Headline

Perekonomian tumbuh 5,12% melampaui prediksi banyak kalangan.

NasDem Tentang Politik Identitas yang Merusak

Putra Ananda
11/10/2019 08:50
NasDem Tentang Politik Identitas yang Merusak
(Dari kiri) Mantan Kepala BPIP Yudi Latif, Dosen FISIP UI Kusnanto Anggoro, cendekiawan muslim Komaruddin Hidayat, moderator Martin Manurung(MI/BARY FATHAHILAH)

PARTAI NasDem menentang praktik politik identitas yang bisa merusak kehidupan berbangsa. Salah satu tindakan konkret yang dilakukan NasDem ialah menerapkan Garis-Garis Besar Haluan Partai (GBHP) terkait dengan politik identitas kepada seluruh kader.

"NasDem ingin memberikan guide line kepada setiap kader, baik di legislatif maupun di eksekutif untuk bersama-sama menghalau politik identitas yang merusak," tegas Ketua DPP NasDem Martin Manurung dalam FGD Politik, Hukum, dan Pertahanan Keamanan Politik Identitas, di Gedung DPP NasDem, Jakarta, kemarin.

Menurutnya, politik identitas sejatinya terjadi hampir di seluruh dunia. Namun, yang terjadi di negara lain bersifat produktif, mampu menunjukkan identitas kesatuan sebagai bangsa. Berbeda dengan Indonesia yang cenderung tercerai-berai oleh praktik politik identitas.

Sebagai partai yang modern, imbuhnya, NasDem akan hadir memberikan solusi terhadap praktik politik identitas yang merusak. NasDem ingin menggerakkan energi dari sisi politik untuk memperkuat politik identitas yang menguatkan Indonesia sebagai bangsa.

Cendekiawan Komaruddin Hidayat menuturkan bahwa parpol harus berhenti mengapitalisasi politik identitas yang mersusak. Parpol mestinya mampu menarik perhatian dengan tawaran gagasan dan integritas dan tidak hanya terpaku pada kemenangan meraih suara.

"Jangan hanya berpuas diri dengan kemenangan yang ditentukan oleh jumlah suara. Padahal, kalau kita bicara Pancasila, kemenangan ditentukan oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan," jelasnya.

Ia menjelaskan demokrasi liberal hanya memunculkan pilihan suka dan tidak suka, bukan benar atau salah. Itulah mengapa politik identitas masih memiliki pengaruh yang kuat di Tanah Air. "Bila berpolitik secara rasional, kemenangan esensial bukan ditentukan oleh jumlah suara, melainkan gagasan." (Uta/P-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya