Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
PADA Selasa (6/2) pagi, Candra, 60, warga Purwokerto, Jawa Tengah dengan senang menerima handuk berwarna putih tipis dari Pengurus Klenteng Hok Tek Bio, Purwokerto. Dengan sigap, ia langsung menuju meja besar di hal utama Klenteng di bagian depan, tempat sejumlah rupang atau obyek pemujaan diletakan dalam kondisi sudah dilepaskan pakaiannya.
Ia pun langsung membersihkan rupang-rupang itu dengan handuk di tangannya, dimulai dari Patung Dewi Kwan Im, kemudian patung lainnya secara berurutan.
Usai mengelap patung para dewa, Candra melanjutkannya dengan membersihkan peralatan sembahyang lainnya, masih menggunakan kain handuk yang sama.
Baca juga : Klenteng Hok Tek Bio Purwokerto Siapkan 400 Lilin untuk Imlek 2575
Usai bersih-bersih, handuk yang sudah terkena noda debu itu dilipat dengan rapi lalu dimasukan kantong celananya untuk ia bawa pulang ke rumah dan disimpan dengan baik.
Salah satu misi pentingnya hari itu selesai sebagian. Ia melanjutkannya dengan menyapu lantai klenteng. Itu merupakan bagian dari kegiatan menyambut Perayaan Tahun Baru Imlek 2575 yang bakal jatuh pada 10 Februari mendatang.
Menyimpan kain handuk tipis bekas mengelap rupang di klenteng merupakan sesi yang amat ia tunggu dari momentum menyambut Perayaan Imlek.
Baca juga : Penganut Konghucu Sampaikan Keinginan ke Kaisar Langit dengan Bakar Kertas
Tidak hanya Candra dan para penganut agama Konghuchu yang mengharapkan momen itu. Masyarakat dari luar, yang merupakan penganut agama lain pun kerap datang ke klenteng untuk ikut membersihkan rupang, lalu mengantongi, menyimpan kain handuk bekas lap tersebut. Tradisi menyimpan kain handuk bekas rupang diyakini akan mendatangkan berkah dan mengundang rezeki bagi yang melakukannya.
"Saya juga melakukannya, menyimpan kain handuk yang telah digunakan untuk mengelap, membersihkan rupang. Percaya atau tidak, nyatanya rejeki yang saya dapatkan sangat banyak, diantaranya berupa uang dan kesehatan," ungkap Candra.
Uun, penganut Konghucu lainnya, menyampaikan hal senada. Hingga kini masyarakat juga masih kerap datang ke klenteng untuk ikut membersihkan patung, kemudian membawa kain lapnya pulang untuk disimpan. Kendati hal itu mendatangkan berkah bagi merekan, namun menurut Uun, hendaknya mereka yang datang jangan hanya asal mendapatkan kain handuk, lalu hanya mengelap sangat sedikit bagian patung, kemudian langsung pergi membawa kain handuk bekas lap. Hal itu terkesan tidak tulus ikut serta membersihkan patung karena hanya mengharap handuk bekas lapnya saja.
Baca juga : Penganut Konghucu Purwokerto Melepas Dewa Dapur Terbang ke Langit
"Sampai sekarang masih ada juga yang seperti itu, hanya datang, mengelap sedikit, lalu membawa pulang handuk bekas lap patung dewa dewi," ujar Uun.
Ketua Klenteng Hok Tek Bio Purwokerto, Suryana, menyebut pihaknya menyediakan berapapun banyaknya kain handuk untuk keperluan mengelap patung para dewa menjelang Imlek 2575. Semua handuk itu merupakan sumbangan dari para donatur yang kebanyakan juga merupakan Penganut Agama Konghucu. Hanya saja, pihak klenteng biasanya menyisakan satu kain handuk yang sudah dipakai untuk mengelap rupang guna diserahkan kembali pada masing-masing donatur.
"Tiap satu kain handuk bekas lap patung dewa-dewi yang kami sisihkan untuk masing-masing donatur juga nantinya akan mereka simpan karena dipercaya akan mendatangkan berkah bagi kehidupan mereka. Sejauh ini, dari dua hari kegiatan membersihkan patung, kami sudah mengeluarkan sekitar 50 lembar kain handuk," ujar Suryana.
Baca juga : Konflik Internal Klenteng Kwan Sing Bio Tuban Berakhir Damai
Kendati demikian, Suryana mengingatkan para penganut Konghucu dan masyarakat agar tidak keliru memahami berkah yang didapat dari kain handuk bekas lap patung tersebut. Dijelaskannya, yang pasti mendapatkan berkah adalah orang yang menjalankan kebajikan dengan ketulusan hati dan penuh keikhlasan. Adapun mengelap dan membersihkan patung dengan penuh keikhlasan dan didasari hati yang tulus juga termasuk kebajikan.
"Hal itu merupakan inti dari filosofi Hok Tek Ceng Sin. Hok bermakna berkah, Tek artinya kebajikan, Ceng adalah sepenuh, dan Sin berarti hati. Menjalankan kebajikan dengan sepenuh hati dalam dialek hokkian atau hokkien dikenal sebagai Hok Tek Ceng Sin," ujar Suryana.
Adapun berkah yang dimaksudkan, menurut Suryana ada bermacam-macam jenisnya. Antara lain berupa uang, panjang usia, kesehatan, mendapatkan pekerjaan baik dan keselamatan. Minimal mempunyai teman dan tetangga yang baik juga merupakan berkah. Sebab, jika seseorang tidak memiliki kebajikan atau tidak menjalankan kebajikan dalam hidupnya, tentunya akan dijauhi teman dan tetangga.
Baca juga : Masifnya Bagi-Bagi Bansos Picu Kenaikan Harga Telur dan Beras
"Jika kita punya hubungan yang baik dengan sesama, maka akan memperoleh pekerjaan, ujungnya pasti akan dapat uang. Jadi bukan sekedar orang datang, dapat handuk, mengelap Kong Cho atau patung sebentar lantas pergi membawa handuk bekas itu akan langsung dapat berkah, kalau dilakukan tidak dengan tulus, tentu saja bukan termasuk kebajikan, juga tidak akan dapat berkah," katanya.
Berlaku bajik, ditambahkan Suryana, bukan sekedar memberi uang pada orang lain. Maknanya lebih pada memberikan pertolongan pada orang lain karena terdorong dari rasa cinta kasih yang mendalam. Buah dari kebajikan itu pasti akan muncul pada saat kita membutuhkan pertolongan juga. (Z-1)
Baca juga : Diiringi Panggung Musik, Pesta Rakyat Ganjar-Mahfud Digelar di Purwokerto
rumah adat Jawa Tengah yang dikelompokkan menjadi lima macam, termasuk joglo yang paling terkenal karena keunikan arsitekturnya
senjata tradisional Jawa Tengah sebagai warisan perjuangan bernilai filosofi tinggi dan kini masih bisa ditemukan di kalangan masyarakat Jawa
tarian Jawa Tengah yang merepresentasikan tentang berbagai macam kisah yang dibalut dalam pertunjukan seni menarik
pakaian adat Jawa Tengah yang terdiri dari berbagai jenis pakaian dan aksesoris, sering digunakan dalam upacara resmi dan mengandung filosofi mendalam
Di Jawa Tengah terdapat banyak makanan khas yang selalu menjadi favorit wisatawan. Bahkan, makanan khas Jawa Tengah ini juga sudah banyak di jual di luar wilayahnya.
Letak geografis yang beragam menjadi salah satu penentu keragaman bahan pangan yang lantas dioleh menjadi panganan khas wilayah setempat.
HIASAN lampu lampion, dupa dan berbagai lilin ukuran mega berjajar di berbagai sudut Vihara Dharma Sakti yang berada di Jalan Kemanggisan Glodok, Taman Sari, Jakarta Barat.
Tradisi inisiasi Tao, atau yang dikenal sebagai taoyingsuk merupakan momen sakral di mana individu memasuki jalan kepercayaan Tao secara lebih dalam.
Hari kebesaran ini dirayakan serentak di seluruh dunia oleh umat Tao untuk menghormati Er Lang Shen, yang dikenal sebagai Dewa Pelindung yang penuh keberanian dan keadilan.
Perayaan Imlek menjadi momen untuk berkumpul bersama keluarga, berdoa untuk kesehatan dan kebahagiaan orangtua, serta saling berbagi melalui tradisi bagi angpau.
SEKJEN Kemenag tegaskan konflik di internal TTID Kwan Sing Bio Tuban selesai, tidak ada lagi perpecahan antar-agama di kelenteng tersebut dan semua pihak telah sepakat untuk kembali bersatu.
PUTUSAN majelis hakim Pengadilan Negeri (PN) Tuban terkait sengketa kepengurusan di Klenteng Kwan Sing Bio, menguatkan tegaknya kebenaran.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved