Headline
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
WAKIL Direktur Penunjang RS Bali Mandara I Wayan Sukrata mengatakan hasil autopsi terhadap Juliana Marins, warga negara Brasil yang jatuh ketika mendaki di Gunung Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat, berjalan lancar.
"Autopsi berjalan lancar. Autopsi dilakukan sejak tiba di RS Bali Mandara tadi malam dan selesai sekitar pukul 01.00 WITA. Otopsi ditangani oleh seluruh tim forensik di RS Bali Mandara," ujarnya, Jum'at (27/6).
Dokter Spesialis Forensik RS Bali Mandara, Ida Bagus Putu Alit, mengungkapkan bahwa hasil autopsi menunjukkan banyak luka di tubuh Juliana, terutama luka lecet geser yang menandakan tubuh korban terbentur benda-benda tumpul saat terjatuh di kawasan Cemara Nunggal, jalur pendakian menuju puncak Rinjani,
Penyebab Kematian Akibat Benturan Keras
Ia mengungkapkan penyebab kematian Juliana yakni karena benturan benda tumpul. "Penyebab kematian karena kekerasan tumpul yang menyebabkan kerusakan," katanya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, ditemukan sejumlah tulang patah di bagian dada, tulang belakang, punggung, dan paha. Luka paling serius berada di area punggung. Kerusakan organ dalam dan pendarahan hebat diyakini terjadi akibat tulang-tulang yang patah tersebut.
"Dari patah-patah tulang inilah terjadi kerusakan organ dalam dan pendarahan," ungkapnya.
Alit menjelaskan luka di kepala korban disebut belum menimbulkan herniasi pada otak, kemudian luka di bagian dada dan perut mengalami pendarahan cukup banyak dan tidak ada organ yang mengkerut. Sementara itu, pendarahan paling banyak terjadi di rongga dada korban.
Atas dasar pemeriksaan medis tersebut, Alit menyimpulkan tidak ditemukan tanda-tanda bahwa kematian terjadi dalam waktu lama setelah luka muncul. Ia menegaskan korban meninggal dalam waktu yang sangat singkat setelah mengalami luka.
"Kami tidak menemukan bukti-bukti bahwa kematian itu terjadi dalam jangka waktu yang lama dari luka terjadi," katanya.
Tim forensik juga masih menunggu hasil pemeriksaan toksikologi. Terkait dugaan kematian akibat hipotermia, Alit menyatakan pihaknya tidak dapat memastikan hal tersebut karena jenazah sudah berada dalam kondisi termanipulasi akibat penyimpanan di dalam freezer.
"Penyebab kematian karena kekerasan tumpul yang menyebabkan patah tulang dan kerusakan organ dalam. Untuk sementara begitu karena harus menunggu hasil pemeriksaan toksikologi," pungkas Alit.
Pemeriksaan luar jenazah dilakukan pada Kamis (26/6) malam sekitar pukul 22.05 WITA, sebelum kemudian dilanjutkan dengan proses autopsi. (Ant/P-5)
Hasil pemeriksaan forensik ulang oleh otoritas Brasil terhadap jenazah Juliana Marins mengungkap sejumlah fakta-fakta.
HASIL autopsi ulang terhadap jenazah Juliana Marins di Brasil menunjukkan temuan yang tidak jauh berbeda dengan hasil autopsi sebelumnya di Indonesia.
Pendaki asal Brasil, Juliana Marins, diperkirakan meninggal dunia sekitar 20 menit setelah mengalami luka berat akibat jatuh dari jurang di Gunung Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Pendaki berkebangsaan Swiss, Benedikt Emmenegger, dilaporkan mengalami kecelakaan saat mendaki Gunung Rinjani pada Rabu, (16/07).
PEMERIKSAAN forensik terbaru di Brasil mengungkap kematian Juliana Marins. Pendaki asal Brasil yang tewas saat mendaki Gunung Rinjani itu disebut masih hidup setelah jatuh pertama.
Insiden yang menimpa pendaki asal Brasil, Juliana Marins, menjadi pemantik Dispar NTB melakukan evaluasi prosedur pendakian ke Gunung Rinjani
Perlengkapan evakuasi tim rescue harus diberikan yang aman, nyaman, modern tetapi juga memperhitungkan penyelamatan tim rescue
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved