Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Jejak Energi Baru Terbarukan di Gunungkidul

Ardi T Hardi
26/8/2021 14:20
Jejak Energi Baru Terbarukan di Gunungkidul
PLTS Gua Njotak Gunungkidul, DIY(MI/Ardi t Hardi)

HARI sudah melewati tengah siang, sekira pukul 12.14 WIB. Matahari pun
sudah tergelincir ke arah Barat ketika saya dan Wasdiyanto (45 tahun)
menuju ke Gua Njotak di Kelurahan Giriharjo, Panggang, Gunungkidul, DIY. Di
dalam gua itu ada sungai bawah tanah yang airnya digunakan untuk mengairi
area persawahan warga.

Lokasi gua tersebut cukup jauh dan sulit karena berada di antara area pertanian warga dan hutan jati milik Perhutani. "Jaraknya sekitar satu kilometer dari jalan beraspal. Jalannya masih tanah dan bergelombang," kata pria yang akrab disapa Wasdi, Sabtu (21/8) di tengah-tengah perjalanan.

Sepanjang perjalanan, pria yang menjadi pengelola pengairan dari Gua Jotak
ini menceritakan tentang sungai bawah tanah di dalam gua yang ditemukan
pada 2018 silam. Mengetahui debit air yang melimpah, ide untuk mengangkat air sungai ke permukaan pun muncul.

Namun, upaya itu tidak mudah. "Guanya vertikal,dengan kedalaman sekitar 15
meter dari mulut gua. Setelah sampai di dasar gua, kita masih harus  berjalan 150 meter," kata dia.

Kendala pengangkatan air dari dalam gua muncul karena daerah tersebut tidak
dilewati listrik PLN. Setelah dibicarakan dengan pihak kelurahan, solusi yang bisa diambil adalah menggunakan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).

Singkat cerita, berkat bantuan dari dana tanggung jawab sosial perusahaan
(Corporate Social Responsibility), TNI, dan warga, pengangkatan air dengan
pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) pun berhasil dilakukan. "Operasional
pertama pada Ramadhan 2020," cerita dia.

Air dari dalam Gua Jotak pun digunakan untuk mengairi lahan pertanian warga
yang ditanami padi, cabai, bawang merah, hingga tembakau. Kini sebagian
lahan pertanian warga pun bisa ditanami sepanjang tahun, tidak hanya
bergantung pada pengairan dari air hujan.

Lurah Giriharjo, Aris Eko Widiyanto menjelaskan, PLTS tersebut terdiri dari
4 pompa sehingga mampu mengaliri sekitar 4 hektar lahan pertanian warga.
Dengan menggunakan PLTS, air yang diangkat hanya mencapai sekitar 40 ribu
liter perhari, sedangkan pada malam hari otomatis pembangkitnya mati.

Alhasil, kemampuan PLTS belum mampu untuk mengaliri seluruh area persawahan warga. Oleh sebab itu, pihaknya menggandeng PLN untuk memasang tiang hingga mendekati mulut gua. Dengan

"Kami membutuhkan sistem pelengkap dengan menggunakan listrik PLN agar
tenaga yang digunakan lebih maksimal sehingga bisa mengaliri 40 hektar
lahan pertanian warga," papar dia. Selain menggunakan listrik PLN, pihaknya
juga tengah menambah bak-bak penampungan air dan jaringan perpipaan.

Sejak 2007

Aris menyatakan, sejarah penggunaan PLTS di Kelurahan Giriharjo sudah lama,
sejak 2009, oleh Universitas Gadjah Mada. Saat itu, tenaga surya digunakan
untuk mengalirkan air dari Kali Gede, berjarak sekitar 1 kilometer dari Gua
Jotak, ke rumah-rumah warga.

"PLTS itu kini masih berjalan dengan dikombinasikan dengan listrik dari PLN
agar lebih maksimal," kata dia. Penggabungan PLTS dengan listrik PLN
dilakukan sejak 2018.

PLTS Kali Gede pun saat ini masih berjalan. Dari lima pompa, dua pompa,
kata Aris, masih menggunakan PLTS.

Ia menyebut, dari sisi ekonomi, pemanfaatan PLTS memang jauh lebih irit.
Investasi paling banyak dikeluarkan pada saat pemasangan alat. Alat yang
paling sering rusak adalah pompa air karena pihaknya tidak menggunakan batu
baterai.

Sementara itu, Sub Koord Pengelolaan Technopark Energi, Balai Besar
Teknologi Konversi Energi (B2TKE), Saiful Mukhid memahami tidak
digunakannya baterai pada PLTS di masyarakat. Pasalnya, harga baterai
terbilang mahal.

Namun, di balik harganya yang mahal, baterai sangat manfaat untuk
operasional PLTS. Misalnya, baterai dapat menyimpan daya sehingga listrik
yang dihasilkan bisa stabil. Penggunaan baterai juga dapat membuat usia
mesin pompa bisa lebih tahan lama.

Selain penggunaan baterai, Saiful juga mengingatkan, masyarakat yang hendak
membangun pembangkit listrik energi baru terbarukan (EBT) juga harus
memperhatikan kondisi lingkungan dan alam. Dari pengalaman di Baron Techno
Park, Gunungkidul, misalnya, peralatan EBT mudah mengalami korosi dan
sering terkena sambaran petir.

"Alat-alat di sini mudah mengalami korosi karena lokasinya di pinggir laut.
Selain itu, kincir angin juga mudah rusak karena tersambar petir," kata dia.

Di sisi lain, masyarakat juga harus disosialisasikan terkait manfaat alat
tersebut. Dengan demikian, masyarakat bisa bisa sama-sama menjaga dan
merawat alat sehingga tidak terjadi pengrusakan ataupun pencurian alat.

Sebelumnya, Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi
Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana mengungkapkan, percepatan
transisi energi dari fosil ke EBT diyakini membantu menurunkan emisi gas
rumah kaca sebesar 29 persen di tahun 2030. Selain itu, EBT juga dapat
mengerem kenaikan suhu tidak lebih dari 2 derajat celcius.

Dalam lima tahun terakhir, sambung Dadan, EBT menunjukan perkembangan
signifikan. "EBT tidak hanya digunakan untuk listrik, tapi juga bahan
bakar. Ada juga yang tidak masuk dua-duanya. Tapi bisa digunakan secara
langsung dalam bentuk heat (panas)," terang dia dalam siaran pers beberapa
waktu lalu dalam siaran pers.

Sebagai contoh, Kementerian ESDM mencatat angka pemanfaatan biodiesel
tumbuh 3 kali lipat dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Realisasi
produksi biodiesel mencapai 3,01 juta kiloliter (kl) di tahun 2015 dan
meningkat menjadi B30 dengan realisasi 8,46 juta kl di tahun 2020.

Devisa negara pun dapat dihemat sebesar Rp38,31 triliun atau dalam kurs dolar AS setara USD 2,66 miliar, pada 2020. Bahkan, Indonesia tercatat sebagai negara penghasil biodiesel terbanyak melampui Amerika Serikat, Brasil, maupun Jerman.

Dari sisi bauran pembangkit listrik, EBT mampu menambah kapasitas pembangkit sebesar 2 Giga Watt (GW) dalam lima tahun terakhir. Ia optimis pemerintah mampu mencapai target bauran EBT sebesar 23 persen pada 2025 karena pada akhir tahun 2020 lalu telah mencapai 11,3 persen. (OL-13)

Baca Juga: Satgas BLBI Panggil Tommy Suharto untuk Lunasi Utang Rp2,61 Triliun



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi
Berita Lainnya