Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Petani Sawit di Sumatra Selatan Pasrah Harga TBS Turun

Dwi Apriani
25/4/2022 17:00
Petani Sawit di Sumatra Selatan Pasrah Harga TBS Turun
Pekerja sedang beraktivitas membersihkan tansman sawit di kompleks Sekolah Sukma Bangsa, Pidie, Aceh, beberapa waktu lalu.(MI/Amir MR.)

DAMPAK dari kebijakan larangan ekspor CPO dan turunannya yang diumumkan Presiden Joko Widodo sudah tampak saat ini. Salah satu petani di Desa Telang, Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatra Selatan, Saiho yang memiliki lahan perkebunan kelapa sawit seluas 4 hektare mengaku pasrah.

Ia mengakui saat ini harga jual tandan buah segar (TBS) di wilayahnya turun lebih dari Rp400 per kilogram. "Sebelumnya TBS di desa kami ini sekitar Rp3.000-an, tetapi sekarang sudah turun menjadi Rp2.600 per kilogram," ujar dia dikonfirmasi Senin (25/4/2022).

Dia dan petani lain hanya bisa pasrah dan menerima yang ditetapkan pemerintah. "Kami semua tidak berdaya. Pemerintah kan sudah menetapkan harga. Jadi kalau harga TBS turun, kami bisa apa. Tentu kami sebagai petani kecil hanya bisa pasrah," jelasnya.

Ia mengatakan harga TBS rata-rata stabil sepanjang satu tahun belakangan. Begitu pun harga sembako dan pangan juga stabil. Di tahun ini, petani sawit menilai sangat berat. Hal itu lantaran dengan harga TBS yang turun tak sebanding dengan sembako yang melonjak harganya. 

"Bayangkan saja sekarang TBS harganya Rp2.600 per kilogram, sementara minyak goreng sudah Rp24.000 per liter. Kalau tahun lalu masih imbang antara harga penjualan dengan harga sembako," jelasnya.

Ditegaskan Saiho, pihaknya hanya bisa bersabar dengan harga baru saat ini. "Harga tergantung pemerintah. Kalau turun ya kami bisa apa? Kami hanya bisa mengikuti," jelasnya.

Ketua Koperasi Unit Desa Mukti Jaya, Kabupaten Musi Banyuasin, Bambang Giyanto, mengatakan kebijakan yang ditetapkan pemerintah ini memiliki dua sisi dampak yang berbeda. Di satu sisi, masyarakat yang tidak memiliki kebun kelapa sawit bisa mendapatkan angin segar, apalagi mereka yang membutuhkan minyak.

Baca juga: Arus Mudik Meulaboh-Simeulue Membeludak, ASDP Tambah Trip Penyeberangan

Namun di sisi lain, kebijakan itu bisa membunuh petani sawit. "Meski ada penetapan mekanisme harga TBS yang ditentukan tiap bulan dan tiap minggu di Dinas Perkebunan di Provinsi, perlu diketahui petani sawit kita ini ada yang merupakan swadaya murni yang hasil kebunnya dijual ke pengepul. Dari pengepul inilah kemudian dijual ke pabrik sesuai harga pasar, sehingga tidak mengacu pada Dinas Perkebunan," ucapnya.

Disebutkan Bambang, saat ini harga TBS ada yang turun hingga Rp1.000 per kilogram di sejumlah provinsi. Namun di Sumsel, terutama Musi Banyuasin, harga TBS turun sekitar Rp400-600 per kilogram. "Bagi petani sawit ini berat, karenanya harapan kami pemerintah lebih arif," jelasnya. 

Diakui Bambang, tipe petani sawit di Indonesia rata-rata hebat karena penyabar."Namun kalau berkepanjangan, pasti akan menimbulkan gejolak. Ini akan berpengaruh pada efek kedepan. Di daerah kita ini aman. Petani sawit semua masih tenang. Walau harga murah, mereka tetap panen," pungkasnya. (OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya