Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Sungai di Pegunungan Meratus Kembali Meluap

Denny Susanto
25/5/2021 11:51
Sungai di Pegunungan Meratus Kembali Meluap
Sungai di Pegunungan Meratus kembali meluap.(MI/Ist)

HUJAN deras yang terus mengguyur kawasan pegunungan Meratus, belakangan ini, menyebabkan sungai-sungai besar di wilayah tersebut kembali meluap dan mengancam sejumlah desa di wilayah hilir.

Tim ekspedisi Meratus, yang masih berada di wilayah Kecamatan Hantakan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, melaporkan luapan sungai dari bagian hulu Meratus telah menyebabkan sejumlah jembatan darurat yang dibangun warga pascabanjir kembali rusak dan terputus.

Warga yang berlokasi di daerah rawan banjir seperti Desa Alat, Desa Hantakan, Bulayak, Waki, dan lainnya khawatir bencana banjir besar yang terjadi pada awal Januari 2021 lalu bisa kembali terulang.

Baca juga: Sopir Mabuk Seruduk Trotoar Enam Penumpangnya Terluka

"Sungai kembali meluap dan jembatan penghubung antardesa terputus," tutur Sahrani, pengurus Posko Meratus, Selasa (25/5).

Pada bagian lain, Ketua DPD RI AA La Nyalla Mahmud Mattalitti, yang datang ke Kalimantan Selatan menyampaikan dua teori tentang terjadinya banjir besar di Kalsel, beberapa waktu lalu.

Teori pertama adalah banjir terjadi akibat curah hujan yang sangat tinggi dan berlangsung cukup lama. Sehingga daerah aliran Sungai Barito tidak mampu menampung debit air dan meluap.

Teori kedua disampaikan oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) yang menyebut deportasi atau pengurangan luasan hutan dan alih fungsi hutan yang cukup signifikan dalam 10 tahun terakhir menjadi penyebab banjir. Kedua teori itu menjadi polemik di media massa dan ruang publik.

Menurut La Nyalla, kedua pendapat itu benar karena sama-sama menyajikan data. Hal ini diungkapkannya saat menghadiri jamuan ramah tamah dan makan malam bersama PJ Gubernur beserta Forkompida dan Kepala Daerah Kabupaten/Kota se Kalsel, di Mahligai Pancasila, Banjarmasin.

"Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup menunjukkan data anomali cuaca akibat fenomena alam La Nina dan tingkat curah hujan yang tinggi. Sementara LAPAN menunjukkan data perbandingan hutan Kalsel dari setelit," bebernya. (OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya