Headline
RI-AS membuat protokol keamanan data lintas negara.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
TSUNAMI adalah gelombang laut besar yang dapat menghancurkan wilayah pesisir dalam sekejap. Fenomena ini sering kali disalahpahami sebagai ombak biasa, padahal proses terjadinya tsunami jauh lebih kompleks dan mematikan.
Sebagian besar tsunami disebabkan pergeseran mendalam di dasar laut akibat aktivitas geologis seperti gempa bumi, letusan gunung berapi, atau longsor bawah laut. Peristiwa ini menyebabkan pergeseran besar pada lempeng tektonik, yang memindahkan volume air laut secara tiba-tiba. Perpindahan air yang mendalam ini menciptakan gelombang yang bergerak dengan kecepatan tinggi menuju pesisir.
Melansir dari laman Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan National Geographic,
Peristiwa geologis seperti gempa bumi atau letusan gunung berapi menyebabkan pergeseran mendalam di dasar laut, memindahkan volume air secara tiba-tiba.
Gelombang yang terbentuk bergerak dengan kecepatan tinggi di lautan dalam, dengan panjang gelombang yang sangat panjang dan ketinggian yang relatif rendah, sehingga sering tidak terdeteksi oleh kapal di laut.
Saat gelombang mendekati perairan dangkal, kecepatan gelombang menurun, namun ketinggiannya meningkat secara signifikan. Proses ini dikenal sebagai 'shoaling', di mana energi gelombang terkompresi, menyebabkan gelombang menjadi lebih tinggi.
Gelombang yang telah meningkat ketinggiannya dapat mencapai daratan dengan kekuatan yang menghancurkan, membawa serta puing-puing dan menyebabkan banjir yang meluas.
Tsunami dapat menyebabkan kerusakan yang sangat besar, termasuk hilangnya nyawa, kerusakan infrastruktur, dan perubahan lingkungan dan tempat tinggal. Gelombang yang datang dengan kecepatan tinggi dan energi besar dapat menghancurkan bangunan, merusak ekosistem pesisir, dan menyebabkan kerugian ekonomi yang besar.
Mengingat potensi kehancuran yang ditimbulkan, sistem peringatan dini tsunami menjadi sangat penting. Sistem ini dirancang untuk mendeteksi aktivitas seismik dan pergeseran dasar laut yang dapat memicu tsunami, sehingga memungkinkan evakuasi dini dan mitigasi risiko bagi masyarakat pesisir.
Memahami proses terjadinya tsunami dan dampaknya sangat penting untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan mitigasi bencana di wilayah pesisir.
Edukasi masyarakat mengenai tanda-tanda peringatan dini dan langkah-langkah evakuasi dapat menyelamatkan banyak nyawa dan mengurangi kerusakan yang ditimbulkan. (Tsunami org/BMKG/National Geographic/Z-3)
Gajah-gajah jinak di sekolah tersebut ikut berjasa dalam pencarian dan evakuasi korban tsunami Aceh 2004.
Acara bertajuk Doa Bersama 20 Tahun Tsunami, Ceramah Mitigasi Bencana, dan Peluncuran Buku Diplomasi Bencana karya Dosen Hukum USK Sulaiman Tripa ini digelar di A&R Coffee, Lamgugob, Banda Aceh pada Kamis (26/12) atau bertepatan saat detik-detuk terjadi gempa bumi 9,3 pada Skala Richter (SR) 26 Desember 2004 silam.
MENTERI Transmigrasi (Mentrans) M. Iftitah Sulaiman Suryanagara menyampaikan bahwa bencana alam tsunami yang melanda Aceh pada 2004 menjadi momen penting dalam membangun Indonesia.
Bersamaan peringatan 20 tahun bencana dahsyat yang meluluhlantakkan Aceh ini, Pemerintah Aceh juga mengundang dan menobatkan penghargaan kepada perwakilan negara-negara donor.
Dikatakan Muttaqin, selain kehilangan ayah tercintanya yang meninggal terbawa arus tsunami, ada sekitar 200 anggota kerabat atau keluarga besar mereka juga berpulang saat itu. Lalu 15 orang di antaranya adalah kerabat dekat.
Tragedi Tsunami Aceh 2004 diabadikan melalui monumen, museum, dan karya seni, termasuk dua film inspiratif, Hafalan Shalat Delisa (2011) dan Aceh: Beyond the Tsunami (2017).
Ini tujuh tsunami terbesar di dunia yang menelan banyak korban jiwa dan menyebabkan kerusakan besar, mulai dari Tsunami Lisbon (1755) hingga Tsunami Tohoku Jepang (2011).
Dua dekade setelah tsunami dahsyat melanda Aceh pada 26 Desember 2004, daerah-daerah yang dulu hancur kini telah bangkit dengan semangat ketangguhan.
Pasca-tsunami 2004, Indonesia, khususnya Aceh, memperkuat sistem mitigasi bencana dengan memperkenalkan Ina-TEWS (Indonesia Tsunami Early Warning System).
Tsunami Aceh 2004, yang dipicu gempa bumi berkekuatan 9,1–9,3 SR di Samudra Hindia, menjadi salah satu bencana paling mematikan dalam sejarah modern.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved