Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Negara Maju jika Warga Junjung Toleransi

Akmal Fauzi
19/9/2019 08:20
 Negara Maju jika Warga Junjung Toleransi
Presiden Joko Widodo memberikan sambutan saat membuka Forum Titik Temu di Jakarta, Rabu (18/9/2019).(ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)

PRESIDEN Joko Widodo menekankan keberhasilan sebuah negara, salah satunya, ditentukan masyarakat menerima kemajemukan. Semakin menerima kemajemukan, negara itu semakin diminati serta dikunjungi.

Hal itu disampaikan Jokowi saat pembukaan Forum Titik Temu 'Kerja Sama Multikultural untuk Persatuan dan Keadilan' di Jakarta, kemarin. Menurutnya, penting untuk masyarakat mengurangi emosi keagamaan dengan meningkatkan cinta terhadap keagamaan.

"Emosi keagamaan dikurangi atau dihilangkan, kemudian yang dikuatkan, ditingkatkan cinta keagamaan, saya setuju. Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi, lalu lintas orang antardaerah, antarnegara," kata Jokowi.

"Kalau mau mengundang wisatawan dari luar negeri, mendatangkan orang dengan keahlian yang tidak kita miliki, kalau mau investor dari luar negeri, kita harus terbuka. Ke depan akan terjadi seperti itu beda etnik, beda budaya, dan agama," ujarnya.

Presiden bersyukur Indonesia ialah negara yang majemuk. "Bangsa kita ialah bangsa bineka, beda suku, bangsa, dan budaya, tapi Indonesia yang tunggal ika, bersatu dalam perbedaan," kata Jokowi.

Jokowi pun mengungkit pentingnya Indonesia belajar dari keberhasilan Uni Emirat Arab. Jokowi mengaku menyaksikan langsung bagaimana Uni Emirat Arab menjunjung tinggi toleransi dan keterbukaan terhadap bangsa asing. Bahkan menurutnya, tahun ini Uni Emirat Arab tengah merayakan tahun toleransi.

Dalam kesempatan yang sama, cendekiawan muslim Quraish Shihab menyatakan emosi keagamaan yang meluap-luap membuat toleransi tidak tercapai dalam kehidupan bernegara.

Menurutnya, emosi agama harus dicegah dan dialihkan menjadi cinta yang menjadi inti dari ajaran setiap agama.

Dengan cara itu, kata Quraish, setiap orang akan dapat berhubungan secara harmonis di tengah perbedaan yang ada.

Dia juga memperingatkan bahaya kesalahpahaman tentang ajaran agama. Menurutnya, pendidikan jadi kunci untuk memerangi ancaman terhadap persaudaraan tersebut.

"Kesalahpahaman terhadap ajaran agama menjadikan orang enggan membantu orang yang berbeda. Bahkan enggan menyampaikan basa-basi. Padahal, memberi bantuan tidak terlarang oleh agama-agama untuk diberikan yang tidak seagama," kata Quraish. (Mal/X-11)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya