Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
DALAM beberapa waktu terakhir ini ramai dibicarakan kejadian penyakit antraks di daerah Gunungkidul, dan bahkan sudah memakan korban jiwa. Sudah ada pula penjelasan resmi dari Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pertanian, juga tentunya upaya pengendalian kini sedang berjalan di lapangan, termasuk pengobatan dan mungkin vaksinasinya.
Kita semua amat berharap agar kejadian antraks kali ini dapat segera ditanggulangi sepenuhnya, juga dikendalikan, agar jangan terjadi lagi korban jiwa di waktu yang akan datang. Ilmu pengetahuan dan pengalaman selama ini menunjukkan, penularan antraks bermula dari binatang yang sakit, yang kemudian malah dipotong dan dikonsumsi manusia. Hal inilah yang perlu terus diberi pemahaman kepada masyarakat luas agar jangan terus berulang kejadian, dan bahkan kematian pada manusia seperti sekarang ini.
Antraks (anthrax) merupakan penyakit hewan menular yang disebabkan oleh bakteri yang bernama Bacillus anthracis. Antraks umumnya menyerang hewan herbivora seperti sapi, kambing, domba, dan lainnya, serta dapat menular ke manusia. Penyakit ini bersifat zoonosis, yang berarti dapat ditularkan dari hewan ke manusia.
Bakteri penyebab antraks, apabila terpapar udara, akan membentuk spora yang sangat resisten terhadap kondisi lingkungan dan bahan kimia termasuk disinfektan tertentu, serta dapat bertahan di dalam tanah sehingga kadang-kadang antraks juga disebut ‘penyakit tanah’. Bakteri ini juga dapat menghasilkan toksin yang kemudian menimbulkan berbagai gejala dan bahkan dapat pula jadi berbahaya bagi kesehatan pada keadaan tertentu.
Manifestasi penyakitnya di manusia ada tiga jenis. Pertama ialah antraks kulit, merupakan jenis antraks yang paling sering terjadi, tapi tidak berbahaya. Kata antraks memang bermakna ‘arang’ dalam bahasa Yunani, dan istilah ini digunakan karena kulit para korban akan berubah hitam.
Jenis kedua ialah antraks pencernaan, yang biasanya terjadi akibat konsumsi bagian dari hewan yang terinfeksi. Gejala awalnya dapat tampak seperti keracunan makanan, yang kemudian dapat saja menjadi lebih buruk dengan keluhan nyeri perut hebat, mutah, dan diare.
Bentuk ketiga ialah antaks paru atau pernapasan, yang terjadi akibat paparan spora antraks dalam jumlah yang besar. Gejala awalnya dapat berupa seperti flu, tapi kemudian dengan cepat memburuk menjadi gangguan pernapasan, syok dan bahkan kematian. Pernah pula dilaporkan kejadian antraks lewat injeksi pada pengguna narkoba, serta kita sudah beberapa kali juga mendengar tentang kegiatan bioterorisme dengan antraks ini.
Pengobatan
Menurut WHO, pasien antraks perlu dirawat di rumah sakit dan diberikan antibiotik. Adapun pada mereka yang berpotensi terpapar spora antraks dan belum ada gejala, dapat diberikan pengobatan pencegahan (prophylactic treatment).
Pedoman dari Center of Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat menyampaikan bahwa antibiotik dapat mencegah merebaknya antraks pada seseorang yang sudah terpapar tapi belum bergejala. Antibiotik bekerja melalui dua cara, membunuh bakterinya atau membuat antraks tidak berkembang.
Dua jenis antibiotik yang dapat digunakan untuk menangani antraks ini ialah siprofliokasin (ciprofloxacin) dan doksisiklin (doxycycline), dan CDC Amerika sudah mengeluarkan emergency use instructions (EUI) untuk penggunaannya. Dua antibiotik ini juga digunakan sesudah seseorang terpapar bakteri/spora antraks atau post-exposure prophylaxis (PEP).
Dalam hal ini perlu diketahui bahwa spora antraks biasanya perlu waktu 1-7 hari untuk menjadi aktif, tetapi pada keadaan tertentu dapat saja spora berada di dalam tubuh manusia selama 60 hari dan baru kemudian jadi aktif. Karena itu, CDC Amerika mengatakan bahwa mungkin saja antibiotik dapat diberikan sampai 60 hari lamanya.
Karena antraks memang ditularkan dari hewan ke manusia, maka WHO menyebutkan bahwa pencegahan penyakit antraks pada hewan akan melindungi kesehatan manusia. Pemutusan rantai penularan merupakan kunci utama pengendalian antraks. Artinya, kalau diketahui bahwa potensi penularan masih terjadi, hal itu harus segera dieliminasi.
Vaksinasi
Menurut WHO, memang tersedia vaksin antraks untuk hewan dan manusia. Disebutkan bahwa penggunaan vaksin antraks untuk manusia terbatas dan diprioritaskan kepada mereka yang punya risiko tinggi terpapar.
Sejalan dengan itu, CDC Amerika Serikat menyebutkan bahwa memang tersedia vaksin antraks dalam bentuk anthrax vaccine adsorbed (AVA). Vaksin ini bukan berisi bakteri yang dilemahkan dan seseorang tidak akan mungkin malah jatuh sakit antraks karena divaksinasi. Seperti juga WHO maka CDC menyebutkan bahwa vaksin memang tidak diberikan kepada masyarakat luas.
Di Amerika Serikat, vaksin ini sudah disetujui otoritas pengawasan obat dan makanan setempat (Food and Drug Administration/FDA) untuk dua keadaan. Pertama, bersifat rutin untuk para pekerja yang berisiko terpapar (jadi belum terpapar). Kedua, diberikan kepada mereka yang diduga sudah terpapar atau dikenal sebagai post-event emergency use.
Di sana setidaknya ada tiga kelompok yang mungkin dikelompokkan sebagai petugas yang rutin berisiko terpapar dan boleh menerima vaksin. Yaitu, petugas laboratorium tertentu yang bekerja dengan spesimen antraks, sebagian mereka yang berisiko karena menangani hewan atau produk hewani, dan sebagian personel militer di Amerika Serikat.
Mereka perlu mendapat 5 suntikan vaksin antraks ke dalam otot (intramuskular) dalam kurun waktu 18 bulan, juga mendapat booster vaksin. Di sisi lain, pada 2015 FDA Amerika Serikat juga sudah menyetujui penggunaan vaksin sesudah seseorang diduga terpapar (post-event emergency use), katakanlah misalnya pada situasi bioterorisme dengan menggunakan antraks. Pada keadaan ini maka vaksin diberikan tiga kali dalam waktu 4 minggu, ditambah dengan pemberian antibiotik selama 60 hari.
Sebagai kesimpulan dapat disampaikan bahwa karena antraks adalah zoonosis dan bahkan juga ada sporanya di tanah, maka penanganannya harus melalui pendekatan one health, yang merupakan kerja bersama kesehatan manusia, kesehatan hewan, dan kesehatan lingkungan.
Dapat disampaikan disini bahwa pada waktu Indonesia memegang Presidensi G-20 pada 2022 lalu, dihasilkan G-20 Lombok One Health Policy Brief. Tahun ini, ketika Indonesia memegang Keketuaan ASEAN maka juga berhasil dikeluarkan ASEAN Leader Declaration on One Health Initiative pada pertemuan pimpinan negara ASEAN di Labuan Bajo.
Dengan adanya kasus antraks sekarang ini dan peningkatan kasus rabies di berbagai daerah, maka kini merupakaan saat yang paling tepat untuk Indonesia benar-benar secara langsung menerapkan komitmen internasional yang sudah kita prakarsai di dua momen internasional yang Indonesia pimpin, yakni G-20 tahun lalu dan ASEAN tahun ini. Mari kita tunjukkan implementasi secara nyata kebijakan one health di lapangan, bukan hanya sejalan dengan kebijakan internasional, tapi juga yang lebih utama ialah demi kesehatan anak bangsa ini. Semoga.
Tim Ditjen PKH melakukan disinfeksi kandang dan lingkungan, penyuntikan antibiotik profilaksis, serta pemberian obat dan vitamin kepada ternak yang berada di zona merah.
Kementan bersama Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Gunung Kidul secara cepat menangani kasus antraks yang menyerang hewan ternak di tiga kelurahan di Gunung Kidul.
KASUS antraks dilaporkan kembali terjadi di Desa Tileng, Kecamatan Girisubo, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
KEMENTERIAN Pertanian (Kementan) sigap menangani satu kasus antraks yang terjadi di Desa Tileng, Kecamatan Girisubo, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Project wakaf sarana air bersih ini merupakan project ke 58 wakaf sarana air bersih BWA.
Pelatihan difokuskan pada pencegahan stunting, deteksi dini tumbuh kembang balita, peningkatan skill komunikasi kader serta pengoperasian alat kesehatan.
Para peserta CKG yang terbukti memiliki masalah kesehatan, mereka dapat secara gratis mengakses layanan lanjutannya mengikuti skema BPJS Kesehatan.
Direktur Jenderal Kesehatan Layanan Primer dan Komunitas Kemenkes, Endang Sumiwi, menjelaskan bahwa Jawa Barat menjadi provinsi dengan angka kematian ibu dan bayi tinggi.
Kemenkesmengungkapkan Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) melakukan penyelidikan epidemiolog menyusul temuan 2 kasus covid-19 di provinsi tersebut.
KEMENTERIAN Kesehatan (Kemenkes) RI melaporkan bahwa tujuh pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19 pada pekan lalu telah dinyatakan sembuh
Kemenkes mengimbau masyarakat untuk memakai masker ketika sedang sakit atau merasa imunitas menurun. Hal itu dilakukan untuk mencegah terjadinya peningkatan kasus covid-19.
Kemenkes mencatat 72 kasus covid-19 di Indonesia sepanjang 2025. Pada Minggu ke-17 sampai dengan ke-19 terjadi kenaikan kasus pada provinsi Banten, Jakarta dan Jawa Timur.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved