Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Banjir Rob dan Gelombang Tinggi kembali Terjang Pantura Jateng

Akhmad Safuan
18/6/2022 16:30
Banjir Rob dan Gelombang Tinggi kembali Terjang Pantura Jateng
Banjir rob menggenangi jalan utama Desa Randusanga Kulon, Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes, Mei lalu.(MI/Supardji Rasban.)

BANJIR air laut pasang (rob) kembali merendam beberapa daerah di pantura Jawa Tengah. Warga di pesisir pantura mulai khawatir rob tinggi seperti akhir Mei lalu dengan membuat tanggul di rumah mereka.

Pemantauan Media Indonesia, Sabtu (18/6), banjir rob kembali merendam beberapa daerah di pantura seperti Pekalongan, Demak, dan Pati, Jawa Tengah. Ratusan rumah sudah terendam dengan ketinggian air 20-50 sentimeter.
Sedangkan jalan dan areal lain terendam hingga 70 sentimeter.

Di Kabupaten Demak, banjir rob merendam Kecamatan Sayung, Karangtengah, dan Wedung. Warga mulai siaga dengan membuat tanggul dengan karung plastik berisi pasir dan tanah untuk membentengi rumah Mereka khawatir rob tinggi
seperti terjadi pada Mei lalu terulang kembali. Apalagi jalur pantura Semarang-Demak juga telah terendam.

Kondisi serupa juga terjadi di Kabupaten Pati. Beberapa wilayah seperti Dukuhseti dan Tayu, sedikitnya 200 rumah warga terendam rob dengan ketinggian 30 sentimeter. "Belum semua data masuk, tetapi sudah ada 200 rumah warga terendam di dua kecamatan tersebut," kata Kepala BPBD Pati Martinus Budi Prasetya.

Sedangkan di Pekalongan, banjir rob kembali merendam beberapa wilayah seperti Pekalongan Barat, Pekalongan Utara, dan Tirto, meskipun tidak setinggi rob sebelumnya. Namun banjir kali ini membuat warga waspada. Apalagi hujan masih kerap mengguyur daerah tersebut membuat volume sungai meningkat.

"Tidak setinggi seperti rob Mei lalu karena ada tanggul yang jebol. Namun kami juga khawatir banjir rob tinggi terulang kembali," ujar Rohman, 52, warga Sriwulan, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak.

Hal serupa diungkapkan Budi, 60, warga Tirto, Kota Pekalongan, banyak warga masih trauma dengan banjir rob akhir Mei lalu. Karenanya, ketika rob kembali datang warga langsung siaga dengan memantau tanggul sungai yang sempat jebol. "Kami siaga dan memantau tanggul secara bergilir," ujarnya.

Baca juga: Ombudsman Sumut Ungkap Peluang Modus Kecurangan di PPDB

Kepala Unit Pelayanan Terpadu Daerah (UPTD) Tempat Pelelangan Ikan Kota Pekalongan, Mahson, mengatakan cuaca buruk tidak hanya mengakibatkan banjir rob datang lagi, tetapi juga menyebabkan para nelayan tidak melaut karena khawatir menyebabkan kecelakaan saat mencari ikan. Cuaca dengan gelombang tinggi, ungkap Mahson, terjadi karena selain hujan dan angin besar juga disebabkan oleh pengaruh supermoon (bulan purnama). 

Para nelayan memilih untuk menyandarkan kapal di bawah lima gross ton. "Biasanya waktu berhenti melaut dipergunakan untuk memperbaiki kapal dan jaring," tambahnya. (OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya