Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
SIANG itu, Rusmiati, warga Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, di lereng Gunung Semeru, sedang santai bersama keluarga di dalam rumah, sambil melihat padi yang dikeringkan di samping rumah.
Wati dan Andri, anak Rusmiati terlihat sedang bermain main di teras rumah. Sementara itu, suami Rusmiati, Thamrin, yang berprofesi penambang pasir, sejak pagi sudah meninggalkan rumah bergabung dengan penambang pasir lainnya.
Situasi seketika berubah ketika jelang sore muncul teriakan dari tetangga. “Meletu, meletus, meletus!" Itulah yang didengar Rusmiati. Namun, Rusmiati masih belum beranjak dari tempat duduk, karena mengira yang terjadi hanya letusan biasa. Gunung Semeru kerap memunculkan awan panas setiap hari.
Baca juga : Presiden Joko Widodo Akan Meninjau Dampak Erupsi Semeru Secara Langsung
Namun, teriakan makin menggema dan seluruh warga berlari. Rusmiati pun panik setelah melihat langit tiba-tiba menjadi gelap gulita dalam waktu singkat. Rusmiati bergegas masuk rumah sambil mencari kedua anaknya.
Dua anaknya diraihnya dan digendong, namun saat keluar rumah sudah gelap gulita. Jarak pandang hanya tiga meter. Rusmiati langsung berlari mengikuti warga lainnya ke balai desa yang dianggap lebih aman.
Di tengah kepanikan itu, Rusmiati memikirkan nasib suaminya yang berada di aliran sungai yang berpotensi menjadi tempat aliran lahar dingin mengalir. “Suami saya dimana? Suami saya dimana?,” teriak Rusmiati di antara ratusan warga Desa Sumberwuluh yang telah berkumpul di dalam balai desa untuk mencari perlindungan.
Baca juga : 15 Warga Meninggal Dunia dan 27 Orang Hilang Akibat Erupsi Semeru
Suara tangisan para ibu, para lansia, dan anak-anak menggema di balai desa. Kondisi desa yang gelap tanpa ada penerangan karena tertutup kabut dari Letusan Gunung Semeru menjadi titik kepanikan warga.
Kesedihan terlihat dari wajah Rusmiati. Ia terus-menerus memikirkan keadaan suaminya yang masih penuh tanda tanya.
“Sore itu yang penting bagaimana saya menyelamatkan anak-anak saya. Baru agak lega setelah mendengar bahwa suami menyelamatkan diri ke desa lainnya,” kata Rismiati.
Baca juga : Kemenhub Pastikan Bandara Juanda dan Abdulrachman Saleh Tak Terganggu Erupsi Semeru
Cerita singkat Rusmiati sebagian kecil cerita sedih akibat letusan Gunung Semeru yang terjadi pada awal 2022 silam. Letusan dahsyat yang membawa material vulkanik itu meluluhlantakkan 1.027 rumah warga Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro.
Tidak hanya Sumberwuluh, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, juga ikut terdampak. Sedikitnya ada 437 rumah rusak dan 85 rusak berat. Tak kalah menyedihkan, bencana letusan ini menewaskan 51 orang.
Guguran awan panas dari Gunung Semeru juga merusak 20 hektare sawah di Desa Supiturang, Kabupaten Lumajang. Total ada 20 hektare areal persawahan yang terdampak dari total lahan persawahan seluas 57 hektare.
Baca juga : Kabar Duka, Adik Gubernur Sumut Edy Rahmayadi Meninggal Dunia
Perum Perhutani Wilayah Kawasan Hutan sekitar Gunung Semeru KPH Probolinggo, Jawa Timur, juga mengalami kerugian. Lahan seluas 5.354,80 hektare terdampak parah dan sedang. Lahan yang rusak parah mencapai 1.999,80 hektare dengan jenis tanaman adalah kopi, rimba, campur, serta pinus.
Kondisi ini diperparah dengan kondisi warga yang harus mengungsi. Tercatat 9.417 jiwa harus mengungsi di 402 titik pengungsian.
Tiga kecamatan menjadi fokus penampungan pengungsi yakni, di Pasirian sebanyak 15 titik dengan jumlah pengungsi 1.657 jiwa. Lalu di Candipuro terdapat 22 titik dengan 3.897 jiwa mengungsi dan di Pronojiwo tujuh titik dengan 1.136 jiwa mengungsi.
Pengungsian di luar Kabupaten Lumajang berada di Kabupaten Malang sebanyak sembilan titik dan 341 jiwa mengungsi. Di Probolinggo ada 11 jiwa mengungsi di satu titik. Di Blitar ada tiga jiwa menungsi di satu titik. dan di Jember ada 13 jiwa mengungsi di satu titik.
Bersatu Tanggulangi Bencana
Di tengah situasi itu, Pemerintah Provinsi Jatim langsung hadir. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim, Pemkab Lumajang, Pemkab Malang, Pemkab Probolinggo, TNI, Polri, dan relawan melakukan koordinasi intensif.
Instansi terkait dalam waktu singkat melakukan rapat intensif. Sudah ada tupoksi yang jelas bagi setiap instansi dalam melakukan penanganan.
Keselamatan para warga menjadi prioritas dalam penanganan bencana letusan Gunung Semeru. Karena itu, seluruh stakeholder dikumpulkan guna melakukan langkah antisipasi penyelamatan korban.
“Saat terjadi (letusan) yang kita pikirkan bagaimana jiwa harus diselamatkan lebih dulu. Saat itu kita bersatu padu melakukan langsung agar segera pengungsi ditangani,” kata Plt Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Jatim Dadang Iqwandy.
Pemprov Jatim meminta agar dicarikan lokasi yang aman bagi para pengungsi untuk jangka panjang. Terlebih setelah pendataan, beberapa desa tak bisa lagi ditinggali karena telah tertutup oleh tebalnya debu vulkanik maupun guguran lahar panas.
Langkah awal yang dilakukan adalah membangun hunian sementara atau huntara. Lokasinya yang dianggap aman adalah di Desa Sumber Mujur, Kecamatan Kali Puro, Kabupaten Lumajang.
Ribuan pengungsi yang awalnya hidup di pengungsian akan direlokasi ke huntara secara bertahap. Pada tahap awal terdapat 2.000 unit huntara yang dibangun.
“Seluruh fasilitas sangat lengkap, mulai dari air hingga listrik. Karena sifatnya sementara dibangunkan dengan menggunakan kayu lapis biasa, tapi aman untuk ditempati,” kata Dadang.
Selama hampir tiga bulan menempati hunian sementara, pemerintah pusat dan Pemprov Jatim mempertimbangkan memberikan warga korban terdampak letusan Gunung Semeru rumah permanen yakni hunian tetap (huntap).
Kemunculan huntap awalnya memicu polemik. Warga khawatir akan kehilangan rumah dan lahan pribadi di desa yang sudah tertutup material vulkanik.
Selain itu, mereka tidak mau menerima opsi huntap karena dianggap terlalu jauh dan khawatir akan kehilangan rumah di desa asal serta kehilangan mata pencaharian.
“Wajar karena bertahun-tahun hidup di desa tersebut, tapi sangat bahaya kalau tetap di sana, makanya kita buat huntap,” ujarnya.
Pemerintah kemudian meyakinkan kepada warga, meski berada di huntap, warga tidak akan kehilangan aset tanah dan rumah di desanya. “Sejak itu, mereka langsung bisa menerima keputusan tinggal di huntap,” katanya.
Percontohan Nasional
Program huntap dan huntara pascabencana letusan Gunung Semeru pada 2022 silam yang dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-Pera) dan Pemprov Jatim menjadi percontohan nasional. Sebab, huntap bisa dibangun berdekatan dengan huntara.
Sebelumnya, pada peristiwa bencana lain, huntap dibangun berjauhan lokasinya dengan huntara yang dapat menimbulkan potensi ketidaknyamanan pada warga terdampak bencana.
Dengan cara ini maka warga bisa mendapatkan dua rumah sekaligus dalam satu lahan. “Ini dijadikan percontohan nasional, sehingga tidak terpisah antara huntara dan huntap,” kata kepala Dinas PU Bina Marga Jatim, Tambeng.
Bukan sekadar bangunan saja, pemerintah juga membangun huntap dengan fasilitas sangat lengkap mulai dari kamar mandi, listrik, dapur, air bersih, meja kursi, hingga seluruh perlengkapan rumah disiapkan oleh pemerintah.
Akses jalan juga diaspal dan terkoneksi dengan rumah satu dengan lainnya. Selain itu, agar anak-anak bisa tetap sekolah, juga dibangun sekolah mulai dari PAUD, taman kanak-kanak, SD sampai SMP.
Pemerintah juga membangun fasilitas sosial seperti masjid, balai pertemuan, balai desa, lapangan sepak bola, serta tempat bermain anak-anak. "Hampir semua fasilitas dibangun agar warga nyaman dan aman di hunian tetap tersebut,” kata Tambeng.
Bahkan, huntap dibangun di bawah lereng Gunung Semeru yang dinyatakan aman dari muntahan material vulkanik, sehingga saat pagi hari dan udara cerah Gunung Semeru akan terlihat indah jika dilihat dari bilik jendela rumah warga.
Warga merasakan kebahagian menghuni huntap meski awalnya sempat ragu dan merasakan ketakutan. Namun, 300 tenaga penyintas yang dikerahkan bisa meyakinkan mereka untuk tetap tinggal di di huntap.
“Sekarang saya kerasan hidup disini, waktu masuk hanya bawa badan saja semuanya sudah disiapkan, seluruh perlengkapan, mulai kursi, kasur, termasuk pakaian disiapkan. Saya masuk badan saja di rumah ini," kata Wagiman salah seorang warga.
Wagiman juga tidak diselimuti rasa takut lagi bila ada letusan, setelah huntap dinyatakan daerah paling aman. Dia juga tidak kehilangan usaha karena masih bisa meneruskan profesinya sebagai penambang pasir.
Ia juga masih diperbolehkan bila sewaktu-waktu ngin kembali ke rumah desa asal. “Seperti surga di bawah lereng Gunung Semeru. Pagi buka jendela bisa melihat Gunung Semeru, apalagi kalau muncul letusan-letusan sangat indah,” ungkapnya.
Meskipun merasakan kebahagiaan dan jauh dari ancaman letusan, kewaspadaan warga tetap diperlukan. Menurut data PVMBG, aktivitas Gunung Semeru berada di kawah Jonggring Seloko.
Kawah ini berada di sisi tenggara puncak Mahameru. Sedangkan berdasarkan karakter letusannya, Gunung Semeru bertipe vulcanian dan strombolian yang ditandai terjadinya letusan sebanyak 3-4 kali setiap jam.
Karakter letusan vulcanian berupa letusan eksplosif yang dapat menghancurkan kubah dan lidah lava yang telah terbentuk sebelumnya. Sementara, karakter letusan strombolian biasanya terjadi pembentukan kawan dan lidah lava baru.
Perguruan Tinggi Peduli Bencana
Kepedulian terhadap warga terdampak letusan Gunung Semeru juga datang dari perguruan tinggi negeri di Jawa Timur. Bahkan, kalangan perguruan tinggi sudah menyiapkan berbagai desain rumah yang dianggap anti-bencana.
Seperti yang dilakukan Institut Teknologi 10 November Surabaya (ITS) yang telah menyiapkan rancangan penanggulangan bencana seperti dilakukan pemetaan sesuai wilayah dengan potensi bencana alamnya. Mulai dari gempa, tanah longsor, banjir, dan letusan gunung.
“Penanggulangan berbasis desain rumah anti-bencana ini juga sudah menyesuaikan dengan kondisinya, nantinya akan dikaji lebih lanjut oleh para ahli,” kata Rektor ITS Prof Mochamad Ashari.
Program ini sudah pernah dilaporkan kepada presiden. Kepedulian perguruan tinggi merupakan bagian dari kolaborasi dengan pemerintah “Kolaborasi ini juga menyesuaikan ahli bidang terkaitnya, seperti ITS,” katanya.
Kolaborasi lintas sektor inilah yang menjadikan Jawa Timur cukup sigap dalam setiap penanganan bencana, mulai dari gempa bumi, tanah longsor, sampai letusan gunung.
Didukung dengan anggaran yang tidak terbatas oleh Pemprov Jatim melalui APBD Jatim, setiap bencana mampu ditangani secara cepat dan singkat. (FL/J-3)
Gunung Semeru yang memiliki ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut (mdpl) tercatat tiga kali erupsi dengan tinggi letusan hingga 800 meter di atas puncak
Gunung Spurr di Alaska menunjukkan peningkatan aktivitas seismik sejak April 2024, menunjukkan pergerakan magma yang berpotensi menyebabkan letusan.
Letusan gunung berapi adalah fenomena alam dahsyat yang disebabkan oleh aktivitas magma di perut bumi. Berikut letusan terdasyat yang terjadi di dunia.
Letusan Mauna Loa pada 2022 mengungkapkan pentingnya mendeteksi tanda-tanda dini aktivitas vulkanik, yang dapat membantu memprediksi potensi letusan.
Gibran disambut oleh Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto, Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno.
Tiga lokasi pengungsian itu terletak di Kecamatan Titehena yakni Konga, Lewolaga, dan Bokang.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved