Headline
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.
WIMBLEDON memutuskan melarang petenis asal Rusia dan Belarus tampil di turnamen Grand Slam itu sebagai tanggapan atas invasi Moskow ke Ukraina. Namun, keputusan itu langsung dikecam oleh ATP dan WTA, yang menyebut keputusan itu tidak adil dan diskriminatif.
Penyelenggara Wimbledon, All England Lawn Tennis Club (AELTC), mengatakan mereka membatasi pengaruh global Rusia dengan cara terkuat yang mereka bisa.
Keputusan itu berarti petenis peringkat dua dunia asal Rusia Daniil Medvedev dan semifinalis Wimbledon tahun lalu asal Belarus, Aryna Sabalenka, tidak bisa tampil di Wimbledon pada tahun ini.
Baca juga: Petenis Rusia Dilarang Tampil di Wimbledon
"Menanggapi agresi militer yang tidak adil dan tidak bisa dibenarkan, rasanya tidak pantas rezim Rusia diuntungkan dengan keterlibatan petenis Rusia dan Belarus," ujar AELTC dalam sebuah pernyataan resmi.
"Dengan akbarnya turnamen Wimbledon di Inggris dan di dunia, kami mereasa bertanggung jawab untuk ambil bagian dalam upaya membatasi pengaruh global Rusia dengan cara yang paling kuat."
"Karenanya, dengan sangat menyesa, kami menolak keikutsertaan petenis Rusia dan Belarus di Wimbledon," lanjut AELTC.
Sebelumnya, petenis Rusia dan Belarus masih bisa bertanding di turnamen ATP dan WTA selepas invasi di Ukraina namun mereka tidak boleh menggunakan bendera negara mereka.
Adapun timnas Rusia dan Belarus telah dilarang tampil di Piala Davis dan Piala Billie Jean King.
ATP dan WTA menyebut keputusan Wimbledon itu diskriminatif dan merupakan preseden yang buruk.
"Kami memandnag keputusan sepihak Wimbledon untuk tidak mengizinkan petenis Rusia dan Belarus untuk ambil bagian di turnamen Grand Slam lapangan rumput itu memiliki potensi menciptakan preseden yang merusak tenis," ujar ATP dalam keterangan resmi mereka.
"Diskriminasi berdasarkan kewarganegaraan juga merupakan pelanggaran kesepakatan kami dengan Wimbledon yang menyatakan pembatasan petenis yang tampil hanya berdasarkan peringkat mereka."
"Olahraga ini dengan bangga beroperasi dengan dasar prinsipprestasi dan keadilan. Pemain bisa bertanding di turnamen berdasarkan peringkat mereka,," imbuh AFP/
Adapun WTA menyebut keputusan Wimbledon itu tidak adil dan tidak bisa dibenarkan.
"Kami sangat kecewa dengan keputusan WImbledon hari ini," ungkap WTA dalam sebuah pernyataan resmi.
"Prinsip dasar di WTA adalah atlet bisa bertanding secara profesional berdasarkan peringkat tanpa diskriminasi apa pun," tegas WTA.
Petenis Australia John Milmann juga mengkritik keputusan Wimbledon tersebut.
"Saya merasa Ukraina akan lebih diuntungkan jika Wimbledon menyumbangkan keuntungan yang mereka dapat ketimbang melarang petenis asal Rusia dan Belarus," cicitnya. (AFP/OL-1)
Jannik Sinner berusaha bangkit usai kekalahannya dari Alcaraz di Roland Garros.
Djokovic mengatakan dirinya akan tetap memburu gelar dari ajang grand slam.
MANTAN juara Wimbledon Elena Rybakina menarik diri dari turnamen di Beijing dan Wuhan karena masalah punggung.
Aldila menorehkan catatan di tenis Indonesia dengan lolos ke semifinal ganda campuran di tiga Grand Slam
Gauff kesulitan saat melakukan servis dan melakukan 19 kesalahan ganda.
Sabalenka sempat absen di Wimbledon karena cedera bahu.
RENCANA besar Israel seperti The Yinon Plan menunjukkan bahwa melemahnya negara-negara sekitar Israel, termasuk Iran, menjadi bagian dari strategi untuk memperkuat posisi Negeri Zionis.
PRESIDEN Prabowo Subianto lebih memilih absen dari KTT G7 dan melakukan kunjungan kenegaraan ke Federasi Rusia pekan depan.
PRESIDEN Prabowo Subianto lebih memilih untuk melakukan kunjungan kenegaraan ke Federasi Rusia pekan depan dan bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin
SEBUAH jet tempur F-16 milik Ukraina yang baru-baru ini dikirimkan oleh negara-negara Barat, dilaporkan telah berhasil menembak jatuh pesawat tempur Rusia, Sukhoi Su-35.
ANGKATAN Udara Ukraina mengeklaim telah menembak jatuh satu unit jet tempur canggih milik Rusia, Sukhoi Su-35, di wilayah Kursk pada Sabtu (7/6) waktu setempat.
Rusia menyatakan siap memberikan suaka politik kepada Elon Musk di tengah ketegangan dengan Donald Trump.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved