Headline

Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.

Fokus

Pasukan Putih menyasar pasien dengan ketergantungan berat

Ridwan Kamil: Seniman Mural Jangan Baper

Naviandri
01/9/2021 15:19
Ridwan Kamil: Seniman Mural Jangan Baper
Ilustrasi(MI/Fransisco Carollio)

GUBERNUR Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil minta seniman mural jangan sampai tersinggung atau baper, jika karya mural yang dibuat ditertibkan atau ditutup mural lainnya. Hal itu sudah biasa dalam seni mural, seni perkotaan yang didukungnya sejak dirinya menjabat Walikota Bandung.

"Dalam perspektif saya, mural adalah seni ruang publik yang temporer. Ada umurnya. Pelaku mural harus paham dan jangan baper, karena karyanya suatu hari akan hilang. Bisa tersapu hujan, dihapus aparat ataupun oleh hilang ditimpa pemural lainnya. Mari berdialog," kata Ridwan Kamil, Rabu (1/9).

Kritik dalam mural harus segera didialogkan antara pelaku mural dengan pihak-pihak lainnya seperti seniman dan pemerintah dan tentu selalu memiliki aturan dan batasannya. Harus berdialog dalam merumuskan batas.

Batasan mana yang boleh dan pantas, mana yang tidak boleh dan tidak pantas. Di dunia digital pun, tidak semua paham, mana itu kritik argumentatif mana itu 'buli/shaming'.

Ia pun menyebutkan sejumlah etika dalam berkarya. Ia mengatakan bahwa orang yang berkarya dan berjiwa besar selalu membicarakan gagasan, tetapi orang berjiwa kerdil membicarakan atau menggosipkan orang.

"Seperti saat lalu lintas kita dibatasi di lampu setopan, kebebasan ekspresi pun dibatasi, oleh nilai kesepakatan budaya dan kearifan lokal. Itulah kenapa isu mural kritik kelihatannya masih berada di ruang abu-abu," jelasnya.

Baca juga : Tren Covid-19 di Klaten Menurun Tapi Prokes Jangan Kendur

Sebelumnya Ridwan Kamil menyatakan pihaknya terbuka akan ekspresi seni yang menggambarkan suatu pesan, termasuk seni mural yang sudah tidak asing lagi ditemui di kota-kota besar. Meski sebuah ekspresi, tetap harus memegang etika dan juga batasan.

‘’Saya kira, tradisi seni Kota Bandung saya sangat senang. Dulu waktu jadi wali kota, saya memberi ruang-ruang, tiangnya Pasupati dimural, tembok di Jalan Siliwangi dimural. Ekspresi seni yang selama ini dituangkan di tempat publik tidak akan menjadi masalah selama memegang
batasannya,’’ lanjutnya.

Tinggal disepakati secara etika, budaya, batas-batasnya saja. Selama memenuhi kearifan lokal dan etika disepakati tidak masalah. Untuk menyepakati batasan-batasan tersebut dia mengajak media di antaranya untuk bisa menarasikan, mewacanakan, dan mendiskusikan ekspresi seni tersebut.

‘’Bagi saya ini bagian dari dialog karena kita jarang dialog. Mungkin coba kita diskusikan mural dan kritik politik. Sampai akhirnya ditemukan kesepakatan kritik baik, diskusi tersebut perlu ditempuh guna memahami kesepakatan budaya,’’ tambahnya lagi. (OL-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Baharman
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik