Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Momen Sambut Baru di Flores, Putri Pilih Berbagi ke Panti Asuhan

Ignas Kunda
04/11/2022 18:06
Momen Sambut Baru di Flores, Putri Pilih Berbagi ke Panti Asuhan
Regina Putri Mana Tappi bersama adik dan ibunya menyiapkan bingkisan untuk dibagikan di Panti Asuhan pada momen Sambut Baru di Flores.(MI/Ignas)

MOMEN sambut baru atau komuni suci biasa dirayakan dengan pesta pora yang luar biasa bagi masyarakat Nagekeo, Flores, Nusa Tenggara Timur, yang mayoritas katolik. Namun tidak bagi Regina Putri Mana Tappi, anak dari pasangan Selvianto Manna Tappi dan Ade Mira Kwuta di Mbay, Nagekeo, NTT.

Merayakan sambut baru atau penerimaan komuni suci sebagai lambang tubuh dan darah Kristus, Putri bersama adik semata wayangnya Serena Mana Tappi serta kedua orangtuanya justru memilih untuk mengunjungi anak yatim di Panti Asuhan Alma Boawae, serta memberikan bingkisan pada sejumlah anak-anak panti pada Jumat (4/11).

Sejak malam sebelum  hari sambut baru, ia bersama adiknya Serena Mana Tappi yang masih duduk di kelas 2 Sekolah Dasar Yohanes Paulus di Kota Mbay, sibuk mempersiapkan parsel yang akan dibagikan kepada para anak-anak panti asuhan. Ada minuman botol sejumlah makanan kemasan yang dikantongi untuk masing-masing anak sekitar 30 bungkus.

Selepas misa komuni suci yang ditandai dengan penerimaan hostia dan anggur simbol tubuh darah Kristus dalam kepercayaan umat Katolik didampingi kedua orangtuanya di gereja Stela Maris Danga, Putri bersama kedua orangtuanya, serta adiknya Serena pergi ke Susteran Alma Boawae (Yayasan Bakti Luhur) yang merawat sejumlah anak Panti Asuhan.

Putri lantas memberikan bingkisan melalui suster Stella Maris sebagai pengelola Panti Asuhan yang mengasuh sekurangnya 20 anak yatim piatu dan keterbatasan.

Putri mengatakan ia tidak menuntut pesta pada orangtuanya sebagaimana beberapa kawannya yang lain ataupun menuruti kehendak orangtua. Bagi Putri, orangtuanya sangat pengertian terhadapnya dan meminta pendapatnya soal adanya pesta atau tidak dalam kebiasaan sambut baru atau komuni suci hari ini.

"Saya tidak tuntut pesta, tidak terlalu penting juga pesta, yang lebih senang hanya orang besar (dewasa) kalau pesta. Bapa dan mama tawarkan saya kunjung kawan di panti, saya setuju, saya senang," ungkap Putri sambil tersenyum.

Ayah Putri, Yanto Mana Tappi, mengungkapkan bahwa sebelumnya sudah berembuk bersama dalam keluarga akan diadakannya pesta atau tidak. Ia dan istrinya Ade Mira Kwuta yang adalah seorang PNS di kabupaten  Nagekeo, menawarkan alternatif perayaan komuni pertama salah satu di antaranya berkunjungan ke panti asuhan dan akhirnya disetujui oleh Putri.


Baca juga: Doa Khusyuk Ribuan Pinandita untuk Kesuksesan KTT G20


"Rencana ini adalah rencana keluarga sendiri. Kami orangtua tidak  memaksa pada anak. Ketika ditawarkan ke Putri, dia setuju, dan kami sebagai orangtua harus bisa menerimanya dan sudah tentu sangat bangga dan terharu dengan apa pilihannya," ungkap Anto yang juga jurnalis radio di Nagekeo.

Bagi Anto, selama ini Sambut Baru di Nagekeo diidentikkan dengan pesta kemeriahan dan harga diri seakan ini sudah menjadi budaya baru yang sebelumnya tidak biasa dilakukan.

Bagi orang yang tidak mampu akhirnya terpaksa harus membuat pesta karena terpengaruh dengan orang lain akibat harga diri atau tidak mau merasa inferior di tengah hidup sosial bermasyarakat.

Selain itu, ada kecenderungan orang buat pesta karena biar terlihat sanggup atau bisa walaupun sebenarnya harus menanggung utang, dan mengesampingkan pembinaan mental spritual anak di hari-hari ke depan. Padahal bila tanpa tabungan keluarga yang memadai ini tentu beresiko terhadap tumbuh kembang anak secara mental karena situasi ekonomi keluarga yang tidak kondusif.

"Jangan sampai setelah pesta suami istri ribut karena pikir utang sehingga anak yang tanggung risiko, mentalnya terganggu karena sering ribut dalam keluarga atau padahal kalau dipikir-pikir biaya  pesta bisa dipergunakan untuk kebutuhan yang lebih penting atau urgen dalam keluarga, seperti tabungan pendidikan anak sekolah, " katanya.

Anto mengimbau seharusnya ada pendidikan dari gereja yang harus terus digalakkan agar memperbaiki paradigma yang salah tentang pesta sehingga ajaran gereja yang merujuk tentang hidup sederhana dan bersedekah tetap melekat pada anak-anak penerima komuni pertama.

"Ada semacam adagium kalau 'kita pernah makan orang punya daging maka orang juga harus sesekali makan kita punya daging', ini harusnya diubah dalam konteks sambut baru macam ini. Namun bisa di acara lain. Kadang kontradiksi dengan adat di mana dalam budaya orang Nagekeo ada saling balas pihak perempuan harus balas kain dan laki-laki dengan uang harga kambing, namun seharusnya kita belajar untuk memberi tanpa mengharapkan imbalan walaupun itu adalah adat sehingga tidak menuntut kita untuk buat pesta demi kasih kali apa yang sudah kita beri. Kita tidak merasa rugi walaupun banyak yang sudah kita keluarkan untuk orang lain atau keluarga kita, ketika kita ikut pestanya orang, " pungkasnya. (OL-16)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya