Headline
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.
PETANI di beberapa daerah pantura Jawa Tengah gembira hujan dengan intensitas ringan dan lebat masih mengguyur daerahnya saat musim kemarau.
Pemantauan Media Indonesia pada Minggu (9/7), jelang sore hujan mengguyur tiga daerah di pantura Jawa Tengah, petani menyambut gembira guyuran hujan di tengah kekhawatiran kemarau panjang yang membuat lahan mereka mengering.
Mereka khawatir gagal panen dan memilih tanaman cepat panen yang tidak terlalu banyak membutuhkan air seperti padi gogo ataupun palawija. "Bersyukur karena masih ada hujan, meskipun kami sempat khawatir kekurangan air akibat kemarau panjang," ujar Suratman, petani di Mranggen, Demak.
Baca juga: Kerap Terjadi Hujan di Awal Musim Kemarau, Ini Penjelasan BMKG
Hal serupa juga diungkapkan Wandi, Ketua Kelompok Tani di Sumowono, Kabupaten Semarang. Hujan di musim kemarau cukup membuat sedikit lega karena mereka baru saja mennyemai benih sayuran dan pakawija.
Kepala Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang Sutikno mengatakan hujan yang terjadi cukup intensif saat musim kemarau di beberapa wilayah Jawa Tengah beberapa hari terakhir, karena adanya beberapa faktor penyebab.
Analisis dinamika atmosfer, anomali kondisi cuaca tersebut, lanjut Sutikno, disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya menghangatnya suhu muka laut di wilayah perairan Jateng (Laut Jawa), kelembapan udara yang cukup tinggi dari lapisan permukaan hingga lapisan 500 mb.
Baca juga: BMKG Prediksi Puncak Musim Kemarau pada Juli hingga Agustus 2023
"Adanya gelombang Kelvin dan Madden Julian Oscillation (MJO) di fase 2 yang menyebabkan munculnya pusat tekanan rendah di barat Sumatra, mengakibatkan munculnya belokan angin di wilayah Jawa Tengah berdampak tidak langsung gangguan atmosfer," ujar Sutikno Minggu (9/7).
Kondisi ini, menurut Sutikno, menjadikan peningkatan potensi cuaca ekstrem, seperti berupa hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai petir dan angin kencang, di beberapa wilayah Jateng.
"Cuaca ekstrem berpeluang terjadi di wilayah seperti Cilacap, Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, Kebumen, Tegal, Brebes, Surakarta, Sragen, Salatiga, Kabupaten Semarang," imbuhnya. (Z-6)
Sesuai keadaan di lokasi sedikitnya ada tiga tahap warga setempat menanam bawang merah. Sebagian yang ditanami tahap pertama dua bulan lalu, kini sudah mulai memanen.
HAMA tikus kembali merebak di beberapa wilayah Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Populasi tikus sawah cenderung menurun drastis setelah masa panen padi, yang mengakibatkan Tyto alba kehilangan sumber makanan utamanya.
Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pangan Zulkifli Hasan (Zulhas) mengapresiasi Sumsel yang berhasil menyulap rawa tempat spesies buaya menjadi lahan sawah produktif.
Adapun ketersediaan air masih memadai dan lancar. Apalagi dalam dua pekan terakhir sering turun hujan dan debit air jaringan irigasi teknis masih tersedia.
Gubernur Kalsel Muhidin mengusulkan pemanfaatan dan pengambilalihan lahan tidur untuk ketahanan pangan.
"Besok Selasa (8/7) diperkirakan air laut pasang (rob) di perairan utara Jawa Tengah akan naik kembali."
Panahan menjadi salah satu cabang olahraga prioritas pemerintah Indonesia.
Pada pagi umumnya berawan namun hujan ringan sudah turun di sejumlah daerah Jawa Tengah, memasuki siang diperkirakan cuaca kembali berawan.
Gelombang tinggi juga masih berlangsung di perairan selatan Jawa Tengah mencapai 2,5-4 meter, sedangkan di perairan utara setinggi 0,5-1,25 meter.
SPMB tahap II itu merupakan program Sekolah Kemitraan Swasta dengan kuota total 5.004 siswa.
Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi mendesak Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI agar memperjuangkan percepatan pembangunan giant sea wall untuk menanggulangi rob
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved