Headline
Reformasi di sisi penerimaan negara tetap dilakukan
Operasi yang tertunda karena kendala biaya membuat kerusakan katup jantung Windy semakin parah
JELANG penyelenggaraan pemilu yang kurang 85 hari lagi, Lembaga riset Founding Fathers House (FFH) meminta penyelenggara pemilu perlu menjaga citra kelembagaanya. Sebab, jangan sampai ketidakhatian lembaga penyelenggara dalam tahapan pemilu justru mereduksi citra lembaga penyelenggara.
"Lembaga penyelenggara harus peduli untuk sejumlah isu publik yang bersifat krusial. Sehingga jangan sampai telat menyikapinya, jika itu terjadi maka seperti pemadam kebakaran saja. Kalau sudah begitu, wajah penyelenggara nanti menjadi tidak baik di mata publik," ujar Peneliti Senior Founding Fathers House (FFH), Dian Permata, di Jakarta, Selasa (22/1).
Baca juga: Prabowo-Sandiaga Dinilai Sulit Kejar Elektabilitas Jokowi-Ma’ruf
Mengacu pada riset yang dilakukan FFH bersama Sindikasi Pemilu dan Demokrasi (SPD) pada medio Agustus-Desember 2018 di enam provinsi, yakni Sumatera Barat, Riau, DIY, Banten, DKI Jakarta, dan Jabar, lembaga penyelenggara pemilu perlu meningkatkan citranya di mata publik.
Sebanyak 43,18% publik percaya dan sebanyak 22,08% tidak percaya terhadap Komisi Pemilihan Umum (KPU). Sedangkan untuk Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) sebanyak 41,3% publik percaya dan sebanayak 20,3% tidak percaya.
Ia menyebut, tingkat kepercayan publik yang kurang dari 50% merupakan tantangan dan kerawanan bagi lembaga penyelenggara pemilu tiga bulan kedepan. Rendahnya kepercayaan publik dipengaruhi oleh beberapa hal seperti politik uang, polemik kardus, OTT penyelenggara dan debat kandidat.
Lebih lanjut, Dian menerangkan, pemilihan mahasiswa sebagai responden riset lantaran mahasiswa dinilai tengah dalam fase menerima dan membuka arus informasi sebanyak-banyaknya termasuk dalam hal infomasi terkait pemilu.
“600 responden mahasiswa dijadikan sampel karena mahasiswa merupakan tahapan dimana membuka keran informasi sebanyak-banyaknya,” jelas Dian.
Karena itu, saran Dian, lembaga penyelenggara perlu lebih giat lagi dalam melakukan edukasi terhadap masyarakat mengenai informasi terkait proses pemilu guna meningkatkan patisipatif publik dalam pemilu sehingga mampu menekan angka golput.
Baca juga: Publik Dinilai Lebih Fokus ke Pilpres Ketimbang Pileg
Merespon temuan itu, anggota DKKP Alfitra Salam justru menyebut temuan tersebut menghawatirkan bagi proses demokrasi kedepan. Ia menduga rendahnya tingkat kepercayaan publik lantaran DKKP tidak mempunyai struktur ke bawah sehingga ada kemungkinan ada arus informasi yang terputus terkait rendahnya pengetauhaan masyarakat tentang lembaga lembaga penyelenggara pemilu termasuk DKPP. “DKPP itu tidak mempunyai struktur yang vertikal sampai ke daerah sehingga mungkin ada ruang yang membuat informasi terputus sebatas di pusat saja,” jelas Alfitra
Meskipun demikian, pihaknya memaklumi temuan riset tersebut. Sebab, DKKP baru berdiri selama 7 tahun sehingga diperlukan proses dan waktu untuk kearah yang lebih baik. Sebagai data pembanding, Alfitra mengatakan, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Universitas Diponegoro ditemukan sebanyak 82% pihak teradu merasa cukup puas terhadap pelayanan DKPP. (OL-6)
Surat dari DPP PDIP dibutuhkan untuk menyelesaikan perbedaan tafsir terkait penetapan caleg yang sudah meninggal pada Pamilu 2019. Dia juga menjelaskan surat balasan dari MA.
Yasonna keluar dari Gedung Merah Putih KPK sekitar pukul 16.45 WIB. Jalur pulang dia berbeda dengan saksi lainnya.
Sidang akan digelar pada hari Senin (24/2) pukul 13.30 WIB di Kantor Bawaslu Provinsi Sumatera Utara, Kota Medan.
Selain itu, Jokowi mengatakan, NasDem selalu konsisten mendukung dirinya saat bersama Jusuf Kalla maupun kini dengan KH Ma'ruf Amin.
Revisi UU Pemilu perlu disegerakan agar penyelenggara pemilu mempunyai waktu yang cukup dalam melakukan proses sosialisasi dan tahapan Pemilu 2024.
Peserta sekolah legislatif akan mendapatkan berbagai materi pelajaran tentang kedewanan sebanyak 40%, kepartaian 30%, dan pembangunan karakter 30%
KPK menetapkan Hasto Kristiyanto sebagai tersangka suap terkait buronan Harun Masiku. Hasto disebut aktif mengupayakan Harun memenangkan kursi anggota DPR pada Pemilu 2019.
Bagi Mahfud, batalnya memakai kemeja putih tersebut lima tahun lalu menyimpan pesan tersendiri.
KPID Sulawesi Selatan mengaku belum bisa menindak caleg dan parpol yang mulai mencuri start pada Pemilu 2024.
PENDUKUNG Joko Widodo pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 kini berbalik mendukung calon presiden (capres) Prabowo Subianto jelang Pilpres 2024.
Beberapa upaya dari KPU untuk mencegah terjadinya kembali korban jiwa dari petugas KPPS.
"Mas Ganjar kan enggak nyapres, enggak nyapres beliau," kata Immanuel di Jakarta, Minggu.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved