Headline

Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.

Fokus

Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.

Sadranan di Desa Sukabumi, Doakan Leluhur dan Kembul Bujana di Kompleks Makam

Widjajadi
15/2/2025 16:23
Sadranan di Desa Sukabumi, Doakan Leluhur dan Kembul Bujana di Kompleks Makam
Anak-anak penuh suka cita mengambil makanan yang ditawarkan pemilik tenongan, usai upacara tradisi sadranan di Desa Sukabumi, Sabtu (15/2).(MI/Widjajadi)

NYADRAN atau Sadranan merupakan tradisi masyarakat Jawa yang dilaksanakan di bulan Ruwah atau Sya'ban. Tradisi ini bentuk ungkapan rasa syukur yang digelar secara kolektif dengan cara mengunjungi makam atau kuburan leluhur di suatu desa atau kelurahan. Upacara tradisi semacam ini juga selalu digelar masyarakat di puluhan desa lereng Merapi dan Merbabu, Kabupaten Boyolali. Mereka memaknai sadranan yang dilaksanakan menjelang bulan Ramadan sebagai bulan arwah.

"Sadranan menjadi momentum brayat ageng mendoakan para leluhur. Awalnya tradisi yang berlangsung di banyak desa kawasan lereng Merapi dan juga Merbabu ini digelar secara sederhana. Tapi dalam perkembangannya, tenongan makanan sebagai sarana ungkapan rasa syukur semakin beraneka," kata sesepuh Desa Sukabumi, Kabupaten Boyolali, Muhammad Muchlis, Sabtu (15/2).

Sadranan di Desa Sukabumi berlangsung tiap tanggal 16 Ruwah, tahun ini jatuh pada hari Sabtu (15/2). Ratusan warga dari Desa Sukabumi, dan sebagian Desa Mliwis serta Desa Cepogo sejak pagi sudah berduyun-duyun merapat di Makam Puroloyo, Sukabumi. Menurut Muchlis, tradisi bersih-bersih makam dan mendoakan arwah leluhur di Sukabumi ini sudah dilaksanakan sejak tahun 1500-an. Itu bertepatan sejak Syekh Ibrahim yang dikenal sebagai Kyai Bonggol Jati selaku utusan Kerajaan Islam Demak Bintoro menyebarkan ajaran Islam di kawasan lereng Merapi, dan kemudian wafat serta dimakamkan di Astana Puroloyo, Sukabumi.

Tradisi mendoakan para leluhur di pemakaman Puroloyo berlangsung khidmat meskipun pengunjung membeludak. Ratusan warga ke makam sambil membawa tenongan makanan beraneka warna. Banyak warga asli Sukabumi yang merantau dan sukses di kota kota besar, juga datang untuk terlibat dalam tradisi sadranan. Dengan wajah penuh senyum, mereka berkumpul lalu beramai-ramai melakukan bubak atau bersih-bersih makam Kyai Bonggol Jati dan para leluhur. Acara kemudian dilanjutkan dengan pembacaan Al-Quran dan doa bersama dipimpin ulama Desa Sukabumi.

Sejumlah tokoh Desa Sukabumi menyebut tradisi sadranan ini juga menjadi kegiatan amaliyah dari warga. Artinya setelah mendoakan para leluhur, warga mengeluarkan sedekah berupa makanan menggunakan tenong, untuk dimakan bersama atau kembul bujono. Ratusan tenongan berisi aneka makanan dan jajanan seperti sagon, wajik, jadah, klepon, aneka jenang serta makanan ringan dalam kemasan yang ditata berjajar di kompleks makam hingga jalan desa depan makam. Makanan dibagiikan kepada siapa saja yang hadir dalam tradisi sadranan. Semua bersuka cita menyambut kembul bujono pada tradisi sadranan menjelang Ramadan.(M-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik