Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
PABRIKAN mobil asal Jepang, Toyota, dilaporkan mengambil langkah untuk memangkas target produksi kendaraan listrik atau electric vehicle (EV)-nya sebanyak 33% pada 2026.
Dikutip dari Carscoops, Sabtu (7/9), langkah itu nampaknya tepat mengingat belum lama ini perusahaan memang mendapatkan kritik karena terlalu mengandalkan model mobil hybrid dan tidak melakukan inovasi pada jajaran EV.
Laporan itu datang dari media asal Jepang, Nikkei, yang menyebutkan raksasa otomotif Jepang itu dilaporkan mulai ragu akan kondisi pasar dan akhirnya memutuskan secara signifikan memperlambat produksi kendaraan listriknya.
Sebagai bagian dari langkahnya itu, Toyota berencana untuk memproduksi sebanyak satu juta EV pada 2026, yang nilainya turun sebesar 33%. Angka produksi tersebut terbilang masih sangat besar untuk target dua tahun ke depan, bahkan bisa dibilang merupakan peningkatan besar dari sekitar 100.000 EV yang terjual tahun lalu.
Meski begitu tetap saja Toyota telah mengambil keputusan untuk memperlambat produksi EV-nya mengikuti kondisi pasar EV global yang juga ikut melambat. Sebagai bagian dari upaya ini, perusahaan mungkin hanya akan memproduksi sekitar 400.000 kendaraan listrik pada tahun depan.
Belum diketahui apakah akan ada jenis kendaraan listrik yang ditunda sebagai bagian dari rencana perlambatan produksi tersebut, tetapi diketahui saat ini Toyota sedang mengerjakan berbagai macam model termasuk dua SUV tiga baris. Kendaraan ini akan diproduksi di Toyota Motor Manufacturing Kentucky dan Toyota Motor Manufacturing Indiana.
Baca juga : All-new KONA Electric di GIIAS Surabaya 2024 Senjata Hyundai Gaet Anak Muda
Sebelumnya pada Juli 2024, produsen mobil tersebut menyatakan untuk menawarkan 30 model BEV secara global di seluruh merek Toyota dan Lexus. Perusahaan juga memiliki rencana produksi sebanyak 3,5 juta BEV setiap tahunnya pada 2030.
Nampaknya target tersebut bisa saja lebih lambat dicapai dengan adanya rencana perlambatan produksi tersebut.
Sebenarnya, Toyota bukan satu-satunya pelaku otomotif yang memilih memperlambat produksi EV mereka. Pabrikan lain yang beroperasi secara global juga beberapa ada yang mengambil langkah serupa seperti Volvo yang baru-baru ini membatalkan rencana untuk hanya memproduksi kendaraan listrik pada 2030.
Volvo memutuskan untuk lebih banyak memproduksi kendaraan hybrid ketimbang kendaraan listrik. Selain itu, ada juga Ford yang memilih menghentikan produksi model EV crossover tiga barisnya dan menunda penerus F-150 Lightning hingga 2027.
Terakhir ada juga GM yang baru-baru ini menunda rencana untuk menawarkan kendaraan listrik Buick di Amerika Serikat. (S-1)
Dengan berbagai stimulus dan dukungan yang diberikan saat ini, pertumbuhan kendaraan listrik relatif signifikan.
Rosan menjelaskan kehadiran pabrik tersebut sebagai komitmen pemerintah bersama swasta untuk membangun ekosistem kendaraan listrik,
Sebenarnya kebijakan penataan tata kelola (BBM bersubsidi) ini terpisah dari kebijakan kendaraan listrik. Jadi kendaraan listrik ini menjadi opsi yang lebih pas.
Pertimbangan lain dari anak muda saat memilih EV adalah daya tahan baterainya. Ini penting karena anak muda memiliki mobilitas tinggi.
Forum itu menghadirkan panelis lintas stakeholder berkaitan dengan adopsi kendaraan listrik di Indonesia, sekaligus memberikan masukan terhadap hasil riset sebagai perumusan road map.
Toyota boleh dikatakan menjadi pionir teknologi elektrifikasi jenis HEV. Toyota Hybrid System (THS) diperkenalkan pertama kali pada 1997 melaluiToyota Prius generasi pertama.
Toyota Production System (TPS) sebagai sistem produksi asli yang dikembangkan oleh Toyota untuk mencapai produksi yang efisien dan berkualitas.
Toyota memanfaatkan momentum GIIAS untuk menampilkan jajaran kendaraan yang mencakup berbagai segmen, mulai dari city car hingga mobil listrik murni.
Dengan diproduksinya bZ4X di Indonesia, kendaraan berbasis baterai ini akan lebih mudah dijangkau, serta memastikan ketersediaan suku cadang yang lebih optimal bagi pelanggan.
Mereka memahami kekhawatiran Pemerintah Indonesia dan menyatakan komitmen untuk menjaga harga tetap stabil dan mempertahankan tenaga kerja di tengah berbagai tantangan global.
Lebih dari 300 anggota TeRuCI yang hadir bersama sekitar 200 kendaraan dari 32 chapter di seluruh Indonesia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved