Korupsi sebagai Seni Hidup

Saur Hutabarat Dewan Redaksi Media Group
25/8/2019 23:10
Korupsi sebagai Seni Hidup
Saur Hutabarat Dewan Redaksi Media Group(MI/EBET)

SETELAH melalui seleksi ketat kini tinggal 20 orang lulus untuk  mengikuti seleksi berikutnya menjadi pimpinan KPK. Dari jumlah itu sejauh ini cuma seorang petahana pimpinan KPK yang lolos.

Gugurnya petahana pimpinan KPK sedikit atau banyak menunjukkan adanya 'keusangan' di tubuh elite KPK. Yang usang tentu gugur.

Menyeleksi anak bangsa ini untuk menjadi pimpinan KPK ialah pekerjaan setengah dewa untuk mendapatkan manusia setengah bahkan tiga perempat malaikat. Inilah tugas orang-orang bersih untuk mendapatkan orang orang superbersih duduk secara kolektif di puncak piramida KPK.

Apakah kita punya orang-orang superbersih untuk memimpin KPK? Korupsi di negeri ini kejahatan luar biasa. Untuk tugas superlatif itu diperlukan orang superior. Apakah 20 nama itu semuanya superbersih? Jika hasil uji publik tidak ada yang superbersih, melainkan relatif bersih, maka siapa pun terpilih baiklah dipandang sebagai orang yang relatif superbersih. Adakah yang super dan sekaligus relatif? Itulah kelucuan pertama logika dalam kita memberantas korupsi.

Dalam hal lucu, wajar orang tertawa. Dalam hal korupsi, tidak elok tertawa, karena korupsi bukan untuk ditertawakan. Korupsi untuk ditangisi.

Ditangisi karena apa pun rumusan korupsi, siapa pun duduk selaku pimpinan KPK, serta betapa pun ganasnya OTT, tidak ada tanda-tanda korupsi di negeri ini bakal tergerus dan terkikis. Bertambah banyaknya koruptor tertangkap basah sebaliknya malah menunjukkan tidak benar bahwa derajat korupsi menurun bila penangkapan gencar dilakukan.

Sesungguhnya dan senyatanya koruptor tidak takut OTT. Mereka orang-orang suka basah dan kalau basah berani mandi sekalian.

Rumus lain yang juga gagal ialah derajat korupsi ditentukan seberapa besar kekuasaan dan diskresi dalam pengambilan keputusan. Kekuasaan eksekutif telah dibatasi (antara lain cukup dua kali masa jabatan), diskresi pun telah pula dibatasi (antara lain harus mendapat persetujuan DPR/DPRD). Yang terjadi, untuk terpilih, eksekutif membeli suara rakyat, untuk mendapat persetujuan DPR/DPRD, membeli suara wakil rakyat.

Setan itu melingkar. Bukankah untuk duduk di DPR/DPRD membeli suara rakyat?

Masih ada rumus lain, yakni derajat korupsi menurun bila ada transparansi dan integritas. Untuk menegakkan transparansi pejabat publik harus melaporkan kekayaannya dan untuk menegakkan integritas menandatangani pakta integritas. Semua dijalankan, korupsi tetap tegak perkasa.

Kenapa korupsi begitu sulit diberantas? Mungkin karena dalam korupsi melekat dua perkara sekaligus, yakni kesalahan rasional (rational errors) dan perilaku irasional (irrational behavior). Kesalahan rasional terjadi bila koruptor berkesimpulan maslahat (returns) korupsi lebih besar daripada mudarat (costs) korupsi. Nikmat hasil korupsi lebih besar dibanding derita terkena OTT dan bertahun-tahun masuk penjara.

Korupsi sebagai perilaku irrasional terjadi bila orang mengira OTT ataupun jenis penangkapan KPK lainnya bisa diduga kapan dan di mana bakal terjadi atau mengira tidak bakal menimpa dirinya. Kalau toh menimpa diri cuma perkara kebetulan atau lagi apes.

Demikianlah korupsi di negeri ini terus bergerak maju tanpa keraguan atau ketakutan berkat hasil bentukan 'kesalahan rasional' dengan 'perilaku irrasional'. Di fase itu sebetulnya korupsi menjadi 'seni hidup tersendiri'. Bagaimana memberantas 'seni aneh' ini? Siapa pula bisa memberantasnya? Maaf, apakah KPK masih bisa?

Kiranya Anda mendapati suara sumbang di Podium ini. Saya sengaja menyuarakan kesumbangan itu agar panitia seleksi calon pimpinan KPK tidak lupa kepanjangan huruf 'P' dalam tubuh KPK. Akronim bisa memudarkan substansi. 'P' itu bukan 'Penindakan' atau 'Pencegahan', melainkan 'Pemberantasan'.

Terhadap apa? Bukan semata terhadap uang negara, tapi lebih jauh dan lebih dalam pemberantasan terhadap korupsi sebagai 'seni hidup tersendiri'.



Berita Lainnya
  • Dilahap Korupsi

    04/7/2025 05:00

    MEMBICARAKAN korupsi di negara ini tak pernah ada habisnya. Korupsi selalu menawarkan banyak angle, banyak point of view, banyak sisi yang bisa diberitakan dan dicakapkan.

  • Museum Koruptor

    03/7/2025 05:00

    “NAMA Zarof Ricar paling nyolok. Terima suap biar hukuman ringan. Hukum ternyata soal harga, bukan keadilan.”

  • Deindustrialisasi Dini

    02/7/2025 05:00

    Salah satu penyebab deindustrialisasi dini terjadi, kata sejumlah analis, ialah Indonesia sempat terjangkit oleh penyakit dutch disease ringan.

  • Menanti Bobby

    01/7/2025 05:00

    WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.

  • Cakar-cakaran Anak Buah Presiden

    30/6/2025 05:00

    VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.

  • Zohran Mamdani

    28/6/2025 05:00

    SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.

  • Memuliakan yang (tidak) Mulia

    26/6/2025 05:00

    ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.

  • Daya Tahan Iran

    25/6/2025 05:00

    HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.

  • Dunia kian Lara

    24/6/2025 05:00

    PADA dasarnya manusia ialah makhluk yang tak pernah puas. Ketidakpuasan disebabkan memiliki ambisi yang sering kali melampaui akal sehat sebagai manusia.

  • Presiden bukan Jabatan Ilmiah

    22/6/2025 05:00

    PEMBICARAAN seputar syarat calon presiden (capres) bergelar sarjana terus bergulir liar.

  • Bersaing Minus Daya Saing

    21/6/2025 05:00

    Lee sempat cemas. Namun, ia tak mau larut dalam kegalauan.

  • Sedikit-Sedikit Presiden

    20/6/2025 05:00

    SEKITAR enam bulan lalu, pada pengujung 2024, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk membatalkan penaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% untuk mayoritas barang dan jasa.

  • Jokowi bukan Nabi

    19/6/2025 05:00

    DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.

  • Wahabi Lingkungan

    18/6/2025 05:00

    SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.

  • Sejarah Zonk

    17/6/2025 05:00

    ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.  

  • Tanah Airku Tambang Nikel

    16/6/2025 05:00

    IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.