Headline

Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.

Fokus

F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.

Menjaga Kerukunan di Tahun Politik

Insi Nantika Jelita
07/2/2019 07:15
Menjaga Kerukunan di Tahun Politik
(MI/BARY FATHAHILAH)

BANGSA Indonesia sedang menghitung mundur menuju hari pencoblosan Pemilu 2019 pada 17 April mendatang.

Akan tetapi, dalam kontestasi memperebutkan suara rakyat itu, ki­ta tidak boleh kehilangan kebersamaan sebagai bangsa walaupun berbeda pilihan politik, keyakinan, etnik, dan budaya.

Spirit itulah yang semestinya diserap dari deklarasi perdamai­an Paus Fransiskus dengan Imam Besar Al-Azhar Syekh Ahmed al-Tayeb di Abu Dhabi, Uni Emi­rat Arab, Senin (4/2) waktu ­setempat (Media Indonesia, 6/2).

Gubernur NTB periode 2008-2018, Muhammad Zainul Majdi atau lebih dikenal dengan sapaan Tuan Guru Bajang (TGB), menilai betapa menjelang pilpres dan pileg ruang publik dipenuhi berita bohong dan fitnah yang mence­derai semangat kerukunan dan kebangsaan.

“Kita perlu rasa persaudaraan sebagai bangsa untuk membangun ketimbang memercayai hoaks atau mengumbar perseli­sihan antarumat beragama. Kita bisa mencapai titik ini karena bersatu,” kata TGB dalam acara Hijrah Kebangsaan di Tangerang Selatan, Banten, kemarin.

TGB mengimbau perselisihan di antara sesama umat Islam ataupun dengan umat agama lain harus dienyahkan. Kecenderungan satu pihak mengklaim mewakili aspirasi umat serta diselingi narasi dan penyebaran hoaks serta fitnah berpotensi merusak sendi-sendi ­kebangsaan kita.

“Kita semua harus hijrah, ko­mit, menolak kebohongan, dan berpihak pada kebenaran,” lanjut TGB.

Pelajaran mahal
Dalam deklarasi yang berinti­kan toleransi, Paus dan Syekh Ta­­yeb menyeru kepada para pe­­­­mimpin dunia dan pembuat ke­bijakan untuk bersama-sama melawan ekstremisme dan me­nge­­depankan toleransi. Bahkan Syekh Tayeb meminta umat Islam di Timur Tengah merangkul komunitas Kristen setempat.

Paus pun mengimbau diakhiri-­nya perang di Timur Tengah se­­perti di Yaman, Suriah, Irak, dan Libia. “Semua pemimpin me­miliki tugas menolak setiap kemungkinan terjadinya perang dunia.”

Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2006-2015, Komaruddin Hidayat, mengatakan pertemuan Paus dengan Syekh Tayeb meng­­ajarkan kepada kita bahwa per­be­­daan keyakinan, etnik, dan pi­lihan politik tidak menghalangi niat tulus warga bangsa ini untuk hidup berdampingan.

“Pertemuan itu menjadi pelajaran yang mahal. Orang Indone­sia yang berbeda-beda ini bisa meniru, jangan ada prasangka buruk dari umat Islam kepada Kris­­ten dan juga sebaliknya. Se­­baiknya kita mengelaborasi apa makna perjumpaan itu bagi hubungan antaragama di Indone­sia,” ujar Komaruddin.

Quraish Shihab yang hadir sebagai anggota Majelis ­Hukama’ Al-Islam (Moslem Elders ­Councils) dalam deklarasi damai di Abu Dha­bi mengemukakan ikatan kebersamaan da­lam aga­­ma tidak menafikan ikatan persaudaraan antarmanusia.

“Penting menjaga persauda­raan bukan saja sesama muslim, melainkan juga sesama manusia walaupun berbeda keyakinan. Tantangan untuk mewujudkan persauda­raan adalah peradaban modern yang terlalu mementingkan as­pek material dan mesin diser­tai sifat rakus, egoisme, dan mengesampingkan manusia dan kemanusiaan,” tandas Quraish Shihab dalam pernyataan yang di­­kutip Medcom.id dari Pusat Studi Alquran, kemarin. (Gol/Faj/Ant/X-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya