Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Peternak Babi Khawatir Muncul Penyakit Meningitis

Antara
13/3/2017 15:40
Peternak Babi Khawatir Muncul Penyakit Meningitis
Peternak Babi Khawatir Muncul Penyakit Meningitis(Dok. MI)

SEJUMLAH peternak babi di Kabupaten Tabanan, Bali mulai khawatir dan was-was terhadap munculnya penyakit Meningitis streptococcus suis (MSS) yang menyerang ternak babi di kawasan itu.

"Mencuatnya penyakit tersebut hingga kini belum berdampak terhadap menurunnya harga daging babi, termasuk menjelang hari Raya Galungan dan Kuningan, hari raya besar dalam memperingati kemenangan Dharma (kebaikan) melawan Adharma (keburukan) yang jatuh pada hari Rabu (5/4)," kata Wakil Ketua Gabungan Usaha Peternak Babi (Gubi) Bali Nyoman Ariadi di Tabanan Senin (13/3).

Ia mengatakan munculnya penyakit meningitis pada ternak babi membuat peternak menjadi was-was, terutama ancaman terhadap menurunnya harga daging babi. Upaya pencegahan dan antisipasi penyakit MSS telah dilakukan dengan menerapkan standar perawatan terkait kesehatan hewan babi.

Penyakit tersebut hingga saat ini belum berpengaruh terhadap harga jual babi, karena harga babi potong di tingkat peternak masih cukup stabil dengan berada pada kisaran Rp 28 ribu per kg hidup. Kondisi tersebut terjadi karena penyakit meningitis masih baru dan belum berdampak pada menurunnya permintaan pasar akan babi, baik itu di kalangan peternak maupun pebisnis kuliner (babi guling).

"Permintaan pasar akan babi, khususnya dalam bentuk bibit mengalami lonjakan yang signifikan sejak awal Januari lalu, karena persiapan menjelang momentum Galungan," ujar Nyoman Ariadi.
Nyoman Ariadi yang juga menjabat Ketua Gubi Kabupaten Tabanan menambahkan meski harga daging babi masih stabil, ke depannya dikhawatirkan penyakit meningitis bisa memberikan dampak terhadap isu pasar yang mengakibatkan menurunnya harga jual babi di pasaran.

Sementara terkait antisipasi penyakit meningitis, sebagian besar peternak babi tampaknya sudah memahami benar dengan melakukan pencegahan. Di antaranya menjaga sanitasi kandang melalui biosecurity, kualitas bibit, kualitas pakan, hingga pada pemanfaatan vaksin virus.

"Penyakit meningitis sebelumnya memang belum pernah terjadi (di Badung) atau baru kali
ini muncul kepermukaan. Penyakit maningitis akibat bakteri yang menyerang babi," ujar Nyoman Ariadi yang memelihara babi sekitar 150 ekor.

Sementara itu Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Kabupaten Tabanan Drh. I Made Arya Putra mengungkapkan bakteri Streptococcus suis menular antara babi lewat liur dan kotoran babi yang terinfeksi bakteri.

Oleh sebab itu, langkah antisipasi yang harus dilakukan peternak babi dengan perlakuan intensif pada babi, terutama kebersihan dan sanitasi yang baik serta rutin melakukan penyemprotan disinvektan seminggu sekali.

"Jika babi yang terjangkit bakteri tersebut dikonsumsi olahannya oleh manusia tidak secara matang, maka berisiko terjangkit. Sebab itu, konsumsi olahan babi ini harus melalui proses memasak dengan suhu di atas 56 derajat celsius selama 30 menit," ujar Nyoman Ariadi.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Badung, Bali, Gede Putra Suteja, mengatakan data terakhir yang dihimpunnya mencatat jumlah penderita yang diduga terserang meningitis streptococcus suis (MSS) atau meningitis babi mencapai 42 kasus.

"Ini data terakhir yang kita terima dari RSUD dan puskesmas, karena sebelumnya hanya tercatat 36 kasus yang ditemukan di daerah itu," kata Kadiskes Badung Gede Putra Sutedja Senin (13/3).(OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Soelistijono
Berita Lainnya