Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
WIMBLEDON memutuskan melarang petenis asal Rusia dan Belarus tampil di turnamen Grand Slam itu sebagai tanggapan atas invasi Moskow ke Ukraina. Namun, keputusan itu langsung dikecam oleh ATP dan WTA, yang menyebut keputusan itu tidak adil dan diskriminatif.
Penyelenggara Wimbledon, All England Lawn Tennis Club (AELTC), mengatakan mereka membatasi pengaruh global Rusia dengan cara terkuat yang mereka bisa.
Keputusan itu berarti petenis peringkat dua dunia asal Rusia Daniil Medvedev dan semifinalis Wimbledon tahun lalu asal Belarus, Aryna Sabalenka, tidak bisa tampil di Wimbledon pada tahun ini.
Baca juga: Petenis Rusia Dilarang Tampil di Wimbledon
"Menanggapi agresi militer yang tidak adil dan tidak bisa dibenarkan, rasanya tidak pantas rezim Rusia diuntungkan dengan keterlibatan petenis Rusia dan Belarus," ujar AELTC dalam sebuah pernyataan resmi.
"Dengan akbarnya turnamen Wimbledon di Inggris dan di dunia, kami mereasa bertanggung jawab untuk ambil bagian dalam upaya membatasi pengaruh global Rusia dengan cara yang paling kuat."
"Karenanya, dengan sangat menyesa, kami menolak keikutsertaan petenis Rusia dan Belarus di Wimbledon," lanjut AELTC.
Sebelumnya, petenis Rusia dan Belarus masih bisa bertanding di turnamen ATP dan WTA selepas invasi di Ukraina namun mereka tidak boleh menggunakan bendera negara mereka.
Adapun timnas Rusia dan Belarus telah dilarang tampil di Piala Davis dan Piala Billie Jean King.
ATP dan WTA menyebut keputusan Wimbledon itu diskriminatif dan merupakan preseden yang buruk.
"Kami memandnag keputusan sepihak Wimbledon untuk tidak mengizinkan petenis Rusia dan Belarus untuk ambil bagian di turnamen Grand Slam lapangan rumput itu memiliki potensi menciptakan preseden yang merusak tenis," ujar ATP dalam keterangan resmi mereka.
"Diskriminasi berdasarkan kewarganegaraan juga merupakan pelanggaran kesepakatan kami dengan Wimbledon yang menyatakan pembatasan petenis yang tampil hanya berdasarkan peringkat mereka."
"Olahraga ini dengan bangga beroperasi dengan dasar prinsipprestasi dan keadilan. Pemain bisa bertanding di turnamen berdasarkan peringkat mereka,," imbuh AFP/
Adapun WTA menyebut keputusan Wimbledon itu tidak adil dan tidak bisa dibenarkan.
"Kami sangat kecewa dengan keputusan WImbledon hari ini," ungkap WTA dalam sebuah pernyataan resmi.
"Prinsip dasar di WTA adalah atlet bisa bertanding secara profesional berdasarkan peringkat tanpa diskriminasi apa pun," tegas WTA.
Petenis Australia John Milmann juga mengkritik keputusan Wimbledon tersebut.
"Saya merasa Ukraina akan lebih diuntungkan jika Wimbledon menyumbangkan keuntungan yang mereka dapat ketimbang melarang petenis asal Rusia dan Belarus," cicitnya. (AFP/OL-1)
Swiatek mengalahkan Guo Hanyu, petenis dari babak kualifikasi, dengan skor meyakinkan 6-3, 6-1.
Sinner memilih untuk fokus ke pemulihan cedera yang didapatnya di Wimbledon 2025.
Juara Wimbledon 2025 Jannik Sinner memberikan hadiah berupa bola tenis bertanda tangan kepada Pangeran George dan Putri Charlotte.
Carlos Alcaraz mengaku kekalahannya atas Jannik Sinner di Wimbledon memotivasinya untuk terus berkembang.
Jannik Sinner berhasil mengukir sejarah di Wimbledon setelah menundukan rivalnya Carlos Alcaraz 4-6, 6-4, 6-4, 6-4.
Iga Swiatek berhasil mengalahkan Amanda Anisimova dalam laga final dengan skor 6-0 dan 6-0.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menegaskan tidak akan menyerahkan wilayah negaranya.
Cara terbaik untuk mengakhiri perang yang mengerikan antara Rusia dan Ukraina adalah melalui “Kesepakatan Perdamaian” yang komprehensif.
Trump mendukung rencana Putin untuk mengakhiri perang di Ukraina dengan menyerahkan wilayah yang belum ditaklukkan kepada Rusia.
Trump dan Putin menunjukkan sikap optimistis usai melangsungkan pertemuan tertutup selama lebih dari tiga jam.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengundang Donald Trump untuk mengadakan putaran pembicaraan selanjutnya di Moskow.
Donald Trump dan Vladimir Putin bertemu untuk membhasa mengakhiri perang di Ukraina.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved