Headline

Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.

Fokus

Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.

Arief Gobel Berbagi Inspirasi dengan Milenial Gorontalo

Media Indonesia
16/4/2023 16:30
Arief Gobel Berbagi Inspirasi dengan Milenial Gorontalo
Muhamad Arief Rachmat Gobel diundang komunitas milenial sekaligus buka bersama di kafe Newbie di dekat Kampus Universitas Negeri Gorontalo.(Dokumentasi pribadi.)

MUHAMAD Arief Rachmat Gobel diundang komunitas milenial dari berbagai segmen untuk berbagi pengalaman. Hari itu, sejumlah lembaga komunitas milenial mengadakan pertemuan sekaligus buka bersama di kafe Newbie di dekat Kampus Universitas Negeri Gorontalo. 

Mereka berasal dari komunitas milenial peduli difabel, komunitas milenial artis komedi, komunitas milenial komik, komunitas milenial yang bergerak di bidang usaha, dan sebagainya. Pertemuan ini dipandu Ariel. "Saya sama seperti teman-teman semua. Masih terus mengasah diri dan terus belajar. Namun yang pasti, kita harus bekerja keras untuk meraih sukses," katanya, Sabtu (15/4).

Walaupun menjadi anak Rachmat Gobel, pemilik Panasonic Gobel Indonesia, Arief mengatakan dirinya tak menjadi direktur di perusahaan. "Saya menjadi sales, menjadi bagian marketing. Saya masih belajar jualan. Kerjanya mencari PO keliling Indonesia. Kemarin saya baru dari Makassar," katanya. PO adalah purchasing order, order pembelian. "Saya keliling Indonesia, ke Kalimantan, Sumatra, dan sebagainya. Saya masih belajar berbicara dengan para pemilik toko," katanya.

Baca juga: Tidak Dilirik Investor, Kalsel Bangun Jalan Tol Secara Mandiri

Dengan menjadi sales, kata Arief, ia belajar mengenali karakter orang-orang, belajar melakukan komunikasi dan marketing, dan belajar membangun jejaring. "Saya tidak ujug-ujug ada di posisi tertentu. Namun apakah saya punya privilege? Jujur saya akui punya, karena nama saya. Namun saya tetap meniti karier dari bawah," katanya. Ia tak langsung ditempatkan di jajaran direksi atau menjadi direktur di perusahaan baru maupun menjadi direktur di anak perusahaan yang masih bersekala kecil. "Saya masih berjuang," katanya.

Arief menceritakan, di saat masih SMA ia pun sudah belajar bekerja di pabrik. Tanpa sepengetahuan orangtuanya, ia mendaftar pelatihan untuk magang di pabrik. Selama masa pelatihan, ia tidur di asrama karyawan sebagaimana umumnya. Sehingga pas liburan sekolah ia bekerja di pabrik dan tinggal di asrama karyawan. "Saya belajar merasakan suasana pekerja di level paling ujung. Saya juga harus memahami nilai-nilai di tingkat pekerja karena keuntungan dan kemajuan perusahaan bermula dari sini," katanya.

Baca juga: 60 Ribu Kendaraan Bakal Lintasi Gerbang Kalikangkung

Saat kuliah di Jepang, ia juga bekerja di restoran. "Saya bekerja sebagai tukang cuci piring bersama buruh-buruh dari India. Saat itu saya belum bisa berbahasa Jepang sehingga ditempatkan di paling belakang. Setelah bisa berbahasa Jepang, saya menjadi tour guide," katanya. Dengan bekerja di restoran, katanya, ia belajar melayani sebaik-baiknya karena pelayanan yang terbaik ialah salah kunci sukses.

Lebih lanjut Arief mengatakan, dalam berbisnis dibutuhkan pengalaman dan wawasan. "Pengalaman itu diperoleh dengan praktik langsung seperti bekerja, sedangkan wawasan diperoleh dengan pendidikan. Memang ada segelintir orang yang punya keistimewaan tetapi itu kekecualian. Jadi, karakter itu sangat penting untuk meraih sukses," katanya. Karena itu, ia mengajak kaum milenial Gorontalo untuk mengembangkan diri menjadi pribadi-pribadi sukses dengan terjun langsung dan terus menimba wawasan. (RO/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya