Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Efisiensi Anggaran Berdampak Merosotnya Okupansi Hotel di Jawa Tengah

Akhmad Safuan
17/2/2025 15:03
Efisiensi Anggaran Berdampak Merosotnya Okupansi Hotel di Jawa Tengah
Suasana di kawasan wisata Bandungan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, sepi sejak efisiensi anggaran pemerintah hingga akupansi tamu hotel menurun drastis.(MI/Akhmad Safuan)


EFISIENSI anggaran berimbas pada bisnis perhotelan di Jawa Tengah. Tingkat akupansi hotel menurun hingga 30% dan dikhawatirkan berdampak terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) di sektor ini.

Okupansi hotel merosot lantaran salah satu sasaran efisiensi anggaran adalah larangan menggelar rapat di hotel. Karenanya sengak digulirkan kebijakan efesiensi anggaran ini tingkat akupansi hotel merosot. "Sejak Februari ini jumlah pengunjung hotel turun drastis," kata public relation sebuah hotel di Kota Semarang, Anggi.

Hal serupa diungkapkan Benny pemilik hotel di Kabupaten Semarang.  Dia mengatakan sejak munculnya program efisiensi anggaran pemerintah akupansi hotel merosot tajam hingga 50%, karena tidak ada lagi instansi pemerintah yang melakukan sewa kamar maupun rapat di hotel.

Pemilik hotel lain Citra mengaku mulai merosotnya tamu hotel terjadi sejak bergulirnya kebijakan efisiensi anggaran. Biasanya jumlah tamu hotel di kawasan wisata Bandungan, Kabupaten Semarang, setiap akhir pekan dapat terisi 70-80%, tetapi memasuki Februari ini hanya berkisar 30-50%. "Bahkan ada yang hanya terisi 10%," imbuhnya.

Penasehat Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Tengah Bambang Mintosih mengatakan efisiensi anggaran berdampak cukup besar bagi usaha sektor perhotelan, karena jumlah tamu maupun penyewa ruang pertemuan menurun drastis dan diperkirakan dapat mencapai 30% dibandingkan sebelumnya.

Penurunan akupansi hotel ini, menurut Bambang, terjadi terutama pada segmen pemerintah yang tahun-tahun sebelumnya banyak menggunakan untuk kegiatan rapat-rapat maupun pertemuan yang biasanya sudah ramai pemesanan (reservasi), namun hingga kini masih kosong.

"Pada April dan puncaknya pada Juni-Oktober biasanya cukup ramai, namun reservasi yang biasanya berlangsung pada Februari-Maret masih kosong," tutur Bambang.

Bambang khawatir banyak usaha perhotelan yang sekarat bahkan ambruk. "Sehingga jika kondisi ini dibiarkan tidak tertutup kemungkinan terjadi PHK besar-besaran," ujarnya.

Setiap event di hotel, lanjut Bambang, biasanya membutuhkan antara 12-20 tenaga harian. Namun dampak menurunnya tamu hotel dan berkurangnya pertemuan-pertemuan ini, banyak tenaga kerja harian yang sudah dikurangi dan tidak menutup kemungkinan juga terjadi efisiensi karyawan. (N-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Heryadi
Berita Lainnya