Headline

Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.

Fokus

Pasukan Putih menyasar pasien dengan ketergantungan berat

7 Bencana Tsunami Paling Mematikan di Dunia

Abriel Okta Rosetta
26/12/2024 08:37
7 Bencana Tsunami Paling Mematikan di Dunia
Ini tujuh tsunami terbesar di dunia yang menelan banyak korban jiwa dan menyebabkan kerusakan besar, mulai dari Tsunami Lisbon (1755) hingga Tsunami Tohoku Jepang (2011). (MI/Agung Wibowo)

TSUNAMI adalah salah satu bencana alam paling mematikan yang pernah tercatat dalam sejarah manusia. Gelombang raksasa ini dapat menghancurkan wilayah pesisir dalam sekejap, menewaskan ribuan hingga jutaan jiwa. 

Daftar tsunami terbesar di dunia yang menewaskan banyak korban jiwa

1. Tsunami Lisbon (1755)

Pada 1 November 1755, gempa bumi berkekuatan sekitar 8,5 magnitudo mengguncang Lisbon, Portugal. Gempa ini diikuti tsunami besar yang menghancurkan pesisir Portugal, Spanyol, hingga Afrika Utara. Bencana Tsunami Lisbon menewaskan sekitar 100.000 orang dan menyebabkan kerugian material yang sangat besar, menghancurkan sebagian besar kota Lisbon dan mengubah sejarah Eropa pada masa itu.

2. Tsunami dan Letusan Gunung Krakatau (1883)

Letusan dahsyat Gunung Krakatau pada 27 Agustus 1883 memicu tsunami besar yang melanda pesisir Jawa dan Sumatra di Indonesia. Gelombang tsunami setinggi hingga 40 meter menghancurkan wilayah pesisir, menewaskan sekitar 36.000 orang. Selain itu, letusan ini menyebabkan perubahan iklim global sementara, dengan penurunan suhu dan perubahan warna langit di berbagai belahan dunia. 

3. Tsunami Arica (1868)

Pada 13 Agustus 1868, gempa bumi berkekuatan 8,5–9,0 magnitudo mengguncang wilayah Arica, yang saat itu merupakan bagian dari Peru dan sekarang termasuk bagian dari Chile. Gempa ini memicu tsunami besar yang menghancurkan pesisir Chile, Peru, bahkan mencapai Selandia Baru, Jepang, hingga Australia. Tsunami ini menewaskan sekitar 25.000 orang dan menghancurkan kapal-kapal serta kawasan pesisir di sekitarnya. 

4. Tsunami Teluk Lituya (1958)

Pada 9 Juli 1958, longsor besar di Teluk Lituya, Alaska, memicu gelombang mega tsunami setinggi 524 meter. Meskipun gelombang ini sangat tinggi, tsunami ini tidak menjalar ke daerah lain dan hanya menyebabkan kerusakan lokal. Tsunami ini menewaskan 5 orang dan menghancurkan hutan serta tebing di sekitar teluk. 

5. Tsunami Unzen (1972)

Pada 3 Desember 1972, letusan Gunung Unzen di Jepang menyebabkan longsor besar yang memicu tsunami setinggi 100 meter. Tsunami ini menewaskan sekitar 15.000 orang dan menghancurkan wilayah pesisir di sekitar gunung. Meskipun tsunami ini tergolong mega tsunami kecil, dampaknya sangat besar bagi masyarakat setempat. 

6. Tsunami Samudra Hindia (2004)

Pada 26 Desember 2004, gempa bumi berkekuatan 9,1–9,3 magnitudo mengguncang dasar laut Samudra Hindia di lepas pantai Sumatra, Indonesia. Gempa ini memicu tsunami dahsyat yang melanda 14 negara, termasuk Indonesia, Sri Lanka, India, dan Thailand.

Wilayah Aceh di Indonesia menjadi yang paling parah terkena dampak, dengan gelombang setinggi lebih dari 45 meter menghancurkan pesisir dan menewaskan sekitar 227.898 orang. Selain korban jiwa, ribuan orang kehilangan tempat tinggal, dan infrastruktur di wilayah pesisir hancur total. 

7. Tsunami Tohoku (2011)

Pada 11 Maret 2011, gempa bumi berkekuatan 9,0 magnitudo mengguncang lepas pantai timur laut Jepang, memicu tsunami setinggi 40,5 meter. Tsunami telah menewaskan sekitar 15.550 orang dan menyebabkan kerusakan luas, termasuk krisis nuklir di Fukushima. Insiden ini dianggap sebagai bencana nuklir terburuk dalam beberapa dekade dan memicu perubahan besar dalam kebijakan energi nuklir global. 

Peristiwa-peristiwa ini menunjukkan betapa dahsyatnya dampak tsunami terhadap kehidupan manusia dan lingkungan. Meskipun teknologi peringatan dini telah berkembang, kesiapsiagaan dan mitigasi bencana tetap menjadi kunci dalam mengurangi risiko dan dampak dari bencana alam ini. (goodstats/berbagai sumber/Z-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik