Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
GIZI yang baik merupakan kunci vital bagi kesehatan dan produktivitas. Tanpa asupan gizi yang tepat, tubuh akan mudah terpapar berbagai masalah kesehatan serius, yang tidak hanya berdampak pada kualitas hidup, tetapi juga produktivitas individu. Sayangnya, di Indonesia, isu gizi tidak seimbang masih menjadi tantangan besar, baik dalam bentuk kekurangan gizi maupun kelebihan gizi. Hal ini membawa dampak signifikan terhadap kesehatan masyarakat.
Salah satu masalah utama terkait gizi tidak seimbang di Indonesia ialah gizi kurang, yang berdampak pada anak-anak balita. Salah satu indikator gizi kurang yang paling mengkhawatirkan yakni stunting atau tengkes. Data tahun 2014 menunjukkan bahwa satu dari tiga anak balita di Indonesia mengalami stunting. Meskipun berbagai upaya telah dilakukan untuk menurunkan angka ini, kemajuan yang dicapai masih jauh dari target yang diharapkan. Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), Indonesia menargetkan prevalensi stunting turun menjadi 14% pada 2024. Namun, prevalensi stunting masih berada di angka 21,5% (2022). Ini menunjukkan laju penurunan stunting masih lambat. Ironisnya meskipun pemerintah telah menggelontorkan dana besar hingga Rp 46 triliun untuk menekan stunting, pada 2023, prevalensinya hanya turun tipis menjadi 21,4%. Jauh dari target WHO yang merekomendasikan penurunan stunting sebesar 3,9% per tahun. Dengan target jangka panjang menghilangkan stunting sepenuhnya pada 2030, Indonesia dihadapkan pada tantangan serius. Tidak hanya gizi kurang yang menjadi masalah besar. Gizi berlebih, dalam bentuk kelebihan berat badan dan obesitas, meningkat tajam dalam beberapa dekade terakhir. Obesitas menjadi faktor risiko utama berbagai penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, stroke, dan penyakit jantung koroner. Penyakit-penyakit ini tidak hanya menurunkan kualitas hidup individu, juga membawa beban ekonomi yang besar karena tingginya biaya perawatan dan hilangnya produktivitas.
Bayangkan, lebih dari 1 dari 3 penduduk Indonesia mengalami kelebihan berat badan atau obesitas. Dalam jangka panjang, peningkatan prevalensi obesitas tidak hanya akan memperburuk kesehatan masyarakat, juga menambah beban ekonomi negara karena kebutuhan akan pelayanan kesehatan meningkat. Tantangan ini menunjukkan pentingnya pendekatan komprehensif untuk menangani masalah gizi tidak seimbang di Indonesia.
Gizi kurang dan gizi berlebih merupakan dua sisi dari satu mata uang yang sama, keduanya merupakan indikasi dari ketidakseimbangan dalam pola makan dan gaya hidup. Oleh karena itu, kebijakan yang diambil harus mencakup intervensi di berbagai sektor, mulai dari perbaikan akses terhadap makanan bergizi, peningkatan edukasi gizi, hingga promosi gaya hidup sehat. Indonesia harus terus berupaya mencapai target gizi yang seimbang, baik dengan menurunkan prevalensi stunting maupun mengendalikan angka obesitas yang merupakan kunci untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan membangun generasi yang lebih produktif serta sehat di masa depan. Dengan upaya yang konsisten, optimisme tetap ada bahwa Indonesia dapat mengatasi tantangan gizi ini demi kesejahteraan seluruh warganya. (H-3)
Pemerintah berharap program Makan Bergizi Gratis dapat mendukung upaya penurunan tengkes.
Penyakit anemia lebih rentan terjadi pada kaum perempuan, terutama anak-anak, remaja putri, dan perempuan hamil
Agar anak tidak stunting, upaya pencegahan perlu dilakukan sejak jauh hari, bahkan sebelum masa kehamilan.
Mencuci tangan pakai sabun berperan penting untuk menghindarkan si kecil dari stunting. Bagaimana kaitan stunting dengan cuci tangan? Mari simak penjelasannya.
Edukasi yang dibarengi contoh nyata diperlukan untuk menambah pengetahuan ibu hamil dalam mempersiapkan bayinya agar tidak stunting.
Daun kelor kering sebanyak 100 gram diketahui mengandung senyawa protein 2 kali lebih tinggi daripada yoghurt, vitamin A yang 7 kali lebih tinggi daripada wortel.
Bunda, obesitas tak hanya berbahaya untuk orang dewasa. Bagi anak-anak, obesitas juga membawa sejumlah risiko yang perlu diwaspadai.
Penelitian terbaru menunjukkan obat untuk mengatasi diabetes dan obesitas, dapat meningkatkan risiko kelumpuhan lambung (gastroparesis).
Eating disorder bukan hanya masalah naik-turun berat badan. Ada berbagai faktor di belakangnya, seperti trauma, depresi, gangguan kecemasan, dan tekanan lingkungan.
Lingkar pinggang sebaiknya jangan lebih dari 90 cm bagi laki-laki dan perempuan jangan lebih dari 80 cm.
Obesitas pada anak jangan disepelekan sebab akan mengundang penyakit lain, seperti jantung, diabetes, asma, otot dan lainnya.
Penyebab obesitas sebenarnya bukanlah susu, melainkan asupan makan yang berlebih, termasuk pola hidup yang tidak aktif.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved