BENCANA banjir yang melanda sejumlah kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Selatan sejak beberapa waktu terakhir, menyebabkan sekitar 2.000 hektare (ha) lahan pertanian tanaman padi terendam banjir dan sebagian diantaranya terancam gagal panen.
"Data yang berhasil kita himpun dari kabupaten/kota, luas lahan pertanian sawah yang terdampak banjir mencapai 2.000 hektare. Ada sebagian yang terancam puso," kata Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Provinsi Kalsel Syamsir Rahman, Rabu (1/3).
Terkait hal ini, pihaknya telah mengajukan permintaan bantuan benih bagi para petani korban banjir kepada Kementerian Pertanian. Diakui Syamsir, sektor pertanian di Kalsel merupakan salah satu sektor paling terdampak akibat bencana banjir.
"Pada bencana banjir 2021 lalu pemerintah telah menyalurkan bantuan benih untuk 50.000 hektare lahan pertanian yang terkena banjir di Kalsel," ujarnya.
Baca juga: Akibat Curah Hujan Tinggi, Sawah dan Kebun Jagung di Flotim Terendam Banjir
Seperti diketahui salah satu penyebab tingginya harga beras lokal yang ikut mempengaruhi inflasi disebabkan menurunnya produksi padi akibat luas tambah tanam (LTT) 2022 turun seluas 90.107 hektare atau 16,83% dibandingkan tahun 2021. Produksi padi Kalsel juga mengalami penurunan sebanyak 159.985,77 ton Gabah Kering Giling atau 15,74% dibandingkan produksi padi tahun sebelumnya.
Cuaca buruk dan banjir yang sudah berlangsung sejak awal Februari ini dikhawatirkan akan berdampak pada terjadinya gagal tanam dan gagal panen tanaman padi Kalsel. Ini akan semakin memperparah kondisi anjloknya produksi padi Kalsel dalam dua tahun terakhir.
"Beruntung produksi padi Kalsel masih surplus meski produksi mengalami penurunan. Kita telah meminta semua kabupaten/kota untuk memperhatikan masalah ini. Terlebih tantangan ke depan adanya peningkatan kebutuhan pangan di tengah ancaman kondisi iklim yang buruk," tutur Syamsir.
Produksi padi Kalsel pada 2023 ditargetkan sebesar 1 juta ton.(OL-5)