Harga Biji Kakao Turun, Petani di Aceh Senyum Kecut

Amiruddin Abdullah Reubee
27/1/2022 11:20
Harga Biji Kakao Turun, Petani di Aceh Senyum Kecut
Biji kakao kering(MI/Amiruddin Abdullah R)

SEJAK pekan ke tiga Januari 2022, harga biji kakao kering dikawasan Provinsi Aceh turun. Hal itu diduga karena permainan pelaku pasar dalam negeri yang menetap harga sepihak demi mendapat keuntungan melimpah.

Kondisi tidak mengembirakan para petani atau pemilik kebun kakao ini diharapkan tidak berlangsung lama. Apalagi ongkos produksi semakin mahal dan harga pupuk melambung tinggi sehingga meningkatkan biaya produksi yang yang harus dikeluarkan petani.

Amatan Media Indonesia, di Kabupaten Bireuen, Aceh Utara dan Kabupaten Pidie, pada Kamis (27/1), harga biji kakao kering panen pada 31 Desember 2021, sebesar Rp 31.000/kg, sekarang turun menjadi Rp29.000/kg. Lalu harga biji kakao kering fermentasi dari sebelumnya Rp33.000/kg, kini menjadi Rp 31.000/kg.

Hussini MY, Pedagang pengumpul biji kakao di Kecamatan Juli, Kabupaten Bireuen, kepada Media Indonesia mengatakan, turunnya harga biji bahan baku cokekat itu sangat terasa sejak sepuluh hari terakhir. Padahal pada pekan pertama dan pekan ke dua awal tahun 2022, harganya masih berkisar Rp31.000 hingga 33.000/kg.

Husaini, yang juga pengurus Forum Kakao Aceh (FKA) ini menduga, turunnya harga itu karena permainan pasar oleh pengusaha besar. Hal itu kadang terjadi karena persaingan pasar antara sesama pengusaha kelas kakap atau para importir yang memiliki modal besar.

Sebagai perpanjangan lidah para petani kakao, Husaini mengharapkan pemerintah melalui lembaga negara terkait, supaya menjaga kestabilan harga. Antara lain, misalnya mengawasi kondisi perlakuan atau aktivitas perdagangan kakao dalam negeri. Lalu lebih aktif mematau dituasi pasar internasional setiap saat.

"Kalau terbiarkan petani hidup sendiri seperti timbul tenggelam, sangat sulit mereka bangkit. Tanpa perlindungan pasar atau menjamin kestabilan harga tentu petani berpeluang besar petani merugi. Lalu mengundang kekecewaan sehingga bermuara pada krisis kepercayaan terhadap kestabilan pasar. Ujung ujungnya meninggalkan kebun kakao" tambah Husaini MY.

Terkait ini, tokoh petani kakao di Kabupaten Pidie, Zulfikar Yacob, mengatakan harga berbagai jenis pupuk dan saprodi yang melambung saat ini, sudah tidak sesuai dengan pendapatan penjuakan hasil panen. Biaya produksi yang melambung tinggi, sedangkan harga hasil panen rendah.

"Itu tidak seirama antara biaya keluarkan petani dengan harga gabah hasil panen kakao. Dari tahun lalu harga pupuk naik berkisar 80% hingga 100%, sedangkan harga biji kakao masih bertahan tidak meningkat. Bahkan lebih rendah dari harga tahun lalu. Kondisi seperti ini sangat sulit mempertahankan petani jangan gulung tikar," tutur Zulfikar. (OL-13)

Baca Juga: Benih Jagung yang Ditanam Jokowi di Kabupaten Sorong Dipanen

 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi
Berita Lainnya