Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

Pilih Vokasi karena Sudah Terbukti

Rahmad Nuthihar, Dosen Akademi Komunitas Negeri Aceh Barat, Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID)  
27/4/2021 13:00
Pilih Vokasi karena Sudah Terbukti
Rahmad Nuthihar(Dok pribadi)

LULUS kuliah sudah belajar apa atau bisa apa? Pertanyaan tersebut tentunya akan dijawab oleh dua jenis perguruan tinggi (PT), baik negeri (PTN) maupun swasta (PTS). PT akademik menekankan kepada pengetahuan sehingga para lulusan diarahkan kepada ahli. Berbeda halnya dengan PT vokasi yang menuntut para lulusan pada keahlian. Komposisi perkuliahan juga lebih banyak kepada praktik keahlian dibandingkan dengan teori. 

Para lulusan dari PT vokasi dianggap mumpuni dan terampil menguasai keahlian tertentu. Itu karena selama perkuliahan telah ditempa dengan berbagai pengetahuan yang diaplikasikan seperti pada program praktik kerja lapangan (PKL) ataupun magang. Merujuk pada Permendikbud No. 7 Tahun 2020 PTN/PTS berbentuk (a) universitas, (b) institute, (c) sekolah tinggi, (d) politeknik, (e) akademi, atau (f) akademi komunitas. Sejak 2019 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan membentuk Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi (Diksi). Sebelumnya seluruh PTN/PTS di bawah naungan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti).  

Ada perbedaan

Pendidikan teknik dan vokasional dikenal secara luas dengan beberapa istilah di antaranya vocational, education, and training (VET), technical and vocational education (TVET). Di Indonesia, jenis pendidikan ini terbagi menjadi menurut jenjang pendidikan. Pada jenjang pendidikan menengah dikenal dengan pendidikan kejuruan dan bentuk institusi pendidikan formalnya sekolah menengah kejuruan (SMK) atau madrasah aliyah kejuruan (MAK) (Hanafi, 2014). Sementara pada jenjang pendidikan tinggi dikenal dengan pendidikan vokasi dan bentuk institusi pendidikan formalnya seperti sekolah vokasi, politeknik, akademi dan akademi komunitas (Mendikbud, 2020).

Ada sebagian asumsi dari masyarakat bahwa pendidikan jenjang diploma memiliki peluang kerja yang minim. Selain itu, melanjutkan pendidikan pada jenjang diploma merupakan alternatif lainnya bagi calon mahasiswa yang tidak lulus pada jenjang S-1. Akan tetapi, merujuk pada Permenristekdikti No. 54 Tahun 2018, pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi yang menyelenggarakan program diploma yang menyiapkan mahasiswa untuk pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu sampai program sarjana terapan. 

Pendidikan vokasi ini pun terbagi terdiri atas program diploma, sarjana terapan, magister terapan, dan doktor terapan. Hanya saja, jenjang diploma satu dan diploma dua kurang menarik animo masyarakat di Indonesia kecuali kuliah diploma satu atau dua jalur ikatan dinas. 

Bagi siswa lulusan SMK yang telah ditempa dengan berbagai ilmu dan keterampilan, mungkin tidak merasa sulit untuk terjun langsung ke lapangan pekerjaan. Para lulusan SMK ini telah dibekali dengan beragam keterampilan yang memang dibutuhkan dan sesuai dengan permintaan pasar kerja. Akan tetapi, bagi lulusan SMA, nasib mereka masih mengambang dan harus tetap melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi agar benar-benar memiliki keterampilan dan peluang kerja yang lebih baik dan bergengsi.    

Akademi komunitas 

Untuk memperluas akses dan pemerataan pendidikan tinggi, pada 11 April 2013 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Mohammad Nuh mengeluarkan Permendikbud No. 48. Hal ini bertujuan lulusan dari akademi komunitas yang menyandang gelar diploma satu dan diploma dua dapat memenuhi permintaan dunia usaha ataupun dunia industri terkait tenaga kerja terampil. 

Saat ini, di Indonesia baru ada lima akademi komunitas negeri (AKN) yang sudah menjadi satuan kerja (satker), di antaranya AKN Aceh Barat, AKN Rejang Lebong, AKN Blitar, AKN Pacitan, dan AKN Seni Budaya Yogyakarta yang direkturnya dilantik Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Anwar Makarim pada Januari 2021.

Lulusan dari akademi komunitas jika ditinjau berdasarkan KKNI, untuk jenjang D-1 berada pada level 3 dan jenjang D-2 level 4. Pada level 3 ini, para mahasiswa diharapkan dapat menguasai konsep umum, pengetahuan, dan keterampilan operasional lengkap. Sementara itu, pada level 3, para mahasiswa diharapkan dapat menguasai prinsip dasar pengetahuan dan keterampilan pada bidang keahlian tertentu. 

Selanjutnya, target pencapaian level kualifikasi lulusan dari akademi komunitas ini dapat menduduki posisi operator dan teknisi. Oleh karena itu, peluang lapangan kerja untuk lulusan dari akademi komunitas ini sangat tinggi. 

Di luar negeri, akademi komunitas ini hampir sama dengan sistem community college (CC). Di Amerika Serikat misalnya, Indrajit (2011) menjelaskan bahwa CC disebut juga dengan junior college atau technical college atau city college. Para mahasiswa dibekali dengan beragam keterampilan sesuai dengan potensi daerahnya  selama dua tahun. Lulusan dari CC ini diberikan sertifikat atau gelar associate. Selain itu, lulusan dari CC ini juga dapat melanjutkan ke jenjang S-1. 

Melanjutkan pendidikan dengan sistem CC merupakan pilihan alternatif bagi calon mahasiswa untuk melanjutkan ke jenjang S-1 di beberapa negara asing. Hal ini disebabkan CC biaya pendidikan yang murah serta para lulusan ini dibekali dengan beragam keterampilan sesuai dengan potensi daerahnya. Sehingga ketika lulus dari CC, selain dapat melanjutkan ke jenjang S-1 mereka juga memiliki keterampilan yang dibutuhkan di dunia usaha. 

Hal ini disebabkan terdapat enam fungsi dan peran dari CC dari berbagai belahan dunia, yaitu transfer education, career education, continuing education, industrial-based education, dan non-matriculated practical skills education. 

Pendidikan vokasi di era revolusi industri 4.0 bukanlah alternatif untuk melanjutkan pendidikan tinggi. Lulusan dari pendidikan vokasi ini telah ditempa dengan beragam life skill sehingga dapat diterima di dunia usaha ataupun menjadi entrepreneur. Biaya pendidikan yang ditawarkan oleh pendidikan vokasi pada akademi komunitas juga terbilang terjangkau. 

Terdapat juga beasiswa lainnya seperti bidik misi dan beasiswa prestasi akademik (BPA). Untuk itu, pilihan untuk melanjutkan pendidikan kembali lagi kepada calon mahasiswa masing-masing. Yang perlu diingat, melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi bukanlah menunda status pengangguran melainkan perlu beragam keterampilan untuk dapat terjun langsung ke dunia nyata. 

Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Wikan Sakarinto juga mengatakan bahwa pendidikan vokasi adalah salah satu jawaban untuk mencapai visi Indonesia 2045 (Kompas, 24/4). Hal itu disebabkan kemahiran teknis yang diberikan pada pendidikan vokasi telah berubah orientasinya dari supply-driven menjadi demand-driven, disertai sinegeri kuat taut-suai (link & match) dengan DUDI. Tujuannya menjadikan SDM kompeten dari sisi hard skill, soft skill, ataupun karakter


 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya