuti pilkada mulai stabil dalam penambahan jumlah kasus positif covid-19. Namun, di sejumlah provinsi terlihat ada peningkatan kasus. Seperti di Sumatra Utara, peningkatan kasus positif harian pada 11 Oktober sebanyak 20 kasus, tetapi pada 18 Oktober menjadi 21 kasus, kemudian di Sumatra Selatan dari 21 kasus menjadi 25 kasus pada periode yang sama. (P-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Kardashian
Berita Lainnya