Headline

Karhutla berulang terjadi di area konsesi yang sama.

Fokus

Angka penduduk miskin Maret 2025 adalah yang terendah sepanjang sejarah.

Pemilu Usik Harmoni Masyarakat

MI
21/2/2019 08:25
Pemilu Usik Harmoni Masyarakat
(MI/Djoko Sardjono)

PEMILU dengan segala dinamikanya, termasuk maraknya berita bohong, mulai menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan bermasyarakat. Keselarasan yang selama ini menjadi perekat terusik oleh pesta politik lima tahunan itu.

Pendapat itu dikemukakan Ketua Gerakan Suluh Kebangsaan, Mahfud MD, seusai Dialog Kebangsaan di Stasiun Solo Balapan, Kota Surakarta, Jawa Tengah, kemarin.

"Ada problem dalam implementasi Pancasila, antara lain harmoni di masyarakat yang sekarang mulai terganggu karena ada pesta politik namanya pemilu," katanya.

Terkait hal itu, Mahfud mengingatkan masyarakat untuk kembali dan hidup dalam harmoni. Dia menegaskan pemilu hanya jalan untuk membangun kemajuan lebih lanjut sehingga tidak perlu bertengkar berkelanjutan.

Dialog Kebangsaan di Kota Surakarta ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Jelajah Kebangsaan Merak-Ngawi. Malam sebelumnya dialog serupa juga digelar di Yogyakarta.

Menurut Mahfud, tema merawat harmoni sangat tepat dibicarakan di Kota Surakarta. Seperti halnya Yogyakarta, Surakarta merupakan tempat yang halus sehingga harmoni dapat disetel dari rasa kemanusiaan.

"Agar kita hidup bernegara, berkesatuan, dan berideologi Pancasila secara kukuh bersatu menuju masyarakat adil dan makmur," tegasnya.

Saat berbicara dalam Dialog Kebangsaan di Yogyakarta, Mahfud mengaku melihat adanya rongrongan secara pelan-pelan, tapi nyata terhadap ikatan berbangsa dan bernegara menjelang Pemilu 2019.

Padahal, pemilu seharusnya dijadikan pesta demokrasi yang dinikmati dengan sukacita.

Rongrongan secara pelan-pelan tersebut, misalnya, karena pemilu orang saling mengafirkan. "Karena pemilu orang sudah mengungkit-ungkit kesalahan yang belum tentu benar, karena pemilu saling tuding proasing dan propribumi, Tiongkok, Arab, Jawa, ataupun luar Jawa," urai Mahfud.

Menurut dia, rongrongan tersebut berbahaya. Pemilihan hanya satu hari, hanya 5-10 menit, tetapi dampak dari saling fitnah bisa berlangsung lama.

"Kita seharusnya memperlakukan sebagai pesta. Boleh beda dalam memilih, tetapi tetap berpelukan," katanya. (FR/AT/P-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya