Headline

AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.

Fokus

Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.

Covid-19, 3M dan Harkitnas

Apolonius Anas Direktur LBKP U-Genius Kefamenanu
20/5/2021 19:49
Covid-19, 3M dan Harkitnas
Apolonius Anas Direktur LBKP U-Genius Kefamenanu(Dok. Pribadi)

   SEBUAH iklan dengan tema ingat pesan ibu, di salah satu stasiun televisi dan kanal Youtube menayangkan pentingnya memakai masker. Dalam tayangan itu, beberapa orang yang berperan sebagai ibu mengingatkan anak-anak dan suami masing-masing, agar kemanapun pergi, pesan mereka sebagai ibu  hanya satu dan sama “jangan lupa pakai masker”.  Pesan yang sama juga disampaikan grup band Padi dalam lagu mereka berjudul Ingat Pesan Ibu sebagai salah satu upaya mereka memerangi penyebaran covid-19 di Indonesia.

    Kita patut mengakui, bahwa selama satu setengah tahun terakhir, seiring pandemi covid-19 yang terus menelan korban, aturan memakai masker menjadi salah satu wujud nyata era kenormalan baru. Masker adalah barang yang selalu dibawa kemanapun di masa pandemi covid-19.  Masuknya masker, sebagai salah satu barang bawaan utama seseorang saat bepergian, bersentuhan dengan self-safety action. Maka, menelisik makna terdalam iklan dan lagu Ingat Pesan Ibu secara sosial, sebenarnya bisa diartikan sebagai ingat habitus baru yang menyelamatkan sesama.

    Habitus baru yang menyelamatkan sesama itu sangat penting, demi menghindari munculnya petaka sosial yang berdampak nasional. Petaka sosial yang berdampak secara nasional, memang sedang mengguncang bangsa kita. Itu terjadi, karena ulah dari segelintir anak bangsa yang tidak patuh pada protokol kesehatan. Harus diakui, bahwa sampai saat ini, segelintir anak bangsa berada dalam situasi tercabik akibat berlarutnya pandemi covid-19. Ketika anak bangsa yang lain, terus berupaya menghindar dari situasi keterpurukan ini, sebagian lainnya, justru tidak mematuhi 3M dan aturan lain yang dibuat, dalam upaya  penyelamatan warga dari pandemi covid -19.

    Momentum merefleksikan kembali semangat kebangsaan, melalui Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas), bisa menjadi jawaban bagi bangsa Indonesia agar segera bangkit dari kelemahan mental seperti itu. Maka, peringatan Harkitnas saat ini, mestinya beririsan dengan semangat perjuangan semua elemen bangsa terhindar dari cengkeraman pandemi covid-19. Dampak covid-19 tidak hanya merenggut puluhan ribu nyawa anak bangsa, tetapi juga menciptakan ketidakpastian hidup bagi generasi sekarang dan yang akan datang. Pandemi covid-19 telah meluluhlantakan semua episentrum kehidupan berbangsa dan bernegara. Khususnya, bidang ekonomi, sosial dan pendidikan.

     Memang berbagai upaya telah dilakukan pemerintah, dari pusat sampai daerah demi memutus mata rantai penyebaran covid-19 sebagai upaya sadar, dan terencana menyelamatkan masyarakat dari kesengsaraan bertubi-tubi. Seluruh elemen bangsa, harus mengikuti skema pemulihan yang telah ditata dan diatur oleh Satgas Nasional Covid-19 berdasarkan situasi kedaruratan kesehatan yang ada.

    Media massa, baik nasional maupun lokal satu hati suara dan kata mewartakan pentingnya penerapan protokol kesehatan, sebagai habitus baru dalam kehidupan. Penerapan protokol kesehatan, walaupun dianggap sederhana dan sepele, namun, dampaknya sangat luar biasa dalam menyelamatkan nyawa semua orang. 

    Melalui berbagai media baik cetak maupun eletronik tagline 3M mencuci tangan, menjaga jarak, dan memakai masker, adalah perintah dan petuah sederhana yang sangat humanis, sebagai suatu bentuk kesadaran awal bagi masyarakat memutus mata rantai penyebaran covid-19. 

    Aturan lain, juga telah dibuat pemerintah dan terus digaungkan demi keselamatan semua lapisan masyarakat. Kurang dan lebihnya, penerapan protokol kesehatan sudah dialami. Namun terhadap aturan tersebut, respon masyarakat pun beragam. Ada yang menerima aturan pemerintah itu secara bijak, tetapi, ada pula yang melakukan pembangkangan. Pembangkangan itu dilatarbelakangi oleh berbagai argumentasi masing-masing anak bangsa tentang virus covid-19.  Di lapangan gerakan kesadaran mematuhi protokol kesehatan masih belum menjadi sandaran utama bagi seluruh masyarakat.

Kedisiplinan sosial

Upaya menegakan protokol kesehatan, sebenarnya bicara tentang praktik kedisiplinan sosial dalam skala regional dan nasional. Agar tumbuh kedisiplinan sosial, mesti dimulai dari kedisiplinan kecil yang dilakukan oleh tiap pribadi. Menurut Hasibuan(2002), disiplin adalah suatu sikap menghormati dan menghargai suatu peraturan yang berlaku, baik secara tertulis maupun tidak tertulis, serta, sanggup menjalankannya, dan, tidak menolak menerima sanksi apabila melanggar. 

    Dalam konteks pengendalian covid-19, konsep dan penerapan 3M sebenarnya sudah sangat pas, jelas dan diketahui oleh seluruh elemen bangsa. Hanya saja, kepedulian dan kesadaran untuk patuh pada aturan menjalankannya, menjadi persoalan tersendiri. Hal itu, dilatarbelakangi sikap dan jiwa kedisiplinan yang beragam. Ditambah lagi, gaung dan gema gerakan disiplin nasional sudah pudar dari sisi kehidupan berbangsa. 

      Disiplin, adalah bagian dari pribadi manusia sekaligus simbol dan kekhasan yang ada di dalam diri, kemudian diwujudkan secara sosial lalu berdampak secara nasional. Di sini, prinsip disiplin secara sosial merupakan kumpulan disiplin kecil yang terjadi dalam internal individu dan antarindividu. Jika seseorang memiliki kesadaran secara personal mentaati aturan 3M, maka salah satu bagian terpenting dari pencegahan covid-19 terlaksana dengan baik. Pandemi covid-19 tidak akan berlarut larut.

     Disiplin itu bagian dari etika sosial. Ketidakdisiplinan seseorang bisa berpengaruh terhadap kehidupan orang lain. Situasi ini, serupa dengan pola dan karakter penyebaran covid-19. Masifnya penyebaran covid 19, disebabkan oleh rendahnya kedisiplinan masyarakat mengikuti protokol kesehatan. Mestinya, kesadaran menjalankan protokol kesehatan adalah kunci utama, bangkitnya seluruh elemen bangsa dari pandemi covid-19.

    Begitu besar dampak lanjutan dari covid-19, maka kedisiplinan sosial perlu ditegakkan dengan tegas pada semua lapisan masyarakat. Deru penyebaran covid 19 yang tidak terbendung belakangan ini, disebabkan oleh tingkat ketidakdisiplinan masyarakat menerapkan protokol kesehatan yang kendor. Hal ini, membuat seluruh elemen bangsa tetap berada dalam situasi chaos akibat pandemi covid-19. Dampaknya, akan mengarah, dan menjalar ke mana-mana, jika tidak terkendali secara cepat.

    Belakangan ini, makin banyak masyarakat yang bersikap tidak peduli terhadap protokol kesehatan. Kerumunan di tempat umum, tidak bisa dihindari seperti yang terjadi di beberapa tempat wisata. Pemerintah melarang mudik, tetapi sebagian masyarakat tetap mudik. Pemerintah melarang berkunjung ke tempat wisata, faktanya, banyak masyarakat yang tidak mengikuti aturan itu. Sehingga, muncul kluster wisata dari penyebaran covid-19. Ini semua terjadi, karena tingkat kedisiplinan masyarakat sangat rendah. Sebagian masyarakat masih merasa kebal dengan virus. 

     Apa yang terjadi di India adalah bukti, bagaimana bahaya ketidakdisiplinan itu merajalela. Bangsa dan negara India dikepung oleh kesengsaraan luar biasa akibat tsunami pandemi covid-19 yang dahsyat sejak sebulan lalu. Indonesia, tentu saja berharap tidak mengalami hal serupa seperti di India. Namun, hal itu bisa terjadi jika masyarakat tidak memiliki kesadaran disiplin, mengikuti protokol kesehatan.

Disiplin berbangsa

Kebangkitan Nasional konteks kekinian, berkaitan dengan upaya bagaimana keluar dari kondisi bangsa yang mulai redup menerapkan kedisiplinan nasional. Penerapan kedisiplinan nasional, sebenarnya sudah lama dikumandangkan. Bahkan, di zaman Orde Baru, lagu mari berdisiplin dijadikan lagu wajib bagi semua lembaga pemerintahan dan pendidikan. 

    Syair dalam lagu tersebut, interpreatsi dari lagu itu, berujung pada pemahaman bahwa kedisiplinan itu mesti diterapkan sebagai garda terdepan sebuah bangsa bangkit. Kalau tidak disiplin, bagaimana mungkin sebuah bangsa bangkit dari keterpurukan.  

     Beberapa negara maju di Asia, khususnya seperti Jepang dan Tiongkok, masyarakatnya secara perlahan terhindar dari pandemi covid-19. Terutama, karena warga negaranya patuh pada protokol kesehatan yang dibuat pemerintah.  Ditambah dengan tingkat kedisiplinan masyarakat yang sangat tinggi. Sehingga, kepatuhan secara individu dan sosial akan protokol kesehatan terjaga. 

     Maka, Kebangkitan Nasional menjadi momentum semua elemen bangsa, untuk meningkatkan kesadaran, kedisiplinan sosial berskala nasional. Hanya dengan sikap disiplin, bangsa Indoneia akan bebas dari pandemi covid-19. Menyimak syair dalam lagu 'Mari-Mari Berdisiplin' yang menganggap disiplin sebagai dasar kejayaan bangsa, dan sebagai bagian dari pengamalan Pancasila mesti dilakukan oleh semua elemen bangsa.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya