Headline

Tingkat kemiskinan versi Bank Dunia semakin menjauh dari penghitungan pemerintah.

Fokus

Perluasan areal preservasi diikuti dengan keharusan bagi setiap pemegang hak untuk melepaskan hak atas tanah mereka.

Jumlah Penduduk Miskin Di Jabar Capai 4,05 Juta Orang

Naviandri
17/1/2023 19:38
Jumlah Penduduk Miskin Di Jabar Capai 4,05 Juta Orang
Ilustrasi(DOK MI)

DATA Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat (Jabar) menunjukkan jumlah warga penduduk miskin di Jabar mencapai 4,05 juta orang. Jumlah ini setara dengan 7,98 persen dari total jumlah penduduk Jabar pada September 2022.

Kepala Tim Statistik Sosial BPJ Jabar, Isti Larasati Widiastuty mengatakan, dilihat secara yoy pada periode September 2022, persentase kemiskinan naik 48.760 orang atau setara 0,01 persen. Sejak periode Maret 2020 sampai dengan September 2022, terjadi kenaikan kemiskinan yang disebabkan pandemi Covid-19.

"Angka ini menurun sekitar 17.360 orang jika dibandingkan Maret 2022 sebelumnya yang tercatat 4,07 juta orang atau 8,06 persen," jelasnya, Selasa (17/1).

Isti menyebutkan, persentase penduduk miskin perkotaan pada September 2021 sebesar 7,48 persen, naik menjadi 7,52 persen pada September 2022. Sementara persentase penduduk miskin perdesaan pada September 2021 sebesar 9,76 persen, turun menjadi 9,75 persen pada September 2022.

Pada September 2022, Garis Kemiskinan di Jabar mencapai Rp480.350 per kapita per bulan atau jika dihitung rata-rata anggota rumah tangga miskin sebanyak 4,05 orang per rumah tangga. Maka garis kemiskinanan September 2022 sebanyak 1.945.418 per rumah tangga miskin per bulan.

"Kenaikan garis kemiskinan pada posisi September 2022 merupakan peningkatan tertinggi dalam beberapa periode waktu terakhir dan hal tersebut juga terjadi di Jabar," lanjutnya.

Menurut Isti, komposisi garis kemiskinan makanan sebesar Rp355.172 atau 73,94 persen. Selanjutnya, garis kemiskinan non-makanan sebesar Rp125.178 atau 26,06 persen. Jika dilihat, pada September 2022, komoditas makanan memberikan sumbangan terbesar garis kemiskinan baik di perkotaan maupun pedesaan.

"Beras masih menjadi komoditi yang memberi sumbangan terbesar yakni sebesar 21,56 persen di perkotaan dan 25,98 persen di pedesaan. Selanjutnya, rokok kretek filter memberikan sumbangan terbesar kedua terhadap garis kemiskinan 10,38 persen di perkotaan dan 7,75 persen di pedesaan," ungkapnya.

Isti melanjutkan, daging ayam ras sebesar 5,71 persen di perkotaan dan 4,77 persen di pedesaan. Telur ayam ras 4,97 persen di perkotaan dan 4,91 di pedesaan. Terakhir, kopi bubuk 3,10 di perkotaan dan 2,94 di pedesaan. Sedangkan komoditas non-makanan perumahan yang memberikan sumbangan terbesar baik pada garis kemiskinan di perkotaan sebesar 9,49 persen dan 10,64 di pedesaan.

"Selanjutnya, di perkotaan, bensin sebesar 3,97 persen dan di pedesaan sebesar 2,86 persen.  Listrik di perkotaan sebesar 2,32 persen dan di pedesaan sebesar 1,36 persen. Pendidikan sebesar 1,58 persen di perkotaan dan 0,87 persen di pedesaan dan perlengkapan mandi sebesar 1,21 persen di perkotaan dan 1,07 di pedesaan," ucapnya.

BPS, kata Isti, menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Melalui pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutugan dasar makanan dan non makanan yang diukur menurut garis kemiskinan. (OL-15)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Widhoroso
Berita Lainnya