Headline

Konsistensi penegakan hukum perlindungan anak masih jadi tantangan

Fokus

Di Indonesia, cukai rokok sulit sekali naik, apalagi pada tahun politik.

Selama Pandemi Covid-19, 6.000 Anak di Jatim, Yatim Piatu

Faishol Taselan
17/8/2021 12:15
Selama Pandemi Covid-19, 6.000 Anak di Jatim, Yatim Piatu
Tiga anak yatim (kecuali kedua dari kiri) yang kedua orangtua mereka meninggal karena covid.(MI/Reza Sunarya)

SEBANYAK 6.000 anak di Jawa Timur menjadi yatim piatu karena kedua orangtua mereka meninggal dunia akibat Covid-19. Mereka kini memerlukan perhatian semua pihak.

''Pendataan anak-anak yang orang tuanya meninggal karena Covid-19 by name by address masih dalam proses. Tapi, kita perkirakan 6.000 anak,'' kata Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak Dan Kependudukan (DP3AK) Provinsi Jawa Timur Andrianto di Surabaya, Selasa (17/8).
    
Menurutnya, pendataan ini sebagai landasan intervensi atau pemberian bantuan spesifik terhadap anak yang menjadi yatim piatu karena Covid-19.
    
Pihaknya baru 32 Kabupaten/Kota yang melaporkan jumlahnya. Untuk sementara totalnya sebanyak 6.198 anak (estimasi keseluruhan bila semua daerah melaporkan sebanyak 7.000 anak yatim/piatu).

''Apabila 7.000 anak itu pengasuhannya diserahkan sepenuhnya kepada Negara atau Pemerintah Provinsi Jawa Timur, maka butuh dana sekitar Rp150,6 miliar per tahun,'' ujarnya.

Biaya itu, kata dia, untuk makanan, kebutuhan tambahan pengasuhan pada balita, kebutuhan pendidikan, dan kebutuhan lain-lain (overhead cost). ''Karena itu dibutuhkan alternatif pengasuhan pengganti berbasis keluarga,'' katanya.

DP3AK, kata Andriyanto, berkolaborasi dengan lembaga masyarakat, forum anak, dan pemangku kepentingan lainnya untuk menginisiasi upaya pemulihan psikososial terpadu bagi anak-anak dengan orangtua meninggal karena Covid-19.

Anak-anak itu, lanjutnya, juga akan didampingi psikolog yang akan melakukan assessment dan penguatan psikis selama pandemi berlangsung. ''Anak-anak itu akan kami intervensi peningkatan kapasitasnya dengan edukasi dan pelatihan kewirausahaan oleh pelatih profesional, yang barangkali dibutuhkan anak-anak remaja melalui daring atau offline di UPTD Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur,'' tuturnya.

Untuk merealisasikan pendampingan itu, DP3AK menggandeng UNICEF, Wahana Visi Indonesia, dan Lembaga Masyarakat lainnya, juga KADIN Jawa Timur, Media, dan Perguruan Tinggi.

Kerja sama berbagai pihak itu untuk memulihkan psikososial anak-anak tersebut. Selain itu, kata dia, saat ini sejumlah Yayasan Anak Yatim/Piatu mengajukan diri untuk membantu sepenuhnya.(FL/OL-10)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Denny parsaulian
Berita Lainnya