Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Petani Katingan Ikuti Pengambilan Sampel Gas Rumah Kaca

Mediaindonesia.com
03/6/2021 17:26
Petani Katingan Ikuti Pengambilan Sampel Gas Rumah Kaca
Praktik pengambilan sampel GRK dilakukan di lahan pertanaman padi di Kecamatan Katingan Kuala, Kuala, Kalimantan Tengah. (Ist)

SALAH satu tujuan utama dari Program Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation atau SIMURP ialah mengurangi efek Gas Rumah Kaca (GRK).

Fokus kegiatan SIMURP adalah Climate Smart Agriculture (CSA) atau Pertanian Cerdas Iklim.

Untuk itu, dengan program SIMURP, Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) mendorong petani sebagai pelaku utama agar mengimplementasi CSA untuk meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian. 

Dijelaskan Kepala BPPSDMP Kementan Dedi Nursyamsi bahwa kegiatan CSA selain bertujuan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas, juga untuk mengajarkan budidaya pertanian yang tahan terhadap perubahan iklim.

Selain itu, CS bertujuan mengurangi risiko gagal panen, mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK), serta meningkatkan pendapatan petani di khususnya di Daerah Irigasi Proyek SIMURP. 

Menurutnya, CSA merupakan kunci andalan SIMURP sehingga harus betul-betul dipahami oleh seluruh pelaksana SIMURP Pusat dan daerah.

Tujuan utama dari SIMURP adalah meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani hal ini sejalan dengan program utama Kementan. 

Selain itu, Dedi juga mengajak kepada pemerintah daerah yang terlibat agar mendukung CSA. “Implementasi CSA juga wajib diterapkan oleh seluruh pengelola SIMURP baik di Pusat maupun di daerah,” ujar Dedi dalam keterangannya, Kamis (3/6). 

Salah satu wilayah menggerakan program ini adalah Kabupaten Katingan yang termasuk lokasi SIMURP. Petani di Katingan melakukan pengambilan sampel GRK.

Dilakukan di lahan milik Darmanjianto, kelompok tani Budi Luhur yang terletak di Desa Jaya Makmur, Rei 3 kanan, Kecamatan Katingan Kuala, Katingan, Kalimantan Tengah, pengambilan sampel didampingi Yono, Petugas Balai Penelitian Lingkungan Pertanian (Balingtan) Pati, dan Aman Nurrahman Kahfi, Widyaisawara Pendamping dari Balai Besar Pelatihan Pertanian Binuang.

Pengambilan sampel GRK ini dilakukan untuk menduga emisi GRK dari lahan pertanian dan pertanaman padi.

Pengambilan sampel GRK dilakukan di areal pertanaman padi yang budidayanya dengan pendekatan CSA dengan lahan pertanaman padi yang dibudidayakan secara konvensional. 

“Hal ini untuk membandingkan konsentrasi GRK dari dua lahan dengan perlakuan yang berbeda, terutama diharapkan pada pertanaman dengan perlakuan sesuai prinsip CSA dapat menurunkan konsentrasi GRK," ujar Kahfi. 

Lebih lanjut Kahfi menjelaskan, pengambilan sampel dilakukan pada lahan pertanaman dengan pendekatan CSA dan lahan pertanaman secara konvensional masing-masing di 3 titik yang berbeda. Semua petani bergilir terlibat untuk mengalami secara langsung cara dan tahapan pengambilan sampel. 

Pemberian kesempatan pengambilan sampel secara langsung oleh petani ini diharapkan agar petani mengalami sendiri dan meningkatkan kepercayaan petani bahwa budidaya pertanian padi pun mempunyai kontribusi terhadap emisi GRK di atmosfer. 

“Dalam jangka menengah, setelah musim tanam selesai dan rilis hasil pendugaan GRK dari lahan sudah dipublikasikan dapat menyadarkan petani untuk mengadopsi teknologi-teknologi yang berprinsip CSA. Sehingga petani di Kahayan Kuala dapat menekan kontribusi emisi GRK dari lahan pertanian," paparnya.

Perakitan dan tata cara pengambilan sampel GRK dibimbing oleh Yono, petugas dari Balingtan Pati. Seluruh petani antuasias mengikuti jalannya kegiatan, sesekali melayangkan pertanyaan singkat.

Praktik pengambilan sampel GRK dilakukan di lahan pertanaman padi yang berada di samping kantor BPP Pegatan, Kecamatan Katingan Kuala. 

Hal ini sejalan dengan arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo yang mengatakan bahwa dampak perubahan iklim sudah sangat dirasakan pada setiap aspek kehidupan manusia, salah satunya sektor pertanian. 

“Untuk mengatasi perubahan iklim, inovasi teknologi di bidang pertanian sangat diperlukan untuk mendukung pembangunan pertanian terutama dalam peningkatan produksi dan produktivitas pertanian," ujar Mentan SYL.

Hadir pada pengambilan sampel tahap pertama ini di antaranya perwakilan dari Dinas Tanaman Hortikultura dan Peternakan Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan Kabupaten Katingan, serta seluruh petani penerima program CSA. (RO/OL-09)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya