Headline
Sebaiknya negara mengurus harga barang dulu.
SEJUMLAH pekerja terlihat menurunkan kantong-kantong beras seberat 10 kilogram (kg) dari truk. Mereka memanggul dan menumpuknya di perahu compreng yang diparkir di dermaga kecil Desa Grugu, Kecamatan Kawunganten, Cilacap, Jawa Tengah (Jateng) pada pertengahan Agustus lalu. Tumpukan itu sekitar 200 kantong atau beratnya mencapai 2 ton.
Setelah menumpuk, sopir perahu compreng menyalakan mesinnya. Ia harus berhitung dengan pasang surut air, agar beras bantuan pangan bisa sampai kepada warga secara cepat. Karena jika air surut, maka perahu akan kandas dan tidak bisa jalan.
Deru perahu compreng yang berbahan bakar solar mulai terdengar. Pengemudi perahu secara mengarahkan jalan perahunya dari dermaga di Desa Grugu menuju ke Desa Panikel, Kecamatan Kampung Laut. Karena membawa bantuan beras yang cukup berat, perahu compreng harus pelan-pelan menyeberangi Segara Anakan, perairan yang memisahkan Cilacap dengan Kampung Laut.
Baca juga : Bulog Pantau Penjualan Beras SPHP di Pasar Gedhe Klaten
"Satu-satunya akses untuk ke Kampung Laut dari Cilacap adalah melewati perairan. Demikian juga dengan bantuan beras yang dipasok Gudang Bulog di Cilacap. Maka, pendistribusiannya harus dengan perahu compreng," kata Dartim, 54, pengemudi compreng.
Menurutnya, untuk sampai ke tujuan di Desa Panikel membutuhkan waktu perjalanan sekitar satu jam dari dermaga kecil di Desa Grugu. Perjalanan ke Panikel bukan tanpa kendala. Salah satunya adalah pasang surut.
"Kami biasanya mengirimkan pada saat laut pasang. Sebab, jika sedang surut biasanya perahu compreng akan kandas. Jika kandas, maka akan sulit untuk mengantarkan sampai tujuan," ungkapnya.
Baca juga : Ibu Hamil Jatuh saat Antre Beras SPHP Bulog di Wirosari Grobogan
Di sepanjang perjalanan Segara Anakan, masih terdapat hutan mangrove yang cukup lebat. Dulunya, di kawasan ini menjadi habitat banyak buaya. Namun sekarang, reptil predator itu sudah sangat jarang terlihat.
Di Desa Panikel, masyarakat sudah menunggu untuk mendapatkan jatah beras seberat 10 kg. Jumlah penerima bantuan pangan (PBP) di desa itu sebanyak 1.011 keluarga.
"Kami sangat berterima kasih, karena kebanyakan warga di sini tidak memiliki sawah. Kalau pun ada, hanya sedikit. Pada umumnya, warga adalah nelayan kecil yang menangkap ikan, udang dan kepiting di sekitar kawasan hutan bakau di Segara Anakan," ungkap Kasirin, 51, warga desa setempat.
Baca juga : Stok Beras Pedagang Menipis di Pasar Gedhe Klaten
Tak hanya Desa Panikel, desa lain di Kampung Laut adalah Ujung Alang. Sama seperti ke Panikel, distribusi beras bantuan pangan ke Ujung Alang juga harus menggunakan perahu compreng.
Di desa setempat, ada sebanyak 617 keluarga PBP. Sama seperti pengakuan warga Desa Panikel, salah seorang penduduk Desa Ujung Alang, Tugiman, 47, mengatakan bahwa bantuan beras yang diterimanya sangat berarti.
"Kalau tidak ada bantuan, maka ya bingung. Karena saya tidak punya sawah, sehingga jika ingin makan harus membeli beras. Dengan adanya
bantuan pangan ini, maka setidaknya mengurangi beban sebagai warga kurang mampu. Kalau bantuan habis, kami baru membeli beras dengan harga Rp14 ribu hingga Rp15 ribu di sini," jelasnya.
Baca juga : Bulog Banyumas Lakukan Stabilisasi Harga Beras
Sebagai nelayan, rata-rata dia hanya mendapatkan sekitar Rp70 ribu hingga Rp80 ribu dari hasil tangkapan kepiting atau kisaran seberat 1 kilogram (kg).
Kepala Dusun Lempongpucung, Desa Ujung Alang, Wahyono mengakui warga di dusunnya sangat terbantu dengan adanya bantuan beras. Meski perjalanannya cukup berat karena harus melewati Segara Anakan dan hutan bakau yang lebat, tetapi tidak mengalami keterlambatan.
"Ini penting, supaya bantuannya langsung dapat dirasakan oleh warga," katanya.
Menantang
Pemimpin Perum Bulog Cabang Banyumas Prawoko Setyo Aji mengakui distribusi bantuan pangan paling menantang di wilayah kerjanya adalah ke desa-desa di Kecamatan Kampung Laut, Cilacap.
"Akses untuk empat desa di Kampung Laut yakni Panikel, Ujung Alang, Ujung Gagak dan Klaces hanya bisa diangkut dengan perahu compreng. Salah satu kesulitannya adalah terbatasnya daya angkut perahu dan waktu pasang surut. Sekali waktu, ada perahu yang kandas karena laut posisi surut. Sehingga perahu harus ramai-ramai didorong sampai ke tengah, baru bisa bergerak lagi. Inilah salah satu tantangan yang harus dihadapi di wilayah kerja Bulog Banyumas," kata Prawoko pada Jumat (30/8).
Diungkapkan oleh Prawoko, bantuan pangan di Kampung Laut diberikan kepada 2.539 keluarga di empat desa. Rinciannya adalah Desa Klaces sebanyak 209 keluarga, Panikel 1.011 penerima, Ujung Alang 617 keluarga serta Ujung Gagak 702 penerima. Masing-masing penerima mendapat 10 kg beras. Total yang didistribusikan sebanyak 25.390 kg atau 25,39 ton per satu kali jatah. Pada 2024 ini, ada sebanyak 9 kali penyaluran. Yang belum terdistribusi pada Oktober dan Desember mendatang.
"Warga di Kampung Laut sangat terbantu, karena masyarakat di sana pada umumnya berprofesi sebagai nelayan. Sehingga beras harus membeli. Beruntung ada bantuan pangan sehingga benar-benar bisa mengurangi beban pengeluaran. Kalau pun ada petani di Kampung Laut, hasil panenan tidak sebanyak di wilayah daratan Cilacap," ujarnya.
Untuk bantuan pangan di Kabupaten Cilacap, ada penyaluran bagi 196.685 PBP dengan masing-masing jatah 10 kg. Sementara di 4 kabupaten wilayah kerja Bulog Banyumas yang meliputi Banyumas, Cilacap, Purbalingga dan Banjarnegara totalnya sebanyak 692.843 PBP. (Lilik Darmawan/J-3)
Bantuan yang disalurkan sebesar Rp99.458.850 dan diperuntukan bagi pemerlu pelayanan kesejahteraan sosial (PPKS) di Kabupaten Ciamis.
Adapun bantuan yang sudah disalurkan yakni, 30 paket kebutuhan keluarga (family kit), 30 paket kebutuhan anak, beras ukuran 20 kilogram (kg) sebanyak tiga karung,
Aksi kemanusiaan ini merupakan rangkaian peringatan Hari Bhakti Adhyaksa ke-65 dan HUT Ikatan Adhyaksa Dharmakarini (IAD) ke-25.
Korban bencana banjir dan tanah longsor yang terjadi di Desa Megamendung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, menerima bantuan dari PT Pertamina Gas
BWA merealisasikan bantuan Al-Qur'an kepada peserta doa dan dzikir Jama'ah Dzikir Nurul Wathon Al Hambalangi Wal Khithoh Indonesia sebanyak 1.000 eksemplar untuk 1.000 jamaah.
Bencana pergeseran tanah di Purwakarta berdampak pada 56 kepala keluarga (KK) atau 206 jiwa, dengan 84 jiwa (26 KK) di antaranya masih mengungsi.
PUBLIK disibukkan oleh pembahasan rencana pemerintah menghapus beras premium dan medium saat ini. Ke depan, hanya ada beras umum atau beras reguler dan beras khusus.
Anggota Komisi C DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PDI Perjuangan, Hardiyanto Kenneth, mendesak Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Food Station bersikap terbuka terkait beras oplosan.
Pemerintah tengah melakukan transformasi standar mutu dan harga eceran tertinggi (HET) beras untuk menjawab tantangan perberasan saat ini.
Pendistribusian beras cadangan pangan pemerintah pusat telah diperiksa secara langsung guna memastikan kualitas harum, warna baik.
Pemerintah resmi mengubah klasifikasi penjualan beras dari sebelumnya berdasarkan kualitas (medium dan premium) menjadi dua kategori baru.
Total proyeksi produksi beras sampai Agustus dapat mencapai 24,96 juta ton, sementara total konsumsi beras Januari-Agustus membutuhkan 20,66 juta ton.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved