Headline
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.
SEBUTAN kabupaten Sragen sebagai lumbung pangan di Jawa Tengah terancam. Hal itu seiring sikap Pemkab setempat yang memberikan lampu hijau untuk mengalih fungsikan sekitar 8.800 hektar lahan sawah yang tersebar di 20 kecamatan.
"Jika regulasi Kementerian Agraria dan Tata Ruang (ATR)/Badan Pertanahan Nasional (BPN) membolehkan lahan sawah dilindungi (LS) di Kabupaten Sragen dialihfungsikan menjadi kawasan untuk industrialisasi dan perumahan, dipastikan lahan sawah lestari makin tergerus. Ini tentu mengancam Bumi Sukowati sebagai lumbung pangan di Jateng," kata Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan ( KTNA ) Sragen, Suratno kepada Media Indonesia, Rabu (31/1).
Menurutnya, potensi kehilangan produksi padi di seluruh wilayah kabupaten Sragen bisa mencapai 168 ribu ton/tahun , jika 8800 hektar lahan sawah dilindungi dialihfungsikan dan disambut penuh oleh investor.
Baca juga : Hama Ulat Penggerek Batang Serang Lahan Sawah di Aceh
Saat ini sesuai data pertanahan yang diperoleh Media Indonesia di Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman, Pertanahan, dan Tata Ruang (Disperkimtaru) Sragen, luas lahan sawah dilindungi ( LSD ) di 20 kecamatan se-kabupaten per 8 Januari adalah seluas 42.132,11 hektare.
LSD tersebut terbagi menjadi dua, yakni LSD 1 dan LSD 2. " Informasi yang saya terima, bahwa Disperkimtaru Sragen telah membuat peta rencana tata ruang wilayah (RTRW) Sragen, yang mana LSD 1 merupakan kawasan pertanian tanaman pangan lestari seluas 33.316,96 hektare," imbuh Suratno.
Dari total LSD di 20 kecamatan yang mencapai 42.132,11 hektare, dan peta tata ruang wilayah untuk kawasan pertanian pangan lestari yang seluas 33,3 ribu hektar ( LSD1), maka ada tersisa 8,8 ribu hektar masuk dalam LSD 2, yang diperbolehkan untuk dialihfungsikan.
Baca juga : Petani CSA Jember Capai Produksi 9,2 Ton Per Hektare Gabah Kering Panen
"Kalau investor masuk, tentu 8,8 ribu hektar LSD2 akan cepat habis. Mestinya ada kebijakan, jangan sampai dipukul rata lahan mana pun dari LSD 2 itu dibisniskan untuk investor. Katakanlah lahan itu di kecamatan Tangen atau Jenar, masih bisa dimaklumi," kata tokoh petani Bumi Sukowati ini.
Menurut dia harus ada Perda RTRW yang bisa mengikat, sehingga tidak serta merta investor bisa membeli lahan LSD untuk kawasan industrialisasi atau perumahan. Sebab lahan klasifikasi LSD 2 pun diyakini masih bisa dipergunakan sebagai sawah intensif.
Ratno mendapatkan bocoran, bahwa untuk kepentingan investasi yang membutuhkan lahan lebih dari 5 hektare, masih diwajibkan memperoleh rekomendasi keluar dari LSD dari Kementerian Agraria dan Tata Ruang (ATR)/Badan Pertanahan Nasional (BPN).
Baca juga : Persoalan Pertanian Sangat Rumit, Holding seperti KUD Dibutuhkan
Sejauh ini untuk menentukan LSD, pemerintah pusat hanya berpatokan pada citra satelit dan kondisi existing saat ini.Semisal hasil citra satelit masih sawah hijau, tetap diplot masuk LSD.
Data yang diperoleh Media Indonesia menyebutkan, Disperkimtaru Sragen dalam perencanaan tata ruang harus mempertimbangkan pengembangan wilayah dan kebutuhan ruang sampai akhir tahun perencanaan RTRW, yakni 2011-2031. Ini sebagai penyikapan atas pertumbuhan pendudukan yang butuh ruang untuk permukiman dan tempat usaha.
Pada 2021, kabupaten Sragen masih menjadi lumbung pangan nomor dua di Jateng setelah Cilacap, yang mampu menghasilkan 517 ribu ton padi dari luasan sawah 39 ribu hektar. Tapi kini posisi Sragen melorot ke urutan 3 sebagai lumbung pangan di Jateng setelah Cilacap dan Grobogan.
Baca juga : Fenomena El Nino, Petani Aceh Bisa Panen Gadu 15 Ribu Hektare
"Tentu ini perlu menjadi perhatian Pemkab Sragen, agar posisinya sebagai lumbung pangan di Jateng jangan terus melorot, seiring pertumbuhan industri dan perumahan yang terus menggerus tiap tahun," pungkas Suratno. (WJ/N-1)
Ketua Gapoktan Maju Tani, Ronald Tambunan menyebut bahwa penanaman perdana padi varietas Gamagora yang dilakukan beberapa waktu yang lalu
Dari data pengujian pada 11 lokasi di berbagai kabupaten di Indonesia selama proses persiapan pelepasan varietas, keempat varietas memiliki produktivitas yang unggul dan berumur genjah.
Kelapa bukan hanya komoditas pertanian, tetapi juga bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat.
GUBERNUR Sumsel Herman Deru mengikuti Panen Raya Padi Serentak di 14 Provinsi bersama Presiden Prabowo Subianto secara virtual 14 Provinsi, 157 Kabupaten/kota. Kemandirian pangan
PEMERINTAH Kabupaten (Pemkab) Tulungagung, Jawa Timur, memastikan stok beras di daerah tersebut masih cukup walaupun tren surplus padi dalam lima tahun turun.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2024, produksi gabah di Kabupaten Sergai mencapai 303.517 ton atau setara dengan 174.102 ton beras, menjadikannya daerah surplus beras.
Sesuai keadaan di lokasi sedikitnya ada tiga tahap warga setempat menanam bawang merah. Sebagian yang ditanami tahap pertama dua bulan lalu, kini sudah mulai memanen.
HAMA tikus kembali merebak di beberapa wilayah Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Populasi tikus sawah cenderung menurun drastis setelah masa panen padi, yang mengakibatkan Tyto alba kehilangan sumber makanan utamanya.
Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pangan Zulkifli Hasan (Zulhas) mengapresiasi Sumsel yang berhasil menyulap rawa tempat spesies buaya menjadi lahan sawah produktif.
Adapun ketersediaan air masih memadai dan lancar. Apalagi dalam dua pekan terakhir sering turun hujan dan debit air jaringan irigasi teknis masih tersedia.
Gubernur Kalsel Muhidin mengusulkan pemanfaatan dan pengambilalihan lahan tidur untuk ketahanan pangan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved