Headline
Pemerintah tegaskan KPK pakai aturan sendiri.
KEPALA Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto berkunjung ke bantaran Tukad Bindu, Denpasar, Bali, guna mempelajari konsep lestarikan komunitas masyarakat peduli sungai dalam menata, menjaga dan mengelola Daerah Aliran Sungai (DAS). Pasalnya kawasan yang awalnya kritis itu berubah menjadi area wisata yang bersih, nyaman dan tentunya mampu mendukung perekonomian masyarakat setempat.
Keinginan bertemu dengan para Gila Selingkuh alias Giat Lestarikan Alam Selamatkan Lingkungan Hidup sudah sejak tahun lalu. Pada 2023, Kepala BNPB bertemu dengan pelopor Tukad Bindu dan komunitas Gila Selingkuh bernama I Gusti Rai Ari Temaja alias Gung Nik pada event Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB) di Lamongan, Jawa Timur.
Setelah mendengar cerita tentang Tukad Bindu, terbersit niat Suharyanto untuk berkunjung dan melihat langsung hasil jerih payah yang telah dilakukan oleh komunitas pecinta lingkungan tersebut.
Baca juga : WWF Ke-10 di Bali Terbaik Sepanjang Sejarah selama 30 Tahun
"Saya masih ingat betul pertama kali mendengar Tukad Bindu ketika ada giat Hari Kesiapsiagaan Bencana di Lamongan tahun 2023. Dari situ saya ingin melihat langsung," ungkap Suharyanto.
Selain itu, pertemuan ini didorong arahan Presiden Joko Widodo pada Rakornas PB BNPB dalam penanggulangan bencana agar selalu mengutamakan upaya pencegahan, mitigasi hingga kesiapsiagaan demi mengurangi risiko bencana.
Kepala BNPB memahami anggaran pencegahan tidak sebanding dengan luas wilayah Indonesia yang memiliki ragam potensi bencananya. Atas dasar itu, maka harus dipikirkan strategi terbaik tentang bagaimana agar upaya pencegahan dapat dilakukan secara efektif dan seefisien mungkin.
Baca juga : Indonesia Percepat Pembahasan Aliansi Pendanaan Campuran Global
"Berulang kali bapak Presiden Joko Widodo setiap rakornas PB BNPB yang ditekankan itu mitigasi dan pencegahan. Tetapi kemampuan anggaran mitigasi bencana ini tidak sebanding dengan jumlah bencananya," kata Suharyanto.
Dengan melihat, mendengar dan merasakan nuansa Tukad Bindu secara langsung dan kisah kegigihan para pegiat lingkungan, Kepala BNPB tergerak memaksimalkan potensi komunitas sebagai solusi jitu yang harus dilakukan di tengah benturan keterbatasan anggaran. Menurut Suharyanto, segala upaya yang dilakukan komunitas Gila Selingkuh itu terbukti lebih nyata, efektif, dan efisien.
"Kalau urusan tanggap darurat sejak BNPB ada sampai sekarang selalu dapat menuntaskannya. Tapi pencegahan ini yang perlu ditingkatkan. Setelah melihat Tukad Bindu saya langsung punya ide dan keputusan kedepan yang dihadapkan dengan anggaran yang tidak banyak nanti sebaiknya anggaran bidang pencegahan itu untuk mendukung dan membina komunitas seperti ini. Itu lebih nyata," kata Suharyanto.
Baca juga : WWF Ke-10: Peran Proaktif Swasta dan Pemda dalam Pengelolaan Air Bersih dan Sanitasi
Suharyanto sepakat air merupakan sumber daya alam yang utama untuk mendukung kehidupan dan penghidupan masyarakat. Oleh sebab itu, Suharyanto berharap agar seluruh masyarakat dapat menjaga dan mengelola air sebijak mungkin untuk kehidupan yang lebih baik.
"Memang Dunia ke depan ini sumber daya alam yang paling berharga ini adalah air. Tidak bisa tidak. Indonesia ini sumber airya melimpah. Tinggal bagaimana masyarakat ini mengelolanya," imbuhnya.
Di sisi lain, Kepala BNPB juga mengingatkan jika manusia gagal mengelola air, maka cepat atau lambat dampaknya akan dirasakan. Ketika kemarau panjang banyak wilayah yang mengalami krisis air bersih, sebaliknya saat musim penghujan tidak sedikit masyarakat yang terdampak banjir.
Baca juga : Pentingnya Kebudayaan Lokal dalam Pengelolaan Air Global
Persoalan tata kelola air dan sungai menurut Suharyanto memang tidak mudah. Sebagai seorang prajurit TNI, Suharyanto merasakan sendiri bagaimana pengelolaan sungai itu adalah urusan besar dan tidak dapat dilakukan seorang diri.
Bagi Suharyanto, apa yang dapat dilihat di Tukad Bindu ini akan menjadi atensi BNPB sekaligus menjadi pilot project bagi lokasi lain di Tanah Air.
"Tentu saja ini akan menjadi core-bussiness kami di BNPB terkait dengan menjaga lingkungan sungai yang sangat penting. Saya minta Direktorat Kesiapsiagaan dari Kedeputian Pencegahan BNPB agar ini dijadikan sebagai pilot project di lokasi lainnya," tambahnya.
Dalam bahasa Bali, kata tukad berarti sungai. Secara morfologi, Tukad Bindu adalah anak sungai Ayung yang menjadi sungai terpanjang di Pulau Bali dan berhulu di Danau Bratan, Kintamani.
Dahulunya, Tukad Bindu menjadi salah satu sungai irigasi yang dibangun dan dikelola Belanda tahun 1924. Hal itu dibuktikan dengan adanya senderan sungai dan Dam Bindu yang masih beroperasi hingga sekarang.
Seiring waktu berjalan, Tukad Bindu menjadi tempat sampah raksasa masyarakat yang mulai bermukim di sepanjang bantaran. Air yang mengalir tercemar dengan berbagai ragam sampah rumah tangga, bangkai binatang hingga limbah pembuangan air dari permukiman yang kian menjamur di wilayah itu.
Pada 2010, Gung Nik mengajak para pemuda peduli lingkungan membersihkan Tukad Bindu secara swadaya. Meski pro kontra sempat dihadapainya, hal itu tidak menciutkan niat baktinya kepada alam semesta.
Tahun 2013, komunitas Gila Selingkuh terbentuk dan menghimpun kekuatan yang lebih besar lagi dalam pengelolaan lingkungan hidup. Tidak hanya fokus pada sungai saja, komunitas yang kini telah menjadi sebuah yayasan itu juga fokus ke penanganan lingkungan yang lebih besar lagi.
Keberhasilan pengelolaan Tukad Bindu juga memantik perhatian Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) dan organisasi besar dunia lainnya. Pada 2018, Presiden World Bank menyempatkan diri mengunjungi Tukad Bindu. Tahun yang sama, sebanyak 68 delegasi negara IMF juga diajak untuk melihat dan merasakan nuansa Tukad Bindu. (Z-3)
DESA Panji Anom, Kabupaten Buleleng (Bali Utara), dan Desa Abiansemal, Kabupaten Badung (Bali Selatan) bersama SW Indonesia menjawab dua tantangan besar di masyarakat.
Mobil Terbang, Robot Humanoid, dan Kolaborasi Global Hadirkan Masa Depan Transportasi Rendah Emisi
Kehadiran BNN di Bali diharapkan dapat memberikan semangat baru bagi masyarakat dalam mendorong berbagai perbaikan, khususnya dalam upaya pemberantasan narkotika.
KEPALA BNN Komjen Marthinus Hukom memberi kuliah umum kepada lebih dari seribu mahasiswa di Bali bertempat di Auditorium Universitas Udayana Bali, Selasa (15/7).
Perayaan Tumpek Kandang juga berkaitan dengan konsep Tri Hita Karana, khususnya Palemahan, yaitu menjaga hubungan harmonis antara manusia dengan lingkungan, termasuk hewan.
Seusai rangkaian kegiatan di Pura Sakenan, para kepala perangkat daerah di lingkungan Pemprov Bali melepasliarkan sebanyak 200 ekor tukik ke laut
Banjir mengingatkan akan pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem lingkungan, terutama di kawasan-kawasan hutan pada hulu Daerah Aliran Sungai (DAS).
Tim verifikasi lapangan telah mengidentifikasi pencemaran dan perusakan lingkungan di dua lokasi wisata, yaitu Hibics Fantasy Puncak dan Eiger Adventure Land.
Hingga saat ini, kerusakan DAS Waikomo telah memakan korban yang tidak sedikit, antara lain, hilangnya belasan Petakan sawah maupun kebun milik warga.
Penanaman serentak dipimpin Menteri LHK, Siti Nurbaya, di Cianjur, Jawa Barat serta Kepala BRGM, Hartono, di Desa Lukit, Pulau Padang, Kepulauan Meranti, Riau
Total lahan rehabilitasi mencapai 23,27 Ha yang berlokasi di Gunung Tilu, Desa Girimukti, Kecamatan Kasokandel, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved