Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Program MBG Matikan UMKM Makanan di Sekitar Sekolah

Akhmad Safuan
14/1/2025 17:05
Program MBG Matikan UMKM Makanan di Sekitar Sekolah
Usaha warung sekitar SMP Negeri 12 Kota Semarang sepi setelah berjalannya program MBG di sekolah.(MI/Akhmad Safuan)

PEMILIK dan pengelola kantin sekolah keluhkan anjloknya pendapatan setelah pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis atau MBG, karena para siswa tidak lagi membeli dagangan mereka.

Para pengusaha makanan di sekitar sekolah menyebut omzet usaha mereka menurun lebih dari 50% dari sebelumnya sejak program MBG dilaksanakan.

Seorang pedagang di Kantin SMP Negeri 12 Kota Semarang, Rofiana, mengatakan dampak adanya program MBG cukup dirasakan oleh para pemilik dan pengelola kantin, karena omzet anjlok hingga 50% dibandingkan sebelumnya. Para siswa tidak lagi membelanjakan uang sakunya untuk jajan di kantin saat waktu istirahat.

"Biasanya saya bawa nasi bungkus 35 bungkus, tetapi sejak adanya program itu sampai sore tidak ada yang laku terjual. Para siswa umumnya hanya beli jenis minuman saja," ujar Rofiana.

Pemilik kios di sekitar sekolah, Ida, mengaku terpukul setelah berjalannya program MBG di sekolah, karena tidak ada siswa yang mampir ke kios untuk membeli makanan. Sebelumnya, ia masih dapat meraup omzet rata-rata Rp400 ribu per hari. Kini, ia hanya mendapatkan sekitar 30%. Kondisi ini menjadikan pemilik warung maupun kios di sekitar sekolah untuk berpikir mencari usaha lainnya.

Demikian juga diungkapkan Nartin, pengelola warung di sekitar SMA Negeri 4 Semarang. Bahwa dampak adanya program MBG di sekolah membuat para pedagang makanan baik di kantin dalam sekolah maupun warung sekitar sekolah terpuruk, sebagian besar telah mengurangi stok makanan karena tidak laku.

"Kasihan juga UMKM yang bergerak bidang makanan," imbuhnya.

Pemilik usaha UMKM bidang makanan Yohana, 50, mengatakan ikut terdampak program MBG tersebut. Banyak makanan yang dijual ke sekolah-sekolah dikembalikan karena tidak laku. Untuk mengantisipasi kerugian ia terpaksa mengurangi produksi.

"Biasanya dari menitipkan makanan di kantin-kantin sekolah setiap hari dapat mencapai perputaran modal Rp1 juta-Rp1,2 juta, tetapi untuk sekarang paling banyak Rp500 ribu," ungkap Yohana.

Pada awal-awal rencana program MBG ini, ungkap Yohana, ia mendengar banyak ditawarkan kepada UMKM bidang makanan sehingga ia berpikir positif usahanya akan tetap hidup. Namun, perkembangan selanjutnya semua ditangani pemerintah sehingga penggiat usaha seperti warung makanan, katering, dan lainnya tidak mendapat bagian apa-apa.

Pemantauan Media Indonesia, Selasa (14/1) pelaksanaan program MBG di ratusan sekolah dari PAUD, SD, SMP hingga SMA sudah berlangsung sejak Senin (6/1) lalu dengan setiap daerah rata-rata mendistribusikan hingga 3.000 paket per dapur setiap harinya, sehingga para pelajar sudah tidak lagi terlihat membawa bekal maupun membeli makanan di kantin atau warung di sekitar sekolah seperti sebelumnya.

"Sejak ada program MBG, uang sangu (saku) masih tersisa, bahkan utuh karena tidak banyak jajan," kata Sena, salah seorang pelajar SMA di Kota Semarang.

Hal serupa juga diungkapkan Andrian, siswa sebuah SMP negeri di Kota Semarang. Bahkan, setelah adanya program MBG ini ia sering tidak lagi meminta uang saku kepada orangtua untuk jajan di sekolah. Ibunya juga tidak lagi repot menyiapkan bekal untuk dibawa ke sekolah.

"Paling minta uang untuk beli pulsa atau beli kebutuhan sekolah," tambahnya. (AS/J-3) 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri yuliani
Berita Lainnya