Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Psikolog Sebut Kasus Perundungan kian Parah Dipicu Medsos

Kristiadi
21/7/2022 19:00
Psikolog Sebut Kasus Perundungan kian Parah Dipicu Medsos
Ilustrasi kasus perundungan(MEDCOM)

SEORANG bocah, 11, siswa kelas 5 sekolah dasar (SD) di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, menjadi korban bully atau perundungan yang dilakukan teman-temannya. Ia dipaksa untuk menyetubuhi seekor kucing, dan aksinya itu divideokan yang kemudian menjadi viral di media sosial.

Akibat peristiwa mengenaskan itu, korban mengalami depresi. Ia menjadi pemurung, tidak mau makan dan minum. Korban kemudian dibawa orangtuanya berobat ke rumah sakit, namun meninggal dalam perawatan di RS Singaparna Medika Citrautama (SMC) Kabupaten Tasikmalaya.

Psikolog yang juga dosen Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya (UMT) Biro Psikologi Solusi dan Harapan Bunda Therapy Center, Rikha Surtika Dewi, menyayangkan kasus viralnya seorang bocah yang tewas akibat depresi setelah dipaksa teman-temannya menyetubuhi seekor kucing.

Menurut Rikha, peristiwa itu sangat miris. Penyebab awal terjadinya kasus tersebut, lanjut dia, lantaran si anak yang menjadi korban selalu dianggap sepele selama ini di masyarakat, baik di perkotaan maupun perkampungan, dengan istilah di-poyok atau diejek (di-bully).

"Kasus bullying semakin parah, bully memang tidak hanya fisik tetapi perkataan, psikologis, perilaku itu bisa. Dan fenomena sekarang ada pergeseran budaya dengan masifnya media sosial. Namun, sebenarnya bully sejak dulu sudah ada dengan istilah di-poyok (diejek) dan selalu dianggap sepele di lingkungannya," katanya saat dihubungi, Kamis (21/7).

Ia mengatakan, kasus perundungan yang terjadi sekarang telah bergeser dari kebiasaanya dan menjadi bahan keseharian terutama pergaulan anak di lingkungannya seperti halnya anak dengan anak, dewasa dengan anak dan malah banyak dicontohkan di konten viral media sosial.

Malah, menurut Rikha, yang membuat semakin miris budaya perundungan tersebut malah dibuat dengan sengaja untuk divideokan hingga disebarkan di medsos agar viral untuk mendapatkan uang atau dikomersialisasikan.


Baca juga: Hukuman bagi Bocah Perundung di Tasikmalaya Harus Berjalan


"Dengan cara mengejek, menjatuhkan orang lain, dan menganggap orang lain bodoh itu seolah dengan makna pergaulan anak yang biasa. Karena, sebetulnya anak-anak itu dicontohkan orang-orang dewasa di dekatnya. Juga anak sekarang sudah bebas di media sosial dan mencontoh orang dewasa yang selalu mengejek ke orang lain dicontoh juga oleh anak-anak," ujarnya.

Menurutnya, kasus yang dianggap sepele ini sangat berpengaruh terhadap kondisi anak seperti psikologis, kejiwaan para korban, atau orang yang menjadi korban bully. Namun, kondisi anak paling parah akan mengalami depresi, penurunan kepercayaan diri, hingga akhirnya bisa meninggal seperti kasus yang terjadi di Kabupaten Tasikmalaya.

"Kasus bully sekarang banyak contoh dan hit serta malah dikonsumsi sebagai entertaint buat konten bully dan terkadang kita sudah mendengar di kalangan anak-anak dan dewasa kalau tidak bully nggak best friend. Kasus yang terjadi terhadap anak dianggap sepele dan kadang di rumah sendiri itu terjadi seperti itu seperti orang dewasa, orangtua, atau orang yang ditemui di lingkungan dekatnya," katanya.

Rikha mengatakan, pihaknya pun banyak menemukan klien bully baik di sekolah, lingkungan sekitar, sampai di tempat anak-anak beraktivitas atau bermain dan seharusnya orang dewasa bisa mencontohkan mana batasan bully sampai mana batasan candaan serta tak hanya asal bicara tanpa mempertimbangkan perasaan yang diejek. Karena, selama ini ada banyak faktor terkait kejadian tersebut.

"Faktor yang telah terjadi memang banyak seperti bagaimana orangtua memberikan pengasuhan benar buruk di rumah, orangtua yang membesarkan kita. Jadi asal lihat dewasanya akan dicontoh atau bullying di sekitarnya sehingga anak akan berpikir bahwa oh hal itu sepele dari bibir orangtua terlontar bully dan anak akan menganggap kalau gitu tidak apa-apa dan tetap harus dicontohkan," pungkasnya. (OL-16)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya