Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Haedar Nashir: Ideologi Muhammadiyah Tidak Condong ke Kanan atau ke Kiri

Ardi Teristi Hardi
07/8/2023 11:45
Haedar Nashir: Ideologi Muhammadiyah Tidak Condong ke Kanan atau ke Kiri
Dengan mempelajari ideologi yang terus berkembang, masyarakat bisa menolak atau berdakwa terhadap hal tersebut.(MI/Adri)

KETUA Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir menyebut, semenjak masa reformasi di Indonesia, bermunculan ideologi yang semakin berkembang di masyarakat. Namun, ideologi yang muncul tersebut belum tentu sesuai dengan tuntunan agama,

"Saya pikir ideologi yang dimiliki oleh Muhammadiyah itu sudah alternatif. Seperti Risalah Islam Berkemajuan yang tidak condong ke kanan atau kiri, namun tetap memiliki kerangka berpikir mendalam dan luas," ujar dia dalam dialog Ideologi, Politik dan Organisasi (Ideopolitor), Minggu (6/8).

Haedar ingin agar masyarakat Islam menyesuaikan untuk tidak terlalu mengikuti berbagai ideologi, namun juga tidak menolak secara radikal.

Baca juga : IMM dan Kesadaran Melahirkan Pemikir Muslim

Menurut Haedar, masyarakat Islam perlu untuk memahami berbagai macam ideologi yang berkembang seperti liberalisme dan pluralisme. Ini  dimaksudkan untuk terciptanya pemikiran baru yang bersifat alternatif dan mempunyai dasar untuk tidak menerima ideologi yang bertentangan.

"Agar nantinya, ketika multikulturalisme semakin berkembang, jangan sampai kita tidak memiliki sikap," ujar Haedar. Jika muncul hal yang bertentangan, warga Muhammadiyah jangan hanya sekadar menolak namun harus memiliki cara menghadapinya, bahkan berdakwah terhadap hal tersebut.

Ideopolitor yang diselenggarakan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DIY ini dihadiri seluruh lapisan organisasi Muhammadiyah dan Aisyiyah di wilayah Yogyakarta. Selain bertujuan untuk penguatan basis ideologi terhadap peta politik, sosial-ekonomi, kesehatan, dan pendidikan, dialog ini digelar meneguhkan sikap politik Muhammadiyah sekaligus cara memimpin organisasi ini.

Baca juga : Lima Poin Pernyataan PP Muhammadiyah terkait Pemilu 2024

Rektor UMY, Prof Gunawan Budiyanto menambahkan Muhammadiyah sebagai organisasi memang memiliki kepentingan terhadap politik. Menurutnya, ada banyak kepentingan Muhammadiyah yang harus diurus melalui jalur politik.

"Justru akan sangat menyedihkan jika Muhammadiyah tidak bicara politik. Di sisi lain, tentu kami juga tidak berharap bahwa aktivitas di Muhammadiyah hanya terbatas pada ideologi dan organisatoris saja. Saya rasa wilayah politik masih di-nomor dua-kan oleh warga Muhammadiyah dan ini harus menjadi perhatian," ujar Gunawan.

Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DIY, Ikhwan Ahada menyampaikan, kegiatan Ideopolitor ini merupakan salah satu wahana peneguhan komitmen ideologi, peneguhan sikap politik, dan sekaligus peneguhan sikap dalam berorganisasi. Langkah ini menjadi cara mengelola persyarikatan di lingkungan Muhammadiyah dan Aisyiyah DI Yogyakarta.

Ikhwan berkeyakinan, semua tidak akan tercapai apabila tanpa melakukan sinergi kohesi dan kolaborasi. "Kedepan PWM DIY akan menindaklanjuti kegiatan ideopolitor bagi cabang dan ranting."

Usaha tersebut diharapkan sesuai dengan kepribadian Muhammadiyah ke-9, yakni membantu pemerintah serta bekerjasama dengan golongan lain dalam memelihara dan membangun Negara untuk mencapai masyarakat adil dan makmur yang diridlai Allah SWT. (Z-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya