Headline
Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.
Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.
KEKERASAN seksual bisa terjadi di mana saja, termasuk di lingkungan kampus. Berdasarkan data dari Komnas Perempuan, perguruan tinggi menempati urutan pertama dalam hal terjadinya kasus kekerasan seksual di jenjang pendidikan antara tahun 2015-2021.
Upaya untuk memerangi kasus kekerasan seksual terus dilakukan oleh sejumlah kampus di Daerah Istimewa Yogyakarta. Salah satunya adalah Universitas Sanata Dharma (USD) dengan membentuk Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (Satgas PPKS) USD.
Satgas PPKS ini terdiri dari 25 anggota, dengan komposisi 14 mahasiswa, 10 dosen dan 1 tenaga kependidikan dan telah dilantik Rektor Universitas Sanata Dharma (USD) Albertus Bagus Laksana.
Baca juga : STID Mohamad Natsir Raih Juara Umum Da'i Profesional di Malaysia
“Pembentukan Satgas PPKS USD merupakan respon USD dalam menindaklanjuti Permendikbudristek Nomor 30 Tahun 2021 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Lingkungan Pendidikan Tinggi. Selain itu, sebagai satu-satunya universitas Jesuit di Indonesia, pembentukan Satgas PPKS USD adalah implementasi dari Protokol Safeguarding dalam Karya Serikat Yesus Provinsi Indonesia,” kata Romo Bagus.
Bagus menambahkan Satgas PPKS USD bertugas untuk membantu pimpinan universitas dalam rangka pencegahan dan penanganan kekerasan seksual bagi warga kampus yang meliputi penyusunan pedoman pencegahan dan penanganan kekerasan seksual; sosialisasi pendidikan kesetaraan gender, kesetaraan disabilitas, pendidikan kesehatan seksual dan reproduksi; melakukan koordinasi dalam pemberian pelindungan kepada korban dan saksi; serta melakukan survei kekerasan seksual dan melaporkan hasilnya kepada pimipinan.
Baca juga : Joane Win Lawan Kekerasan Seksual Lewat Monolog
“Tugas Satgas PPKS tidak sekedar mencegah dan menangani kekerasan seksual di lingkungan kampus, namun lebih daripada itu, membentuk kultur relasional manusiawi yang aman supaya kehidupan bersama menjadi utuh dan setiap individu dihargai martabatnya,” ungkapnya
Tentang komposisi anggota Satgas PPKS yang 90% perempuan dan lebih banyak mahasiswa, Bagus menyampaikan optimisme dan kegembiraannya.
“Ini adalah sebuah kenyataan di USD, yang sebenarnya justru menunjukkan komitmen kita tentang pemberdayaan kelompok yang seringkali menjadi kelompok yang termajinalkan, menjadi korban dalam relasi-relasi yang tidak adil, termasuk di dalamnya kekerasan seksual. Oleh karenanya kita mendukung penuh Satgas PPKS, karena usaha menciptakan budaya aman adalah tugas kita bersama” tegasnya.
Ketua Satgas PPKS USD, Ni Luh Putu Rosiandani menyampaikan, tujuan keberadaan Satgas yang secara resmi dilantik oleh pimpinan universitas dapat menguatkan upaya pencegahan dan penanganan kekerasan seksual.
“Di USD sebelumnya sudah ada satgas sementara yang telah berproses untuk mengumpulkan berbagai informasi dan meletakkan dasar-dasar bagaimana kita akan bergerak menangani kasus kekerasan seksual. Dengan pelantikan Satgas PPKS hari ini, harapannya kita bersama semakin dapat menciptakan kultur relasi yang sehat, aman dan nyaman bagi seluruh warga kampus,” pungkasnya.
Wakil Rektor III USD Titik Kristiyani, yang sejak awal bertanggung jawab mengawal pembentukan Satgas PPKS menyampaikan pentingnya membangun kesadaran bersama melalui upaya-upaya pencegahan.
“Satgas PPKS tidak hanya berfokus pada penangangan kasus, namun juga pencegahan. Upaya pencegahan akan dilaksanakan dengan berbagai kegiatan sosialisasi kepada semua warga kampus, agar nantinya menjadi kesadaran kita bersama untuk menciptakan budaya aman bagi semua. Sehingga kampus Sanata Dharma bisa menjadi lingkungan yang aman untuk bertumbuh, berkreasi dan semakin peduli pada sesama,” ungkapnya. (RO/Z-5)
Langkah pemerintahan Trump bukan hanya mengancam masa depan mahasiswa, juga merendahkan kontribusi intelektual.
Saat ini, dari total mahasiswa yang terdaftar di Harvard, hampir 27% atau sekitar 6.800 orang merupakan mahasiswa internasional.
KAMPUS berperan penting dalam mencetak lulusan yang berdaya saing. Karena itu, kemampuan berwirausaha dan profesionalisme harus ditanamkan pada mahasiswa sejak awal jenjang kuliah.
Kampus tentu tidak boleh abai terhadap tantangan besar yang dihadapi dunia pendidikan tinggi Indonesia saat ini.
Pembangunan ini pula sejalan dengan pertumbuhan ekonomi lokal yang berkembang sejalan hadirnya kampus. Termasuk pengelolaan pendidikan terpadu yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Peningkatan sarana dan prasarana pendidikan di kampusnya bertujuan menunjang kualitas pembelajaran bagi para mahasiswa dan dosen.
PT Bank Negara Indonesia (BNI) terus mempertegas komitmennya dalam mendukung transformasi digital di sektor pendidikan.
Pendamping dari perguruan tinggi diharapkan dapat menjadi penggerak perubahan yang mendorong peningkatan layanan pendidikan di satuan-satuan PAUD, SD, SMP, hingga SMA/SMK.
Konferensi ini beraspirasi untuk memberikan kontribusi berarti terhadap pengembangan kebijakan berbasis bukti dan tindakan transformatif
Profesor di Indonesia memiliki waktu yang sedikit untuk melakukan riset atau penelitian karena waktunya dihabiskan untuk mengajar di kampus.
Program ini bisa dijadikan momentum bagi perguruan tinggi guna membangun sinergi lintas negara dalam bentuk kerja sama akademik internasional.
Perguruan tinggi di Indonesia didorong meningkatkan upayanya dalam internasionalisasi. Ini diwujudkan Fakultas Farmasi Universitas Pancasila dengan universitas dari Filipina.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved