Headline

Program Makan Bergizi Gratis mengambil hampir separuh anggaran pendidikan.

Apatisme Publik Jadi Kekhawatiran

Haryanto
10/11/2020 05:15
Apatisme Publik Jadi Kekhawatiran
Ketua KPU Kota Semarang Henry Casandra Gultom (kiri) menyerahkan berkas surat keputusan tata letak posisi kertas suara.(ANTARA FOTO/AJI STYAWAN)

PEMILIHAN Wali Kota Kota Semarang 2020 hanya diikuti satu pasangan calon. Keduanya ialah petahana Hendrar Prihadi (Hendi) dan Hevearita G Rahayu (Ita) yang diusung sembilan partai politik penghuni DPRD Kota Semarang serta lima partai politik nonparlemen.

Ke-9 partai pemilik kursi DPRD Kota Semarang tersebut ialah PDIP, Partai Golkar, PKB, Partai Demokrat, PKS, Partai Gerindra, PAN, Partai NasDem, dan PSI. Lima partai pendukung lainnya PKPI, Partai Hanura, Partai Berkarya, PBB, dan PPP.

‘’Ada tugas berat bersama partai pengusung dan pendukung untuk memastikan masyarakat datang ke TPS dan menyalurkan suaranya,’’ kata Hendi beberapa waktu lalu.

Dengan dukungan 14 partai, Hendi-Ita praktis menjadi calon tanpa lawan. Tak cuma tak ada rival, posisi itu dikhawatirkan membuat masyarakat enggan mendatangi TPS untuk memberikan suara pada 9 Desember mendatang.

Hendi pun mengakui kondisi tersebut menjadi pekerjaan rumah yang tak gampang. Dia berharap, mesin-mesin politik partai baik pengusung maupun pendukung untuk terus meyakinkan masyarakat.

Meski 14 partai berada di balik pasangan Hendi-Ita, kampanye lewat baliho, spanduk, dan umbul-umbul belum terlihat menyemarakkan pesta demokrasi.

Selain lantaran hanya terdapat satu paslon, imbas dari pandemi covid- 19 cukup berpengaruh. Calon tunggal bisa jadi juga merasa terlalu percaya diri bakal menang atas kolom kosong.

Apalagi, yang tampil ialah paslon petahana yang lebih dari empat tahun ini sangat dikenal masyarakat Semarang. Hendi-Ita dinilai berhasil menata kota sehingga tidak perlu gencar berkampanye.

Ketua Tim Pemenangan Hendi-Ita, Kadarlusman, mengatakan pihaknya tidak melibatkan juru kampanye tingkat nasional. Jurkam lokal dianggap sudah cukup untuk memenangkan Hendi-Ita melawan kotak kosong.

Akan tetapi, menurut analisis politik Universitas Diponegoro (Undip) Semarang Yuwanto, kotak kosong yang akan menjadi lawan diprediksi tetap mendapatkan suara. “Kalau 100% memilih Hendi-Ita, kecil kemungkinannya. Pasti ada yang pilih kotak kosong,” kata dosen politik dan pemerintahan Undip tersebut.

Ia menilai, dalam realitas politik, merupakan hal yang wajar sebagian masyarakat memilih kotak kosong dalam pemilu yang hanya diikuti calon tunggal.

Kehendak partai politik pengusung dan pendukung belum tentu merepresentasikan kehendak rakyat.

Meski demikian, terang Yuwanto, kondisi itu tidak perlu terlalu dipikirkan karena pasangan Hendi-Ita diperkirakan menang mutlak. Justru yang harus menjadi perhatian seluruh pemangku kepentingan ialah memastikan partisipasi pemilih tetap tinggi untuk datang ke TPS.

 

ANTARA FOTO/R REKOTOMO

Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi (kanan) menerima penghargaan dari Direktur Politeknik Maritim Negeri Indonesia (Polimarin) Sri Tutie Rahayu tentang kepedulian pengembangan sektor maritim di Kota Semarang, Jawa Tengah, Kamis (27/9/2018).

 

Gencarkan sosialisasi

Yuwanto menekankan, partai pengusung dan pendukung Hendi-Ita harus lebih menggencarkan sosialisasi ke masyarakat. “Jangan sampai karena berpikir Hendi-Ita pasti jadi, kemudian tidak datang ke TPS,” katanya.

Sementara itu, peneliti perilaku politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Mada Sukmajati, mengungkapkan rilis beberapa lembaga survei masih menunjukkan adanya rasa enggan masyarakat untuk datang ke TPS karena takut tertular oleh virus korona.

“Ini menjadi tugas bagi KPU, pemerintah daerah, dan pasangan calon untuk meyakinkan pemilih bahwa proses pilkada menerapkan protokol kesehatan yang ketat,” tutur Mada.

Tim sukses dituntut tidak hanya mengandalkan metode kampanye konvensional. Mereka mesti memiliki inovasi dan kreativitas terutama pada ranah platform digital tanpa mengabaikan rambu-rambu aturan.

Mada menguraikan isu pilkada masih cukup diminati masyarakat. Hasil analisis pemetaan pola perbincangan topik tentang penyelenggaraan pilkada di Indonesia yang dilakukan Big Data Lab Fisipol UGM, misalnya, menunjukkan warganet cukup aktif memperbincangkan isu penundaan pilkada. (X-8)

 

Sumber: KPU/Tim Riset MI-NRC

 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya