TIGA tokoh agama dunia dianugerahi gelar doktor honoris causa oleh Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta sebagai bentuk apresiasi dan bukti nyata dalam mendukung perdamaian dan moderasi beragama di dunia. Salah satu dari ketiga tokoh agama tersebut adalah Presiden Dewan Kepausan untuk Dialog Antaragama Vatikan (Dicastery for Interreligious Dialogue atau yang lebih dikenal Pontifical Council for Interreligious Dialogue/PCID) Kardinal Miguel Ángel Ayuso Guixot, M.C.C.J.
Dalam orasi ilmiahnya, Kardinal Ayuso mengungkapkan rasa terima kasihnya atas penganugerahan gelar Doktor Honoris Causa yang diterimanya.
Baca juga: Ketum DPP KNPI: Universitas Brawijaya Cermin Wajah Indonesia yang Toleran
Selama dua puluh tahun, ia menjadi seorang imam Katolik, Kardinal Ayuso mendampingi komunitas Kristiani (Katolik) yang tinggal di antara umat Islam di sepanjang Lembah Nil antara Mesir dan Sudan. Ia juga terlibat dalam bidang akademik di institut Kepausan untuk Studi Bahasa Arab dan Islam (PISAI) di Roma, Italia. Setelah memimpin lembaga Kepausan itu sebagai Presiden selama 6 tahun, ia kemudian bergabung dalam Dikasteri Dialog Lintas Agama di Vatikan.
Ia mengatakan sebagaimana yang pernah ditegaskan oleh Paus Fransiskus dalam berbagai kesempatan, agama seharusnya tidak menjadi masalah, melainkan bagian dari solusi.
"Jika kita menjadi sesama warga negara yang tidak seagama dengan kita, kita harus dengan jujur mengakui bahwa agama mereka sama pentingnya bagi mereka, seperti agama kita bagi kita. Oleh karena itu, kita harus bertindak sedemikian rupa, sehingga Tuhan yang menciptakan kita bukanlah penyebab perpecahan, tetapi dasar persatuan kita," paparnya dalam Orasi Ilmiah saat menerima Penganugerahan Gelar Doktor Kehormatan atau Doctor Honoris Causa (DR HC) dari Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Senin (13/2).
Pada kesempatan tersebut, pihaknya mengajak seluruh pihak untuk bersama-sama berjuang dalam membangun dunia yang lebih baik agar perdamaian dapat terwujud. Kolaborasi antaragama diharapkan selalu diupayakan untuk dapat hidup berdampingan secara damai dan harmonis.
"Janganlah kita lupa bahwa di dasar setiap kolaborasi atau dialog, ada akar kemanusiaan kita yang sama. Kita tidak memulai dialog dari nol, selalu ada kemanusiaan kita bersama," pungkasnya.
Selain Kardinal Ayuso, dua tokoh agama yang mendapat gelar kehormatan dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta adalah Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) K.H. Yahya Cholil Staqut dan Dewan Pakar Majelis Pelayanan Sosial PP Muhammadiyah Sudibyo Markus (Ketua Umum PP Muhammadiyah periode 2005-2010).
Adapun sebelumnya, Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Prof Phil Al Makin mengatakan bahwa penganugerahan doktor honoris causa kepada tokoh Katolik, Nahdlatul Ulama (NU), dan Muhammadiyah ini merupakan simbol dari keragaman menghargai perbedaan.
"Kita tidak bisa menyeragamkan semuanya dan membuat semuanya sama, tetapi melihat dan memahami bahwa dengan berbeda kita tetap bisa bersama-sama," kata Al Makin.
Lebih lanjut, Al Makin mengatakan, UIN Sunan Kalijaga melihat bahwa kontribusi dan teladan nyata yang telah dilakukan oleh ketiga tokoh tersebut mewakili kelompok umat beragama, merupakan implementasi dari Dokumen Abu Dhabi dan prinsip moderasi beragama.
"Dokumen itu menyatakan bahwa perdamaian dunia dapat dicapai melalui pemahaman dan pengakuan yang damai terhadap perbedaan-perbedaan antaragama dan budaya," katanya.
Rektor UIN Sunan Kalijaga berharap melalui penganugerahan gelar kehormatan doktor honoris causa kepada tiga tokoh agama dunia ini dapat menegaskan posisi dan peran Indonesia di mata dunia.
"Selain itu, juga memberikan inspirasi dan dorongan bagi generasi saat ini untuk terus berjuang dalam membangun solidaritas dan kemanusiaan antarbangsa dan agama," pungkasnya. (Ant/OL-6)