Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
STAF Khusus Presiden bidang Keagamaan Internasional Siti Ruhaini mengatakan aksi 212 dan 411 yang terjadi beberapa waktu lalu akan berlangsung kisruh dan pecah, jika presidennya bukanlah Joko Widodo.
"Pasca-aksi 411 dan 212 saya justru membayangkan kalau bukan Jokowi presidennya, bukan tidak mungkin sudah muncul negara Aceh dan Sumatera," kata Siti, ketika Simposium Peneliti Jokowi II di Auditorium Perpustakaan Nasional, Jakarta Pusat, Kamis (25/7).
Siti mengatakan berkaca dengan kejadian di Suriah dan Libia, setiap aksi massa akan berujung kisruh, lantaran pemimpin di negara tersebut berasal dari elit partai dan militer.
Pemimpin dari kalangan militer dan elit, kata ia, memiliki ego tersendiri menyikapi aksi massa. Sedangkan Jokowi, kata ia, tidak berasal dari kalangan tersebut dan tidak memiliki ego sebagai seorang elit.
Baca juga : Pengamat: Jokowi Harus Wariskan Politik Egaliter
"Kita tidak bisa membayangkan presiden kalau dari elit yang datang dengan egonya. Jokowi datang tidak membawa bagasi ego, ia sangat leluasa, dan dengan gesture tidak ada ketakutan," kata Siti.
Meski mendapat kritikan ketika tidak hadir pada setiap aksi tersebut, namun Siti mengatakan Jokowi mampu hadir sebagai sosok yang tidak mempertaruhkan kepentingan pribadinya.
Menurutnya, Jokowi hanya mementingkan kepentingan bangsa dan negara ketika merespon setiap aksi yang cenderung menjadi oposan terhadap dirinya.
"Sebetulnya bagaimana keberhasilan beliau dalam pengelolaan dan menempatkan posisi sebagai orang biasa, ia merasa tidak ada yang dipertaruhkan, hanya kepentingan bangsa di pundak beliau," kata Siti.
Seperti diketahui, Aksi 212 pada 2016 adalah respons dari pidato Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang menyinggung satu ayat dalam kitab suci Al-Qur'an. Pidato Ahok dianggap menistakan agama Islam. (OL-7)
Unjuk rasa tersebut merupakan reaksi terhadap operasi penangkapan besar-besaran yang dilakukan Lembaga Imigrasi dan Bea Cukai (ICE) terhadap para migran tidak berdokumen.
Wakil Gubernur California, Eleni Kounalakis, berencana mengajukan gugatan hukum atas keputusan Presiden Donald Trump yang mengerahkan Garda Nasional.
Penegak hukum di Los Angeles bersiap menghadapi malam yang penuh ketegangan usai demonstrasi terkait penggerebekan imigrasi.
Wali Kota LA, Karen Bass, mengatakan tidak ada kebutuhan menurunkan pasukan federal dan kehadiran Garda Nasional menciptakan kekacauan yang disengaja.
LAPD menyatakan unjuk rasa di luar Pusat Penahanan Metropolitan sebagai perkumpulan ilegal dan mengizinkan penggunaan peluru tak mematikan.
Penyidik mengatakan Mohammed Sabry Soliman merencanakan pelemparan bom molotov ke demonstran pawai untuk sandera Israel, selama satu tahun.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved