Headline

Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.

Fokus

Pasukan Putih menyasar pasien dengan ketergantungan berat

Koridor Kebebasan

Usman Kansong Dewan Redaksi Media Group
28/9/2019 05:30
Koridor Kebebasan
Usman Kansong Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

KEBEBASAN dewasa ini dibangun di atas keseimbangan rapuh antara negara dan masyarakat, antara elite dan warga, antara institusi dan kebiasaan. Daron Acemoglu dan James A Robinson menuliskan hal ini dalam buku terbaru mereka, The Narrow Corridor: States, Society, and the Fate of Liberty.

Di negara ini, ketika hari-hari belakangan disesaki unjuk rasa, kita menyaksikan keseimbangan rapuh itu. Keseimbangan kita labil, turun-naik, belum stabil.

Negara dianggap terlalu kuat ketika mengegolkan UU KPK atau mencoba mengegolkan sejumlah rancangan undang-undang. Negara membangun kebebasan melalui kekuasaan legislatif dan eksekutif.

Negara dianggap terlalu bebas dan leluasa merancang berbagai undang-undang tanpa menyediakan ruang dialog yang memadai buat masyarakat. Koridor kebebasan negara meluas, tetapi koridor kebebasan masyarakat menyempit.

Giliran mahasiswa dan pelajar yang dianggap terlalu kuat ketika berunjuk rasa menentang pengesahan undang-undang kontroversial. Dalam hal ini, koridor kebebasan dibangun melalui mobilisasi masyarakat.

Meluas dan menguatnya koridor kebebasan masyarakat terbukti dari kesuksesan mereka menggagalkan pengesahan sejumlah RUU. Kekuasaan legislasi negara berkurang. Koridor kebebasan masyarakat meluas, sedangkan koridor kebebasan negara menyempit.

Dalam kebebasan yang dibangun melalui mobilisasi massa, masyarakat seperti lebih leluasa dan bebas melakukan tindakan anarkistis. Kekerasan yang menimpa aparat ataupun kerusakan fasilitas umum diterima sebagai ekses mobilisasi massa atau dianggap dilakukan penumpang gelap.

Akan tetapi, kekerasan yang dilakukan aparat terhadap demonstran akan dianggap sebagai tindakan represif dan eksesif. Ini kemudian mempersempit ruang gerak aparat dalam menangani mobilisasi massa yang anarkistis sekalipun.

Tidak adil, bukan? Sekali lagi, koridor kebebasan masyarakat meluas, sementara koridor kebebasan negara menyempit.

Keseimbangan rapuh antara kebebasan negara dan masyarakat itu menjangkiti keseimbangan antara demokrasi dan konstitusi.

Masyarakat lebih suka menggunakan jalur demokrasi ketimbang jalur konstitusi. Masyarakat lebih suka berdemonstrasi demi membatalkan UU KPK ketimbang mengajukan uji materi undang-undang tersebut ke Mahkamah Konstitusi.

Presiden akhirnya mempertimbangkan menerbitkan peraturan pemerintah pengganti undang-undang karena 'tekanan' bertubi-tubi dari masyarakat. Ini menunjukkan koridor kebebasan negara menyempit dan koridor kebebasan masyarakat menguat. Demokrasi menguat, tetapi konstitusi melemah.

Bila koridor kebebasan terus-menerus bertumpu pada keseimbangan rapuh seperti itu, tinggal tunggu waktu saja bagi kita untuk kembali ke zaman otoriter yang tiada keadilan di dalamnya.

Kebebasan yang terlalu meluas akan menghasilkan demokrasi suka-suka dan demokrasi sekehendak rakyat ini akan melahirkan otoritarianisme populis. Hongaria dan Brasil mengalami hal ini.

Seakan negara tak rela menyempit koridor kebebasannya lalu bertindak represif dan otoriter terhadap kebebasan masyarakat. Mesir mengalami hal ini.

Kita mesti kembali ke koridor kebebasan yang dibangun di atas fondasi keseimbangan kukuh supaya otoritarianisme tak terjadi lagi. Kita perlu menata ulang mekanisme dialog untuk mencapainya karena dalam dialog posisi koridor kebebasan negara dan masyarakat seimbang.
 



Berita Lainnya
  • Zohran Mamdani

    28/6/2025 05:00

    SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.

  • Memuliakan yang (tidak) Mulia

    26/6/2025 05:00

    ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.

  • Daya Tahan Iran

    25/6/2025 05:00

    HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.

  • Dunia kian Lara

    24/6/2025 05:00

    PADA dasarnya manusia ialah makhluk yang tak pernah puas. Ketidakpuasan disebabkan memiliki ambisi yang sering kali melampaui akal sehat sebagai manusia.

  • Presiden bukan Jabatan Ilmiah

    22/6/2025 05:00

    PEMBICARAAN seputar syarat calon presiden (capres) bergelar sarjana terus bergulir liar.

  • Bersaing Minus Daya Saing

    21/6/2025 05:00

    Lee sempat cemas. Namun, ia tak mau larut dalam kegalauan.

  • Sedikit-Sedikit Presiden

    20/6/2025 05:00

    SEKITAR enam bulan lalu, pada pengujung 2024, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk membatalkan penaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% untuk mayoritas barang dan jasa.

  • Jokowi bukan Nabi

    19/6/2025 05:00

    DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.

  • Wahabi Lingkungan

    18/6/2025 05:00

    SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.

  • Sejarah Zonk

    17/6/2025 05:00

    ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.  

  • Tanah Airku Tambang Nikel

    16/6/2025 05:00

    IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.

  • Keyakinan yang Merapuh

    14/6/2025 05:00

    PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.

  • Lebih Enak Jadi Wamen

    13/6/2025 05:00

    LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.

  • Enaknya Pejabat Kita

    12/6/2025 05:00

    "TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''

  • Ukuran Kemiskinan\

    11/6/2025 05:00

    BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan

  • Bahlul di Raja Ampat

    10/6/2025 05:00

    PERJUANGAN mengusir penjajah lebih mudah ketimbang melawan bangsa sendiri.

Opini
Kolom Pakar
BenihBaik