Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Hadapi Merebaknya Penyakit Mulut dan Kuku, Fakultas Peternakan UGM Bentuk Satgas 

Agus Utantoro
06/1/2025 12:30
Hadapi Merebaknya Penyakit Mulut dan Kuku, Fakultas Peternakan UGM Bentuk Satgas 
Ilustrasi(DOK MI)

BERSIAGA membantu peternak dan pemerintah kabupaten dalam menghadapi merebaknya Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) atau Foot and Mouth Disease, Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada segera akan membentuk Satuan Tugas (Satgas) Penangulangan PMK.

Dekan Fapet UGM, Prof. Ir. Budi Guntoro, Senin (6/1) di kampusnya menjelaskan Satgas ini dibentuk melihat situasi dan kondisi kasus PMK di DIY dan Nasional yang terus meningkat. “Peningkatan yang signifikan ini mendorong Fapet UGM memutuskan untuk membentuk Satgas,” kata Budi, Senin (6/1).

Tugas Satgas Penanggulangan PMK ini antara lain memastikan pencegahan dan penanganan PMK bisa dilakukan lebih cepat dan sistematis. Perwakilan tim dosen Fapet UGM juga telah melakukan survei awal ke lokasi ternak yang terkena PMK di Gunung Kidul.

“Sudah melakukan survei awal ke lokasi ternak yang terkena PMK,”imbuh Budi.

Langkah penting yang perlu dilakukan terkait PMK, imbuh Budi, adalah biosekuriti. Biosekuriti adalah tindakan untuk mencegah penularan penyakit atau kontaminasi ke dalam atau keluar dari suatu tempat. Dalam hal ini untuk melindungi ternak dari virus sejak dini. Keamanan ternak maupun manusia dan lingkungan menjadi prioritas. Untuk itu diperlukan beberapa tindakan nyata seperti pengawasan lalu-lintas keluar masuk kandang hingga isolasi ternak yang terkena PMK.

Seperti diketahui, ratusan ternak terutama sapi di DIY telah terpapar PMK. Bahkan, tidak sedikit yang mati. Kasus ternak yang terkena PMK antara lain terjadi di Gunung Kidul, Bantul, Sleman, dan Kulon Progo. 

PMK di Sleman Meluas
Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman Suryawati Purwaningtyas, Senin (6/1) menjelaskan tercatat saat ini ada 400 ekor sapi yang terkena PMK.

Namun, katanya, sudah lebih dari 200 ekor yang berhasil disembuhkan. "Jajaran kami di lapangan terus melakukan pemantauan dan melakukan vaksinasi," katanya.

Bersamaan dengan kegiatan tersebut, petugas kesehatan hewan juga memberikan penyuluhan kepada peternak bagaimana mencegah terjadinya PMK. Menurut dia, sosialisasi tentang penyakit ternak termasuk PMK dan cara-cara pencegahannya terus dilakukan dan selalu diingatkan agar ternak selalu dalam kondisi sehat.

Sementara mulai merebaknya Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) atau Mouth and Foot Disease, Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Bantul mengajukan permintaan vaksin untuk PMK ke pemerintah pusat.

"Kami sudah mengajukan permintaan vaksin ke pusat. Nanti akan mendapat berapa dosis kami masih belum tahu. Kapan akan dikirim ke Bantul, kami juga belum tahu. Namun kami sudah mengajukan," kata Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Bantul, Joko Waluyo, Minggu.

Dikatakan, vaksin ini nantinya akan disuntikkan untuk mencegah penularan PMK. Di Bantul sendiri, sepanjang Januari ini sudah ada 11 ekor sapi yang bergejala PMK. Sebelumnya, asosiasi pedagang ternak telah mendapatkan dropping vaksin meski hanya 250 dosis dan sudah digunakan pada akhir Desember 2024 lalu.

Menurut Joko, populasi ternak di Bantul tercatat lebih dari 70 ribu ekor sehingga dengan vaksin sebanyak 250 dosis dirasa masih sangat kurang. (S-1) 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Denny parsaulian
Berita Lainnya